Juliana Saputri
E-mail : 12011223209@students.uin-suska.ac.id
Fakultas Tarbiyah dan Kegurun
Universitas Islam Sultan Syarif Kasim Riau
Abstrak
Pemerolehan bahasa ini merupakan suatu proses seorang individu untuk memperoleh bahasa atau kosakata baru. Proses tersebut terjadi sepanjang masa dan permulaan pemerolehan bahasa akan terjadi secara tiba-tiba dan tanpa disadari. Seperti seorang anak akan mengalami proses pemerolehan bahasa kedua (B2) setelah memperoleh bahasa pertamanya (B1), melalui pemerolehan bahasa kedua (Language Acquisition) atau pembelajaran bahasa (Language Learning). Maka dari itu, dalam penulisan ini akan menjelasakan mengenai memperoleh deskripsi tentang pemerolehan dan menejelaskan peranan bahasa dalam pengembangan karakter, karena pada umumnya kondisi pendidikan Bahasa Indonesia pada kalangan anak-anak dan masyarakat Indonesia sering ditandai dengan tidak tumbuhnya sikap positif terhadap bahasa Indonesia, strategi dalam pembelajaran bahasa indonesia kurang baik, kurangnya orang-orang untuk usaha memahirkan bahasa Indonesai, kepercayaan dri dengan bahsa Indonesia belum tumbuh, dan masih ada sikap bahwasannya tidak perlu mempelajari bahasa Indonesia.
Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa ini merupakan sarana komunikasi utama dalam kehidupan manusia baik dalam bentuk tulisan, lisan, maupun simbol-simbol tertentu. Tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi karena manusia sebagai makhluk sosial. Terdapat dua proses saat terjadi ketika seorang kanak-kanak sedang memperoleh bahasa pertamanya, yaitu proses kompotensi dan proses performansi.
Pemerolehan bahasa anak juga dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Pemerolehan bahasa melalui faktor internal ini sangat dipengaruhi oleh kesiapan seorang anak pada dirinya sendiri. Hal tersebut terkait pada kesiapan alam bawah sadar seseorang dalam merasakan insting bahasanya. Faktor yang kedua yaitu ekternal yang sangat berperan besar terhadap perkembangan bahasa anak. Faktor eksternal meliputi lingkungan yang ada disekitar anak itu sendiri, seperti lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Bahasa sebagai sebuah sistem mempunyai kaidah-kaidah dalam pembentukannya. Kaidah[1]kaidah itu itu berhubungan dengan pembentukannya dalam sruktur dan makna kalimat. Menurut Verhaar (2001), struktur adalah susunan bagian-bagian dalam dimensi linier. Sedangkan, kalimat adalah satuan bahasa yang berisi suatu pikiran atau amanat yang lengkap (Chaer, 2000).
Kemudian, pada pemakaian bahasa anak berhubungan dengan pemerolehan bahasa anak yang sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Misalnya dalam lingkungan keluarga, berapa banyak bahasa yang diajarkan orang tua pada anak, khususnya dalam komunikasi, itulah pemerolehan bahasa pada anak. Selain itu, pada anak juga memperoleh bahasa dari lingkungan sosial, seperti lingkungan sekitar, sekolah atau pergaulan dengan teman. Pada manusia, dalam hal ini anak sudah sejak lahir dikaruniai bakat kemampuan berbahasa dengan adanya Language Acquisition Device (LAD) atau piranti pemerolehan bahasa (Chomsky dalam Hadley, 1993)
Pada pemerolehan bahasa pertama dipengaruhi oleh dau afaktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Pada faktor internal ini berkaitan dengan faktor kognitif, Language Acquisition Device (LAD) atau perangkat pemerolehan bahasa yang dimiliki seorang anak sejak lahir dan IQ anak. Kemudian, faktor eksternal ini meliputi lingungan sosial anak dan ketepatan masukan bahasa anak yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Pada pemerolehan bahasa pertama dan bahasa kedua, anak akan berupaya dapat mencapai kompetensi dan perfomansi bahasa.
Contoh pemerolehan dan penggunaan bahasa sehari-hari pada seorang anak yang meliputi pemerolehan dan penggunaan bahasa sebagai sebuah sistem, bahasa sebagai ungkapan personal, bahasa sebagai ungkapan antar personal. Pada pemerolehan bahasanya meliputi bahasa Indonesia dan Jawa, terdapat juga beberapa kata bahasa Sunda dan bahasa Medan. Jadi, pemerolehan bahasa anak ini banyak diperoleh dari keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Pembentukan Karakter Anak Melalui Bahasa Indonesia
Maka dari itu dari pemerolehan bahasa ini akan membentuk sebuah bahasa yang nantinya akan mempengaruhi suatu karakter pada seorang anak. Dari kesulitan-kesulitan yang pastinya untuk membentuk autu karakter pada anak yang sudah melewati sebuah poses pemerolehan bahasa, salah satu upayanya adalah dengan pendidikan karakter di dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Jadi, jika kita mempelajari pendidikan bahasa Indonesia adanya nilai-nilainya juga, yaitu dapat menghargai karya orang lain, kreatif, tanggung jawab, rasa ingin tahu terhadap hal-hal yang postif, kejujuran, keberanian, dan sopan santun.
Hubungan pendidikan dengan pembelajaran bahasa yaitu sama pentingnya, karena keduanya memiliki keterikatan satu sama lain (Sulistiyowati, 2013:317). Berbahasa adalah kegiatan manusiawi, yaitu kegiatan yang setiap watu dilakukan oleh manusia dan hanya manusia saja yang mampu menggunakan bahasa dalam proses mengembangkan dirinya, mengembangkan budayanya, mengembangkan peradaban dan mengubah atau bahkan melestarikan lingkungan untuk kepentingan lingkungan. Oleh karena itu, jika manusia sangat memerlukan bahasa dalam rangka menunjukkan eksistensi diri dalam menempuh hidup dan kehidupan, serta sebagai citra diri dari seorang penutur.
Maka, satu hal yang perlu diperhatikan untuk menacapai suatu tujuan dalam bahasa Indonesia agar dapat membangun karakter kepribadian bangsa adalah adanya persepsi antara perbedaan pengajaran bahasa Indonesia dan pedidikan bahasa Idonesia. Suadah sering terdengar bahwasanyya, pengajaran bahasa Indonesia adalah pengajaran mengenai teks berbahasa Indonesia yang meliputi mulai dari ejaan, kosa kata, kalimat hingga wacana.
Tanpa adanya bahasa, kemungkinan iptek tidak dapat tumbuh dan berkembang hingga sekrang. Selain itu, bahasa Indonesia juga ada di dalam struktur budaya, ternyata memiliki kedudukan, fungsi, dan peran ganda, yaitu sebagai akar dan produk budaya yang sekaligus berfungsi sebagai sarana berfikir dan sarana pendukung pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa adanya peran bahasa, ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan dapat berkembang. Implementasinya di dalam pengembangan daya nalar, yang menjadikan bahasa itu sebagai prasarana berfikir modern. Oleh karena itu, jika kita cermat dalam menggunakan bahasa, kita akan cermat pula dalam berfikir karena bahasa merupakan cermin dari daya nalar (pikiran).
Â
Referensi
Firdhayanty. 2001. Pemerolehan Bahasa Anak Usia 3-4 Tahun: Kajian Psikolonguistik. Makasar: Wahana Literasi.
Harlina dan Ratu Wardarita. 2020. Peran Pembelajaran Bhasa Dalam Pembentukan Karakter Siswa Sejikah Dasar. Palembang: Universitas PGRI.
Mahajani, Tri dan Ruyatul Hilal Muhtar. Pemerolehan Bhasa dan Penggunaan Bahasa Anak Usia Sekolah Dasar. Bogor : Universitas Pakuan.
Syaprizal, Muhammad Peri. 2019. Proses Pemerolehan Bhasa Pada Anak. Riau: Jurnal Al-Hikmah.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H