b. Pemenuhan standar tenaga laboratorium
Saat ini keberadaan laboratorium belum dilengkapi dengan tenaga yang memadai. Pengelolaan laboratorium masih diserahkan pada guru pengampu mata pelajaran masing - masing. Belum adanya tenaga laboratorium menjadi kendala guru dalam melaksanakan pembelajaran di laboratorium. Guru merasa kurang waktu bila harus mempersiapkan praktikum, dan mengelola laboratorium sendiri akibatnya guru enggan memanfaatkan laboratorium untuk media praktek pembelajaran. Sesuai standar tenaga laboratorium, minimal terdapat tiga personil laboratorium yaitu ketua, teknisi, dan laboran laboratorium. Dengan adanya tenaga laboratorium yang sudah sesuai dengan standar diharapkan guru mau memanfaatkan laboratorium sebagai sarana pembelajaran dan peningkatan kompetensi guru, sehingga keberadaan laboratorium dapat berfungsi secara optimal. Oleh karena sangat dibutuhkan tenaga laboran yang mengusai tentang alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum.
c. Pengelolaan laboratorium secara professional.
Sebagus atau semodern apapun suatu laboratorium, bila tidak didukung oleh tata kelola yang baik, maka tidak akan menghasilkan kegiatan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Oleh karena itu, agar tata kelola laboratorium berjalan sesuai dengan harapan, maka diperlukan seorang manager (dalam hal ini kepala laboratorium) yang memahami betul bagaimana pengelolaan laboratorium dilakukan. Sama halnya di laboratorium lainnya, tata kelola di laboratorium sekolah sangat erat kaitannya dengan tata kelola sarana dan prasarana (fasilitas), peralatan dan bahan, personil laboratorium, kegiatan laboratorium, dan dokumentasi/sistem pengarsipan/inventaris.
Berbeda dengan laboratorium lain pada umumnya yang hanya bertanggung jawab terutama pada produk yang dihasilkan, laboratorium IPA sekolah bertanggung jawab baik terhadap proses maupun produk kegiatan laboratorium. Hal ini dapat dipahami karena laboratorium sekolah berperan sebagai pengganti pembelajaran di kelas, artinya laboratorium sekolah berperan juga sebagai wahana untuk proses pembelajaran. Oleh karena itu, Laboratorium IPA sekolah harus dikelola dengan sangat bersungguh-sungguh, sistematik, dan tepat sasaran, sehingga tujuan pembelajaran yang berorientasi pada proses dan produk pembelajaran melalui praktikum tercapai.
Agar tujuan kegiatan praktikum di laboratorium tercapai dengan baik, maka diperlukan suatu sistem tata kelola atau manajemen yang sangat kuat, yang mencerminkan kualitas atau mutu proses/kegiatan laboratorium, dengan senantiasa memperhatikan kepuasan pebelajar/siswa. Karena tata kelola laboratorium dirancang untuk kualitas atau mutu, maka seringkali istilah sistem tata kelola diartikan sebagai sistem manajemen mutu.
Idealnya, laboratorium sekolah sebagai unit atau organisasi yang berorientasi pada pencapaian proses dan produk, hendaknya menganut sistem manajemen mutu yang telah terstandar secara nasional/internasional, yaitu sistem manajemen mutu ISO 9001:2008. Meskipun demikian, karena berbagai keterbatasan, paling tidak laboratorium sekolah, memiliki sistem manajemen mutu mendekati sistem mutu tersebut agar dapat mengorganisasikan kegiatan laboratorium secara menyeluruh, dan semua faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan praktikum terkendali. Yang penting, sistem manajemen mutu laboratorium harus mampu memenuhi kebutuhan laboratorium dan kebutuhan siswa. Kebutuhan laboratorium adalah menciptakan dan mempertahankan kegiatan praktikum yang berkualitas dengan penggunaan sumber daya (peralatan, bahan, dan manusia) yang efisien. Sementara itu, kegiatan laboratorium juga harus membuat siswa terpuaskan “scientific sense” nya, serta membangun rasa senang/cinta terhadap IPA. Selain itu, sistem manajemen mutu di laboratorium dapat menuntun tindakan personil laboratorium, peralatan, dan informasi menjadi lebih terkoordinasi. Jadi sistem manajemen mutu di laboratorium sekolah sangat bermanfaat dan sangat relevan dikembangkan, karena di dalam sistem tersebut semua kebijakan, sasaran serta cara/prosedur untuk mencapai sasaran tersebut ditetapkan. Dengan demikian sistem manajemen mutu merupakan sistem yang mengarahkan dan mengendalikan laboratorium sekolah untuk mencapai mutu yang ditetapkan.
d. Pengawasan
Pengawasan adalah kegiatan membandingkan atau mengukur yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma standar atau rencana- rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Pengawasan atau kontrol yang merupakan bagian terakhir dari fungsi manajemen dilaksanakan untuk mengetahui:
- Apakah semua kegiatan telah dapat berjalan sesuai dengan rencana sebelumnya.
- Apakah didalam pelaksanaan terjadi hambatan, kerugian, penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang, penyimpangan dan pemborosan.
- Untuk mencegah terjadinya kegagalan, kerugian, penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang penyimpangan, dan pemborosan.
- Untuk meningkatkan efisien dan efektifitas organisasi.
Adapun tujuan pengawasan dalam manajemen sebagai berikut:
- Menentukan dan menghilangkan sebab-sebab yang menimbulkan kesulitan sebelum kesulitan itu terjadi.
- Mengadakan pencegahan dan perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi.
- Mendapatkan efisiensi dan efektifitas