Mohon tunggu...
Julfensius Purnakahab Wau
Julfensius Purnakahab Wau Mohon Tunggu... Mahasiswa - let it be

Historia Magistra Vitae Est

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Nilai-Nilai Kepemimpinan yang Harus Dimiliki Seorang Pemimpin Negara Berdasarkan "The Prince", Masihkah Relevan?

2 Desember 2021   20:23 Diperbarui: 2 Desember 2021   22:14 1369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Nama : Julfensius Purnakahab Wau

NIM   : 07041181924001

Kelas  : A HI Inderalaya 

MK     : Kajian Strategi dalam Hubungan Internasional 

Judul  : Nilai – nilai Kepemimpinan yang Harus Dimiliki Seorang Pemimpin Negara Berdasarkan “The Prince”. Masihkah relevan    

 

              Seorang pemimpin merupakan salah satu bagian terpenting yang harus selalu ada dalam berbagai aspek kehidupan. Secara sederhana manusia selalu bergerak berdasarkan dua peran, yakni memimpin dan di pimpin, dan sosok pemimpin selalu akan kita dapati dalam kehidupan kita, dimulai dari rumah sebagai bagian dari organisasi terkecil dan paling sederhana hingga ke dalam negara dan pemerintahan yang bersifat kompleks. Realita bahwa manusisa bergerak sebagai pemimpin atau yang dipimpin merupakan sebuah system yang alami terbentuk dan tidak dapat kita hindari sebagai manusia, dan berdasarkan sejarah yang telah terjadi dan hingga saat ini, manusia memiliki sifat yang selalu tertuju terhadap kekuatan, oleh karena itu manusia hanya akan tunduk dan dipimpin oleh seseorang yang dianggap pantas dan dianggap kuat. Secara khusus dalam sebuah pemerintahan yang ada dalam sebuah negara, rakyat akan selalu memilih pemimpin yang mumpuni baik secara karakter, mumpuni secara intelektual, dan memiliki kesan yang memberikan rasa aman kepada rakyatnya.

              Dari waktu – kewaktu manusia telah mengenal berbagai pemimpin dengan berbagai karakter yang mereka miliki, setiap pemimpin selalu menerapkan berbagai cara dan memiliki nilai- nilai tersendiri yang meraka jadikan sebagai patokan dalam menjalankan sebuah pemerintahan, nilai – nilai ini kemudian selalu di pegang teguh oleh penguasa untuk melegitimasi dan menjadi sebuah tanda karakter yang dikenal oleh masyarakatnya serta menjadi sebuah patokan yang juga kemudian ikut dijalankan dan bahkan dikembangkan oleh pemimpin – pemimpin yang baru. 

Salah satu tokoh yang memiliki peran besar dalam menyumbangkan pemikiran tentang seperti apakah seharusnya seorang pemimpin bersikap dan menerapkan berbagai nilai dalam masyarakat, yakni Niccolo Machiavelli pernah mengatakan bahwa “seorang pemimpin harus mampu untuk memenangkan hati rakyatnya”, ia juga pernah mengatakan bahwa “seorang pemimpin dapat membangun benteng terkuat untuk melindungi diri dari serangan musuh dari luar, namun sebuah benteng yang teramat kuat sekalipun tidak akan mampu melindungi rakyat dan penguasa dari serangan yang menghancurkan dari dalam benteng” berdasarkan apa yang telah diucapkan oleh Machiavelli di atas seketika membuka tabir yang mungkin saja selama ini masih menutupi kepala kita, perkataan diatas memberikan pesan bahwa, seorang pemimpin dalam menjalankan pemerintahannya haruslah mampu menjadi bijak, dan bahkan harus mampu menjadi apa saja sesuai dengan keadaan dan juga kepentingan yang sedang di kejar, seorang pemimpin harus mampu mengambil hati rakyatnya agar ia dapat tetap memiliki eksistensi, simpati dan kepercayaan dari rakyatnya, namun seorang pemimpin juga tidak boleh bersikap naif dan polos, seorang pemimpin harus selalu memahami bahwa di dalam benteng yang ia bangun untuk mempertahankan diri dari luar akan selalu ada bahaya besar yang mampu merenggut kepemimpinan dan bahkan nyawanya. 

Apa yang telah diucapkan oleh Machiavelli bukanlah sebuah terka – menerka namun merupakan sebuahfakta yang harusmampu dimengerti oleh seorang pemimpin, namun demikian, apakah dengan hanya memahami dua perkataan Machiavelli diatas bisa dianggap cukup untuk kemudian diterapkan sebagai nilai yang harus dipegang dan dijalankan seorang pemimpin ? Benar, jawbannya adalah tidak, kata – kata yang diucapkan oleh Machiavelli diatas hanyalah sedikit dari sekian banyak pemikiran, nilai – nilai dan prisip yang ia tuangkan dalam bukunya, yakni “The Prince” dan kita akan segera membahasnya.

The Prince dan nilai – nilai kepemimpinan didalamnya

              Tak dapat kita pungkiri bahwa hingga saat ini Nicollo Machiavelli masih tetap memegang peranan yang begitu penting dalam pemikiran tentang, negara, kepemimpinan, dan seperti apa seharusnya seorang pemimpin menjalankan kepemimpinannnya, namun walaupun demikian, bayak pendapat yang menyatakan bahwa Machiavelli sebenarnya mengajarkan sebuah pemikiran yang tabu, dan dapat dikatakan susah untuk diterapkan karena berbenturan dengan nilai moralitas yang ada. Pandangan Machiavelli di anggap jauh dari nilai – nilai etika dan juga dipandang tidak normative pada masa itu[1]. Dengan demikian apakah nilai – nilai dalam The Prince yang perlu diikuti? Mengapa judul di atas merujuk kepada suatu hal yang bahkan dianggap jauh dari norma danb moral yang di kenali oleh masyarakat? Adakah sesuatu yang penting yang dapat kita gali dalam The Prince?

 

Seorang raja harus memiliki tentaranya sendiri

 

              Kita semua pasti setuju jika seorang raja harus memiliki pasukan. Keberadaan pasukan atau tentara dalam sebuah kerajaan ataunegara merupakan sebuah aspek yang sangat penting, tanpa harus berfikir panjang kita semua tentunya sudah mengetahui apa fungsi keberadaan tentara dalam sebuah negara, kita pasti akan menjawab bahwa tentara memiliki peran dalam menjaga keamanan negara dari segala serangan dari luar yang dapat membahayakan kedaulatan negara. Ya, itu benar, namun tentara seperti apa yang harus dimiliki oleh negara? Tentara seperti apa yang harus dipersiapkan dan dimiliki oleh seorang pemimpin? Dalam The Prince, Machiavelli dengan gamblang dan tegas menagatakan bahwa seorang raja harus memiliki pasukannya sendiri, maksudnya ialah bahwa pasukan atau tentara yang dimiliki negara merupakan tentara yang dibentuk di dalam negara, bukan tentara bayaran. Mengapa demikian? Hal yang paling mendasar dan penting untuk kita pahami dan ketahui ialah bahwa antara tentara resmi bentukan negara dan tentara bayaran terdapat sebuah jurang besar yang diebut dengan Loyalitas (Kesetiaan), tentara tidak hanya diukur dari kekuatan, jumlah, atau persenjataan apa saja yang mereka miliki, namun salah satu ukuran yang melekat dalam diri pasukan atau tentara ialah loyalitas, mengapa loyalitas menjadi begitu penting dimiliki oleh tentara terhadap negara dan pemimpinnya? Kita harus mengatahui bahwa tentara atau pasukan bayaran bukanlah tentara yang berdiri berdasarkan loyalitas, loyalitas tentara bayaran terikat erat dengan bayaran yang mereka terima, tentara bayaran tidak memiliki kesetiaan dan dapat mengabdi terhadap banyak sekali tuan tergantung dengan siapa mereka mendapatkan bayaran yang paling memuaskan, namun berbeda dengan tentara resmi yang dibentuk di dalam negara atau dibentuk langsung oleh seorang pemimpin yang ditempa dan berdiri diatas loyalitas, tentara yang dibentuk oleh tangan pemimpin sangat jarang untuk melakukan tindakan penghianatan dan akan selalu mendukung pemimpin terlepas benar atau salahnya tindakan yang dilakukan seorang pemimpin, tentara yang dibentuk oleh tangan seorang pemimpin  akan sangat susah untuk dihasut dan diberikan doktrin dari luar, maka dari itu Machiavelli memberikan sebuah perhatian yang sangat penting dalam hal ini. Terdapat satu pertanyaan lagi terkait apa yang baru saja dibahas tentang bagaimana kemudian di zaman ini seorang penguasa dapat memiliki pasukan atau orang - orang yang loyal terhadapnya? Jawabanya ialah dengan memberikan kepecayaan terhadap mereka, seorang pemimpin harus mampu menanamkan kepercayaan didalam diri orang – orang yang ada disekelilingnya, memperlakukan meraka dengan hormat dan memberikan merak alasan mengapa mereka harus loyal, dan semua aspek itu harus mampu dinjukan oelh seoarang penguasa atau pemimpin agar orang – orang yang ada disekelilingnya dan tentara – tentaranya hidup loyal terhadap seorang pemimpin.

 

Hal apa yang harus dimiliki seorang pemimpin agar tetap disegani rakyatnya ?

 

              Setelah memiliki orang – orang yang memiliki loyalitas disekelilingnya, lantas bagaimanakah seorang pemimpin negara dapat mempertahankan hal tersebut? Lantas apa yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin negara agar tetap disegani oleh rakyatnya? Seorang pemimpin negara harus mampu memimpin dan memerintah negara yang ia pimpin, menjadi pemimpin negara nyatanya lebih rumit dan lebih kompleks dikarenakan negara terdiri dari begitu  banyak aspek yang harus dimpin dan dipesatukan dibawah sebuah sistem pemerintahan. Terdapat begitu banyak sikap baik yang diharapkan dimiliki oleh seorang pemimpin diantaranya yakni , integritas, menjadi inspirasi, mampu berkomunikasi dengan baik, mampu mengambil keputusan akan suatu hal, percaya diri dan berbagai hal baik lainnya. (Maulani, 2021), namun dalam hal kepemimpinan terhadap sebuah negara maka sikap yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin sejatinya harus lebih dari sekedar sikap pada umumnya, memimpin negara yang terdiri atas banyak sekali aspek membutuhkan sikap seorang pemimpin yang harus lebih kompleks, 

Machiavelli dalam “The Prince” sangat menekankan bahwa seorang raja atau pemimpim harus mampu memiliki keberpihakan, seorang raja harus mampu memihak terhadap suatu hal yang harus di tentukan akan keputusannya, Machiavelli mengatakan bahwa sikap ragu – ragu dan tidak memihak yang dimiliki oleh seorang raja atau pemimpin negara dapat membahayakan dan menjatuhkan pemimpin itu sendiri (Parera, 1991). 

Kemudian apakah cukup sampai disitu saja? Tentunya tidak, pemimpin juga harus mampu mengapresiasi rakyatnya, hal yang terdengar sederhana namun begitu besar andilnya jika dilakukan, memimpin sebuah negara yang diisi oleh kemajemukan bukanlah hal yang gampang, maka agara tetap disegani oleh rakyat maka pemimpin harus mampu memberi apresiasi terhadap masyarakat, menghargai karya masyarakat, memberikan apresiasi yang setimpal terhadap keberhasilan masyarakat bukanlah hal yang akan menjadi kerugian bagi seorang pemimpin, namun sebaliknya, rakyat akan menaruh simpati, merasa dicintai, dan merasa didengarkan, sehinggahal itu kemudian dapat digunakan oleh pemimpin sebagai salah satu faktor yang menunjang kekuatan seorang pemimpin negara

 

Dicintai atau ditakuti? Manakah yang lebih tepat untuk seorang pemimpin negara ?

 

Dalam perjalanan sejarah terdapat berbagai kisah tentang para pemimpin terdahulu, dari begitu banyak pemimpin terdapat bewrbagai cerita yang dikisahakan terkait mereka, ada pemimpin yang dikenal karna memeliki kebijaksanaan, dikenal baik, dan tidak sedikit pula yang dikenal keras, bengis, dan kejam. Tentunya semua orang ingin memiliki pemimpin yang baik dan dicintai rakyatnya, namun pernahkah kita menyadari bahwa pemimpin yang baik dan terkadang dapat kita katakana “naif” justru kehilangan kendali atas rakyatnya, kehilangan simpati dan tidak dihargai, hal ini bukan serta merta mengajak kita untuk memilih atau menjadi pemimpin yang kejam, namun Machiavelli menjelaskan bahwa kedua hal ini harus seimbang dalam diri seorang pemimpin negara. Kebaikan hati yang diterapkan dengan salah dapat menyebabkan kehancuran terhadap suatu negar, namun sebaliknya kepemimpinan yang keras namun memiliki tujuan yang baik justru dapat membangun negara, maka dari itu , mana yang lebih baik? Dicintai atau ditakuti? Machiavelli menjelaskan bahwa begitu rumit untuk menentukan salah satu dari kedua hal tersebut karena sorang pemimpin harus berhati – hati, seorang pemimpin tentu saja ingin dicintai dan ditakuti. Lantas bagaimana jika seorang pemimpin negara tidak dapat meraih kedua hal tersebut? Maka dalam hal ini lebih bak menjadi pemimpin yang ditakuti daripada dicintai jikalau memang seorang pemimpin tidak mampu mendapatkan keduanya.

 

Masihkan relevan dizaman ini?

 

Pertanyaan ini sering sekali membayangi kita, ada banyak hak di dunia ini yang di cetuskan jauh sebelum kita  berada pada masa yang begitu maju seperti saat ini. Begitu pula dengan seumbangan berharga Machiavelli dalam “The Prince” apakah hal itu masih relevan untuk diterapkan saat ini? Menurut pandangan saya sebagai penulis opini ini ialah bahwa sumbangan Machiavelli dalam “The Prince” masih begitu sangat relevan, megapa penulis berfikir demikian?

 Hal ini dianggap relevan oleh penulis karna hingga saat ini negara – negara dan para pemimpin masih menerapkan pemikiran Machiavelli, pemikiran Machiavelli merupakan sebuah pemikiran yang kompleks dan lengkap serta tertata, pemikiran Machiavelli memberikan petunjuk yang jelas kepada seorang pemimpin, ingin menjadi pemimpin dnegan model kepemimpinan yang seperti apa? Machiavelli telah memjelaskan garis besarnya, dan seorang pemimpin tinggal memilih. Pemikiran Machiavelli masih sangat menjadi inspirasi hingga saat ini dalam ilmu pemerintahan dan ilmu politik, maka dari itu relevansi dari pemikiran Machiavelli ini masih tepat untuk dikaji dan juga di pertimbangkan untuk di terapkan.

 

 

Daftar Pustaka

 

 

Ikhwan, M. (n.d.). MACHIAVELLI : PEMBENARAN KEKERASAN DALAM KEKUASAAN. AL-IJTIMA`I-International Journal of Government and Social Science, 107.

 

Maulani, G. (2021, Februari 26). Retrieved from Qubisa: https://www.qubisa.com/article/10-kriteria-pemimpin-yang-wajib-diketahui

 

Parera, D. M. (1991). Nicollo Machiaveli SANG PENGUASA: Surat Seorang Negarawan Kepada Pemimpin Republik. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun