Kulangkahkan kaki ke meja kerjaku, melanjutkan beberapa sisa tugas yang masih tertata rapi, meski ada juga beberapa sobekan-sobekan kertas yang membuatnya terlihat sedikit dekil. Kukerjakan tugas-tugas itu dengan penuh semangat, karena pagi ini aku termotivasi dengan dua hal. Pertama, manager menyambutku dengan senyuman, karena bagi kami ketika manager menyambut kami dengan senyuman,,, itu adalah hal yang luar biasa. Manager kami orang yang sangat keras dalam pengawasan pekerjaan setiap karyawannya. Mulai dari tingkat kedisiplinan, sampai pada penyelesaian tugas tepat waktu.Begitu juga dengan aturan-aturan kantor yang seolah itu adalah aturan baku yang benar-benar harus ditatati dan dipatuhi. Terkadang sangat menjengkelkan bila manager sedang bad mood. Namun, itulah pekerjaan dengan segala konsekuensi yang harus dijalani. Yang Kedua, aku termotivasi karena aku sempat melihat seorang pria yang begitu aku melihatnya sedikit menggetarkan jiwaku. Sepertinya pria itu mempunyai sebuah karismatik yang luar biasa, yang dapat membuatku terus memeras otak agar dapat memulihkan ingatanku tentangnya.
Kuselesaikan pekerjaanku dengan penuh konsentrasi dan penuh ketelitian, agar tidak ada kesalahan saat pemeriksaan nanti.
Jam dinding di ruanganku menunjukkan tepat pukul 11. 45, waktunya istirahat shalat dan makan siang. Selesai kujalankan kewajibanku sebagai seorang hamba, bersama seorang teman kami beranjak ke kantin untuk menikmati makan siang.Â
Pikiranku mulai terbang ke mana-mana, berkompromi bersama batin, berusaha untuk mengingat sosok pria yang kudapati pagi tadi.
"Endah.. Endah.." lamunanku ditepis oleh Sella, temanku yang sedang duduk menatapku kebingungan.
"Heii,, apa yang sedang kamu pikirkan?"
"Oh,, tidak,, tidak ada apa-apa. Aku baik-baik saja."
"Wajahmu menunjukkan bahwa kau sedang tidak baik-baik saja. Ada apa, Ndah? Ceritakan padaku, siapa tahu aku dapat membantumu. Apakah ada masalah kantor? Ataukah masalah di rumah? Sella terus saja menyodorkan sejuta pertanyaan.
" Ah Sella,, tidak ada apa-apa kok. Mungkin aku cuma kecapean saja karena pekerjaan kantor yang sangat banyak tadj."Â
Kami melanjutkan makan siang, tetapi wajah Sella masih terlihat sedikit kebingungan karena melihat ekspresiku yang tidak menikmati makan siang kali ini. Kami kembali ke ruangan kerja setelah jam istirahat berakhir.
Kutatapi komputer yang ada di depanku, tapi raga dan pikiranku masih tetap pada pria itu.