Tak dapat kita pungkiri bahwa hingga saat ini Nicollo Machiavelli masih tetap memegang peranan yang begitu penting dalam pemikiran tentang, negara, kepemimpinan, dan seperti apa seharusnya seorang pemimpin menjalankan kepemimpinannnya, namun walaupun demikian, bayak pendapat yang menyatakan bahwa Machiavelli sebenarnya mengajarkan sebuah pemikiran yang tabu, dan dapat dikatakan susah untuk diterapkan karena berbenturan dengan nilai moralitas yang ada. Pandangan Machiavelli di anggap jauh dari nilai – nilai etika dan juga dipandang tidak normative pada masa itu[1]. Dengan demikian apakah nilai – nilai dalam The Prince yang perlu diikuti? Mengapa judul di atas merujuk kepada suatu hal yang bahkan dianggap jauh dari norma danb moral yang di kenali oleh masyarakat? Adakah sesuatu yang penting yang dapat kita gali dalam The Prince?
Seorang raja harus memiliki tentaranya sendiri
Kita semua pasti setuju jika seorang raja harus memiliki pasukan. Keberadaan pasukan atau tentara dalam sebuah kerajaan ataunegara merupakan sebuah aspek yang sangat penting, tanpa harus berfikir panjang kita semua tentunya sudah mengetahui apa fungsi keberadaan tentara dalam sebuah negara, kita pasti akan menjawab bahwa tentara memiliki peran dalam menjaga keamanan negara dari segala serangan dari luar yang dapat membahayakan kedaulatan negara. Ya, itu benar, namun tentara seperti apa yang harus dimiliki oleh negara? Tentara seperti apa yang harus dipersiapkan dan dimiliki oleh seorang pemimpin? Dalam The Prince, Machiavelli dengan gamblang dan tegas menagatakan bahwa seorang raja harus memiliki pasukannya sendiri, maksudnya ialah bahwa pasukan atau tentara yang dimiliki negara merupakan tentara yang dibentuk di dalam negara, bukan tentara bayaran. Mengapa demikian? Hal yang paling mendasar dan penting untuk kita pahami dan ketahui ialah bahwa antara tentara resmi bentukan negara dan tentara bayaran terdapat sebuah jurang besar yang diebut dengan Loyalitas (Kesetiaan), tentara tidak hanya diukur dari kekuatan, jumlah, atau persenjataan apa saja yang mereka miliki, namun salah satu ukuran yang melekat dalam diri pasukan atau tentara ialah loyalitas, mengapa loyalitas menjadi begitu penting dimiliki oleh tentara terhadap negara dan pemimpinnya? Kita harus mengatahui bahwa tentara atau pasukan bayaran bukanlah tentara yang berdiri berdasarkan loyalitas, loyalitas tentara bayaran terikat erat dengan bayaran yang mereka terima, tentara bayaran tidak memiliki kesetiaan dan dapat mengabdi terhadap banyak sekali tuan tergantung dengan siapa mereka mendapatkan bayaran yang paling memuaskan, namun berbeda dengan tentara resmi yang dibentuk di dalam negara atau dibentuk langsung oleh seorang pemimpin yang ditempa dan berdiri diatas loyalitas, tentara yang dibentuk oleh tangan pemimpin sangat jarang untuk melakukan tindakan penghianatan dan akan selalu mendukung pemimpin terlepas benar atau salahnya tindakan yang dilakukan seorang pemimpin, tentara yang dibentuk oleh tangan seorang pemimpin akan sangat susah untuk dihasut dan diberikan doktrin dari luar, maka dari itu Machiavelli memberikan sebuah perhatian yang sangat penting dalam hal ini. Terdapat satu pertanyaan lagi terkait apa yang baru saja dibahas tentang bagaimana kemudian di zaman ini seorang penguasa dapat memiliki pasukan atau orang - orang yang loyal terhadapnya? Jawabanya ialah dengan memberikan kepecayaan terhadap mereka, seorang pemimpin harus mampu menanamkan kepercayaan didalam diri orang – orang yang ada disekelilingnya, memperlakukan meraka dengan hormat dan memberikan merak alasan mengapa mereka harus loyal, dan semua aspek itu harus mampu dinjukan oelh seoarang penguasa atau pemimpin agar orang – orang yang ada disekelilingnya dan tentara – tentaranya hidup loyal terhadap seorang pemimpin.
Hal apa yang harus dimiliki seorang pemimpin agar tetap disegani rakyatnya ?
Setelah memiliki orang – orang yang memiliki loyalitas disekelilingnya, lantas bagaimanakah seorang pemimpin negara dapat mempertahankan hal tersebut? Lantas apa yang harus dilakukan oleh seorang pemimpin negara agar tetap disegani oleh rakyatnya? Seorang pemimpin negara harus mampu memimpin dan memerintah negara yang ia pimpin, menjadi pemimpin negara nyatanya lebih rumit dan lebih kompleks dikarenakan negara terdiri dari begitu banyak aspek yang harus dimpin dan dipesatukan dibawah sebuah sistem pemerintahan. Terdapat begitu banyak sikap baik yang diharapkan dimiliki oleh seorang pemimpin diantaranya yakni , integritas, menjadi inspirasi, mampu berkomunikasi dengan baik, mampu mengambil keputusan akan suatu hal, percaya diri dan berbagai hal baik lainnya. (Maulani, 2021), namun dalam hal kepemimpinan terhadap sebuah negara maka sikap yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin sejatinya harus lebih dari sekedar sikap pada umumnya, memimpin negara yang terdiri atas banyak sekali aspek membutuhkan sikap seorang pemimpin yang harus lebih kompleks,
Machiavelli dalam “The Prince” sangat menekankan bahwa seorang raja atau pemimpim harus mampu memiliki keberpihakan, seorang raja harus mampu memihak terhadap suatu hal yang harus di tentukan akan keputusannya, Machiavelli mengatakan bahwa sikap ragu – ragu dan tidak memihak yang dimiliki oleh seorang raja atau pemimpin negara dapat membahayakan dan menjatuhkan pemimpin itu sendiri (Parera, 1991).
Kemudian apakah cukup sampai disitu saja? Tentunya tidak, pemimpin juga harus mampu mengapresiasi rakyatnya, hal yang terdengar sederhana namun begitu besar andilnya jika dilakukan, memimpin sebuah negara yang diisi oleh kemajemukan bukanlah hal yang gampang, maka agara tetap disegani oleh rakyat maka pemimpin harus mampu memberi apresiasi terhadap masyarakat, menghargai karya masyarakat, memberikan apresiasi yang setimpal terhadap keberhasilan masyarakat bukanlah hal yang akan menjadi kerugian bagi seorang pemimpin, namun sebaliknya, rakyat akan menaruh simpati, merasa dicintai, dan merasa didengarkan, sehinggahal itu kemudian dapat digunakan oleh pemimpin sebagai salah satu faktor yang menunjang kekuatan seorang pemimpin negara