Mohon tunggu...
Yulia Yuli
Yulia Yuli Mohon Tunggu... Blogger -

Simple life @Julayjo

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Sisa Semalam

23 Desember 2014   08:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:39 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Titip rasa, titip jelaga, titip asmara

Biarkan ia menyatu dengan halimun kata

Karena ini memang tak biasa

Aku lemah olah rana asmara



Namun sayang petir itu pasti datang

Karena memang ku undang

Lamat-lamat terngiang nada sindiran

Ku cari membaui dengusan udara



Kau hanya terdiam juga

Suaramu tak berisik

Sudah diam saja

Biar aku berirama kata



Kan ku tuntaskan hati yang menggelinjang penuh asamara noda

Tak usah kau lerai, apalagi memerah murka

Hirup saja aroma nikmat bercinta kata ini

Aku puas, kau dengar!



kau tak mampu menjawabnya kan?

kau malah tergerus resah, bimbing saja dirimu mengarah padaku

Sini, kan ku robek diam hitamu

Ah, sudahlah, aku mulai resah dengan asmaraku

Panahnya mulai menumpul, runcingnya hanya diawal kau sapa



Kau selau diam

Aku tunggu hingga hitungan matahari terbenam kembali

Bantulah cahayanya menerpa raut wajahku yang mengusam, lapuk

Ya, sesungguhnya hatiku tak pernah mendua

Serombongan raga pernah singgah menyentuh kata



Ku tiadakan kata dua

Karena mereka masih menetap menyapa malamku, tak ku buang

Lumayan buat koleksi sesaat sunyi

Dan mereka ku bodohi

Kau mau jadi yang keberapa? Pertama?

Tak mungkin, hatiku telah mendulangnya berkali-kali



Jangan terbelalak, tutup saja matamu

Mari kita bergemuruh saja dengan rasa yang ada

Tak usah dijabarkan

Biarkan melarut dalam darah, lantas menghitam



Bersungut mantra gelora kasih

Sampai kapan?

Sampai bibirku berbuih

mengeluarkan tanda biru beraromakan melati

Dengarlah wahai cenayang dia tak sanggup mengolah kata buatku



Padahal aku tengah bergelora menanti rasa

Cukup! Lelahku bersambung sesak

Derita rinduku sengaja menjauh

Aku kan menjerit bahagia dari rasa sakit



Hela saja napasmu

Dan biarkan aku menari sinting

Biarkan aku berdiri miring

Segalanya ku persembahkan dalam raga aksara mengunting.

Puas!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun