Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Terminal Sudah 'Upgrade', Angkot Kapan 'Level Up'? Yuk, Samakan Levelnya!

26 Januari 2025   15:30 Diperbarui: 26 Januari 2025   15:30 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Angkot melintas di sekitar terminal Leuwi Panjang Kota Bandung, Jawa Barat. | Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Sabtu kemarin, (25/1/2025) saya menyaksikan kontras yang cukup mencolok saat mengunjungi Terminal Leuwi Panjang, Bandung. Terminal yang telah direnovasi tampak megah dengan berbagai fasilitas modern. 

Ruang tunggu yang nyaman, toilet bersih, hingga pusat informasi yang informatif, semuanya begitu memanjakan mata. Namun, kemewahan itu seakan tercoreng oleh pemandangan angkot-angkot yang melintas di sekitar terminal.

Tidak sedikit di antara angkot-angkot tersebut yang kondisinya memprihatinkan. Cat yang mengelupas, interior yang kusam, hingga bau yang tidak sedap menjadi pemandangan sehari-hari. 

Padahal, angkot merupakan moda transportasi massal yang paling sering digunakan oleh masyarakat. Bayangkan, penumpang yang baru saja menikmati fasilitas modern di terminal harus berpindah ke angkot yang kondisinya jauh dari kata layak.

Mengapa kesetaraan ini penting?

Pertama, kesetaraan ini adalah kunci untuk menciptakan pengalaman pengguna yang seamless dan memuaskan. Bayangkan, seorang penumpang turun dari bus antar kota dan tiba di terminal yang modern. Ia disambut dengan fasilitas yang nyaman dan modern. Namun, begitu ia keluar dari terminal dan hendak melanjutkan perjalanan menggunakan angkot, ia harus menghadapi kondisi yang sangat kontras. 

Kondisi angkot yang kurang nyaman tentu akan mengurangi kepuasan pengguna atas layanan transportasi publik secara keseluruhan.

Kedua, kesetaraan ini juga penting untuk menjaga citra kota. Terminal yang modern adalah wajah dari sebuah kota yang maju dan dinamis. Namun, jika moda transportasi umum yang menjadi andalan masyarakat, seperti angkot, kondisinya masih jauh dari kata baik, maka citra modernitas kota tersebut akan tercederai. 

Kota yang ingin menjadi tujuan wisata atau investasi tentu harus memiliki sistem transportasi yang terintegrasi dan berkualitas.

Ketiga, kesetaraan ini berkaitan erat dengan keselamatan dan kenyamanan penumpang. Angkot yang kondisinya buruk tidak hanya membuat penumpang tidak nyaman, tetapi juga berpotensi menimbulkan kecelakaan. 

Di samping itu, angkot yang tidak dilengkapi dengan fasilitas yang memadai, atau tempat duduk yang nyaman, juga dapat membahayakan kesehatan penumpang, terutama pada saat cuaca ekstrem.

Keempat, kesetaraan ini dapat memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal. Dengan meningkatkan kualitas angkot, secara tidak langsung kita juga mendorong peningkatan ekonomi para pengemudi dan pemilik angkot. Angkot yang nyaman dan bersih akan lebih diminati oleh penumpang, sehingga pendapatan para pengemudi pun akan meningkat. 

Di samping itu, peningkatan kualitas angkot juga dapat menarik minat investor untuk berinvestasi di sektor transportasi.

Kelima, kesetaraan ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengembangkan transportasi publik yang berkelanjutan. Pemerintah telah banyak berinvestasi untuk membangun infrastruktur transportasi yang modern, seperti jalan tol, kereta api cepat, dan terminal bus. 

Namun, upaya tersebut akan menjadi sia-sia jika tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas angkot sebagai moda transportasi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat.

Lalu, apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan kesetaraan ini?

Pertama, pemerintah perlu membuat regulasi yang lebih ketat terkait standar kelayakan angkot. Regulasi ini harus mencakup aspek teknis, seperti kondisi kendaraan, hingga aspek non-teknis, seperti perilaku pengemudi.

Kedua, perlu ada program peremajaan angkot secara bertahap. Pemerintah dapat memberikan insentif bagi pemilik angkot yang bersedia mengganti kendaraannya dengan yang baru dan lebih ramah lingkungan.

Ketiga, perlu ada upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan dan keamanan angkot. Masyarakat dapat dilibatkan dalam program-program sosialisasi dan edukasi.

Keempat, perlu ada kerja sama yang baik antara pemerintah, pengusaha angkot, dan masyarakat. Semua pihak harus memiliki komitmen yang sama untuk mewujudkan transportasi publik yang lebih baik.

Dengan upaya bersama, kita dapat mewujudkan kesetaraan antara terminal yang modern dan angkot sebagai moda transportasi publik. Hal ini akan memberikan manfaat yang sangat besar bagi masyarakat, baik dari segi kenyamanan, keselamatan, maupun ekonomi.

Kesimpulan

Terminal yang mewah dan angkot yang kumuh adalah dua sisi mata uang yang tidak seimbang. Untuk membangun sistem transportasi yang berkelanjutan dan berorientasi pada pengguna, kita perlu melakukan upaya bersama untuk meningkatkan kualitas angkot. 

Dengan begitu, masyarakat akan semakin nyaman menggunakan transportasi umum dan kota kita akan menjadi lebih baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun