(Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Com)
Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara! Alasan di Balik Pilihannya Mengikuti Pendidikan Kolonial?
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh penting dalam sejarah pendidikan Indonesia. Dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional, beliau bukan hanya berperan dalam mengembangkan sistem pendidikan di Indonesia, tetapi juga dalam memperjuangkan akses pendidikan bagi rakyat Indonesia.Â
Namun, sebelum membangun Taman Siswa dan mendirikan sistem pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara, yang dulu bernama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, memulai pendidikan di bawah sistem kolonial Belanda. Keputusan ini bukanlah tanpa alasan, dan dalam artikel ini, akan dibahas alasan di balik pilihannya untuk mengikuti pendidikan kolonial, serta perspektif para ahli yang mendasari pandangan tersebut.
Akses Terbatas untuk Pribumi
Pada masa kolonial, akses pendidikan bagi pribumi sangat terbatas. Pendidikan yang berkualitas hanya terbuka untuk kalangan Eropa dan sebagian kecil pribumi dari kalangan bangsawan.Â
Ki Hajar Dewantara, sebagai seorang bangsawan Jawa, mendapatkan kesempatan untuk mengakses pendidikan melalui Europeesche Lagere School (ELS), sebuah sekolah yang didirikan oleh pemerintah kolonial untuk anak-anak Eropa dan pribumi dari golongan terpelajar. Ini menjadi salah satu jalur terbuka bagi pribumi untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi, meskipun hanya segelintir orang yang diberi kesempatan tersebut.
Menurut Dahlan Iskan, seorang pakar pendidikan, keputusan Ki Hajar Dewantara untuk memasuki pendidikan kolonial merupakan langkah pragmatis. Mengingat tidak banyak pilihan pendidikan untuk pribumi pada masa itu, ELS menjadi satu-satunya jalur untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi yang tidak ditawarkan oleh sistem pendidikan tradisional Indonesia.
Dalam konteks keterbatasan pilihan yang ada, Ki Hajar Dewantara memanfaatkan kesempatan yang ada untuk memperoleh pendidikan yang lebih modern. Meskipun sistem pendidikan kolonial dirancang untuk memperkuat kekuasaan penjajah, bagi Ki Hajar Dewantara, ini adalah cara untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih luas dan mendalam yang kelak akan digunakan untuk perjuangan sosial dan politik.
Pendidikan Sebagai Alat Perjuangan Sosial dan Politik
Ki Hajar Dewantara memahami betul bahwa pendidikan bukan hanya sekadar proses pengajaran, tetapi juga merupakan alat penting dalam perjuangan kemerdekaan. Pendidikan kolonial, meskipun tujuannya untuk mempertahankan kekuasaan Belanda, bisa menjadi senjata bagi pribumi untuk meningkatkan kualitas hidup dan membuka jalan untuk perlawanan terhadap ketidakadilan sosial.
Menurut Dr. Soedjatmoko, seorang intelektual Indonesia, Ki Hajar Dewantara memanfaatkan pendidikan kolonial sebagai sarana untuk memperjuangkan kemerdekaan. "Pendidikan bukan hanya sekadar ilmu, tetapi alat untuk memahami dan melawan ketidakadilan," ujarnya. Ki Hajar Dewantara memanfaatkan pendidikan tersebut untuk mempelajari cara kerja sistem kolonial, yang kemudian digunakan untuk strategi perjuangan.
Meskipun pendidikan kolonial dirancang untuk memperkuat dominasi penjajah, Ki Hajar Dewantara mampu melihatnya dari perspektif yang berbeda. Ia memanfaatkan pendidikan tersebut untuk membekali dirinya dengan pengetahuan yang diperlukan untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dalam hal ini, pendidikan menjadi senjata dalam perlawanan terhadap kolonialisme, dan Ki Hajar Dewantara menyadari pentingnya pendidikan sebagai alat untuk meraih kebebasan.
Pengaruh dalam Pembentukan Pemikiran Pendidikan
Melalui pendidikan kolonial, Ki Hajar Dewantara mendapatkan pemahaman tentang sistem pendidikan Barat. Pengetahuan ini kemudian ia aplikasikan dalam pembentukan konsep pendidikan nasional Indonesia. Meskipun pendidikan kolonial menekankan pada nilai-nilai yang bersifat menguntungkan penjajah, Ki Hajar Dewantara mampu mengadaptasinya untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih humanis dan membebaskan. Ia memperkenalkan Taman Siswa, lembaga pendidikan yang mengutamakan kebebasan dalam belajar dan memanfaatkan nilai-nilai budaya lokal.
Menurut A. M. Saefuddin, seorang pakar sejarah pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara mengadaptasi esensi pendidikan Barat yang ia terima untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif. "Ki Hajar Dewantara memanfaatkan pendidikan Barat untuk menciptakan pendidikan yang membebaskan rakyat dari penjajahan," katanya.
Meskipun pendidikan kolonial dirancang untuk memperkuat struktur kekuasaan kolonial, Ki Hajar Dewantara mampu mengubahnya menjadi instrumen untuk memperjuangkan kebebasan dan kemandirian. Dengan memanfaatkan pendidikan yang didapatkan dari sistem kolonial, Ki Hajar Dewantara mampu mengembangkan konsep pendidikan yang berfokus pada pengembangan karakter dan keterampilan masyarakat Indonesia, serta mengedepankan nilai-nilai budaya bangsa.
Kesadaran Akan Keterbatasan Pendidikan Tradisional
Salah satu alasan utama Ki Hajar Dewantara memilih pendidikan kolonial adalah karena keterbatasan sistem pendidikan tradisional pada masa itu. Pendidikan tradisional lebih banyak mengajarkan nilai-nilai agama dan adat, yang belum cukup untuk mempersiapkan pribumi menghadapi tantangan zaman dan kolonialisme. Ki Hajar Dewantara menyadari bahwa untuk mencapai kemajuan, pendidikan yang lebih luas dan modern diperlukan, yang hanya dapat diperoleh melalui pendidikan Barat.
Menurut Mohammad Hatta, salah satu proklamator kemerdekaan Indonesia, Ki Hajar Dewantara memahami pentingnya pendidikan modern untuk kemajuan bangsa. "Pendidikan tradisional kita terbatas pada pengajaran agama dan moral, sementara dunia terus berubah. Ki Hajar Dewantara melihat pendidikan Barat sebagai cara untuk memberikan pengetahuan praktis yang diperlukan oleh rakyat untuk maju," kata Hatta.
Meskipun pendidikan tradisional memiliki banyak nilai luhur, Ki Hajar Dewantara sadar bahwa untuk menghadapi tantangan zaman dan penjajahan, dibutuhkan pengetahuan yang lebih sistematis dan praktis. Pendidikan kolonial menawarkan hal tersebut, dan Ki Hajar Dewantara memanfaatkan kesempatan itu untuk memperoleh ilmu yang berguna untuk perjuangan bangsa.
Kesimpulan
Keputusan Ki Hajar Dewantara untuk mengikuti pendidikan kolonial bukanlah pilihan yang sederhana. Dalam konteks penjajahan, di mana pilihan pendidikan sangat terbatas, Ki Hajar Dewantara melihat pendidikan kolonial sebagai kesempatan untuk memperjuangkan kemerdekaan dan kemajuan Indonesia. Ia memanfaatkan pendidikan yang ia peroleh untuk mengembangkan konsep pendidikan yang dapat membebaskan rakyat Indonesia dari belenggu kolonialisme dan membuka jalan menuju kemerdekaan.Â
Dengan demikian, meskipun pendidikan kolonial pada dasarnya merupakan alat untuk memperkuat kekuasaan penjajah, Ki Hajar Dewantara mampu menjadikannya sarana untuk meraih kebebasan dan membangun bangsa yang lebih baik.
Kira-kira kalau sekarang masih ada nggk Bapak Pendidikan seperti beliau?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H