"Ibu Tiwi, silahkan masuk."
Perlahan seorang wanita berbalutkan busana batik bangkit dari kursinya, usianya 73 tahun, mengumbar senyumnya kepada pasien lain yang masih menunggu giliran. Entah apa yang membawanya menemui dr. Cinta. Dengan langkah anggun ia melangkah ke ruang praktek dr. Cinta yang menyambutnya dari balik mejanya dengan senyum hangat.
"Silahkan duduk ibu Tiwi. Ada keluhan apa ibu? Coba ceritakan ke saya, apa yang ibu rasakan?"
"Begini Dok. Belakangan ini saya suka merasa sesak di bagian dada," ujar ibu Tiwi sambil memegang dadanya.
"Bisa ibu ceritakan sejak kapan saja ibu merasa sesak?"
"Kira-kira sudah sebulan ini dok."
"Coba ibu ceritakan kapan saja ibu merasa seperti itu."
"Waktu itu, ketika saya hendak makan, tangan saya ini bertengkar dengan mulut. Mereka meributkan siapa yang paling penting. Akhirnya saya tidak jadi makan. Melihat pertengkaran mereka membuat dada saya sakit, Dok."
"Ada lagi ibu?"
"Ya, ada Dok. Ketika para anggota tubuh mengadakan pemilihan ketua, jantung mengancam akan berhenti berdetak kalau ia tidak terpilih sebagai ketua dari anggota tubuh lainnya. Waktu itu dada saya benar-benar terasa nyeri, Dok. Seperti mau mati rasanya."
Ibu Tiwi menghapus airmata yang jatuh begitu saja membasahi kedua pipinya yang dihiasi perona pipi.
"Apalagi belakangan hari ini Dok. Saya semakin sering merasa sesak. Anggota-anggota tubuh saya menjadi mudah tersinggung. Misalnya ketika saya mencuci tangan saya sehabis masak, kaki saya merasa tersinggung karena merasa tidak diperhatikan. Kalau saya memasukkan makanan ke dalam mulut, hidung akan marah-marah karena merasa hanya mulut yang diberi makan."
Tenggorokan ibu Tiwi terasa kering, butiran airmata mulai menggenangi bola matanya.
"Saya takut kalau begini terus menerus, lama-lama tubuh saya bisa hancur bu dokter."
Ibu Tiwi tertunduk sambil menyeka airmatanya. Pundaknya bergetar menahan tangis. Dokter Cinta memberikan saputangan miliknya kepada ibu Tiwi.
"Ibu Tiwi, jangan kuatir. Semua masalah pasti ada jalan keluarnya. Saya akan menuliskan resep utk ibu, ibu bisa langsung tebus di apotik Cinta, gratis. Siapa nama lengkap ibu?"
"Nama saya: Ibu Pertiwi Indonesia"
"Ok, ibu, ini resepnya untuk ibu."
Dokter Cinta menuliskan nama ibu Tiwi kemudian menuliskan satu kata di resep itu: CINTA.
"Ini ya ibu Tiwi, diminum kapsul cinta-nya 24 kali dalam satu hari, sampai butiran cinta menyebar dan menyatu ke semua anggota tubuh ibu dan mereka saling mencintai kembali, jangan berhenti meminumnya sebelum mereka saling mencintai, kapanpun ibu butuhkan kapsul cinta, datang saja ke apotik Cinta untuk menebusnya. Semoga ibu Pertiwi Indonesia bisa tersenyum kembali ya."
Dokter Cinta menghampiri ibu Tiwi dan memeluknya erat. Jangan menangis lagi ibu. Tubuhmu akan baik-baik saja selama masih ada aku, Cinta yang menjagamu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H