"Ah Ibu,, enggak kok Bu, Endah cuman lagi pengen menyegarkan otakku, Bu. Hari ini Endah dapat ceramah hangat dari manager. Habis itu, pekerjaan Endah juga banyak banget, Bu. Jadi,, Endah cuman pengen senang-senang dikit. Emang ga boleh ya Bu?" Sambil memegang tangkai ashoka wajahku agak sedikit cemberut manja terhadap Ibu.
Ibu hanya tersenyum tipis, sambil menyuruhku segera mandi karena sebentar lagi waktu maghrib.
"Mandi sana, ayukk.. Dikit lagi waktu maghrib lho Ndah.."
"Iya,, iya Bu...." Sambil berjalan ke arah ibu yang masih berdiri di teras depan, tapi masih tetap dengan wajah cemberut manja ketika aku menghampiri ibu.
"Endah mandi dulu Bu.. Ada air panas ga Bu? Pegal nih badan Endah.." Sambil sedikit menyenggol lengan ibu dan sedikit memainkan alis mataku ke arah ibu.Â
Ibu hanya tersenyum melihat sifat kenak-kanakanku, "ada... Baru juga ibu matikan komfornya, sepertinya masih panas. Cepat sana ganti pakaian, keburu ntar airnya dingin lagi." Desak ibuku agar aku segera memgikuti arahannya.
Memang karena aku adalah anak perempuan satu-satunya sehingga aku sering diperlakukan seperti anak kecil. Meskipun begitu aku tidak terlalu begitu menunjukkan sifat manjaku kepada mereka. Aku juga malu karena umurku sudah dewasa. Tapi kadang-kadang keceplosan juga. Misalnya pas bangun tidur, Â aku akan langsung menuju dapur, dengan sedikit bermanja-manja aku akan menanyakan "Bu...... masak apa Bu.." Atau yang seperti tadi itu, saat diluar nalarku, aku menanyakan "ada air panas ga Bu?"Â
Malahan ibu sangat senang bila aku bermanja-manja denganya. Tapi aku agak sedikit risih bila teman-teman bermain ke rumah. Ibu kadang tak terkontrol lagi memperlakukanku seperti anak kecil, takut bila teman-teman melihatnya. Aku bisa dibully habis-habisan.Â
Aku yakin semua ibu di dunia ini sama perlakuannya ke anak-anaknya sama seperti ibuku.
Kasih Ibu sepanjang masa, cinta kasihnya tak terbalas emas dan permata.
****