"Astagfirullah..... Lelaki itu,, lelaki itu,, bukankah dia orang yang pernah kulihat dalam mimpiku. Aku yakin dialah orangnya."Â
Kulentikkan jemariku pada kening yang sudah mulai lelah, karena seharian bekerja berhadapan dengan komputer. Tanpa berpikir panjang, aku rapikan meja kerjaku.
"Aku harus segera pulang, semoga pria itu masih berada di tempat di mana aku melihatnya pagi tadi."
Kuberlari menghampiri si Fino, kulajukan kecepatanya berharap dapat bertemu dengan orang yang yang pernah mememani dan memberikan warna-warni dalam mimpiku.Â
"Bruuuk..."Â
Aku dimakan lamunan sehingga Fino menabrak sebuah motor suzuki berwarna merah tepat di persimpangan bundaran km 3. Nasib baik masih berpihak padaku. Aku tak kenapa-napa. Kuangkat Finoku. Tiba-tiba terdengar ada suara yang begitu lembutnya berbisik ditelingaku. "Adek..... Tidak kenapa-napa? Apakah ada yang terluka? Sambil membantuku berdiri karena aku sempat terjatuh.Â
Kusapu sweaterku yang menutup kedua lenganku dan juga celana Chino pada bagian lututku.Â
Tak kusangka, begitu kuangkat wajahku perlahan, nampak jelas berdiri di depan bola mataku sosok pria yang seharian ini menjadi topik utama dalam pembicaraan nadi otakku.
"Iya kak, sy baik-baik saja." Rasanya jantung ini hampir terlepas dari peraduannya.
"Mari dek, kuantarkan adek pulang, biar motornya nanti aku hubungi seorang temanku dekat sini untuk membawanya." Â Aku mengangguk pertanda akupun mau dia mengantarkanku pulang.
"Baik kak,, tapi aku takut merepotkan."Â