Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kota Tanpa Angkot? Implikasi Sosial dari Dominasi Transportasi Online

24 Januari 2025   22:24 Diperbarui: 24 Januari 2025   22:24 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak angkot yang masih bertahan di Kota Bandung di tengah derasnya transportasi online.| Dok. Pribadi/Jujun Junaedi

Angkot, singkatan dari angkutan kota, telah menjadi ikon mobilitas perkotaan di Indonesia selama berpuluh-puluh tahun. Dengan rute-rute yang khas dan suara klakson yang merdu, angkot menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat. 

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, eksistensi angkot terancam oleh kehadiran transportasi online yang semakin masif. 

Pertanyaannya kemudian muncul, apakah kita akan menyaksikan kota-kota di Indonesia tanpa kehadiran angkot? Dan apa saja implikasi sosial yang akan kita hadapi jika hal ini terjadi?

Sejarah Singkat Angkot

Angkot, singkatan dari angkutan kota, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari lanskap perkotaan di Indonesia. Munculnya angkot tak lepas dari kebutuhan mobilitas masyarakat yang terus meningkat, terutama di kawasan perkotaan yang padat penduduk. 

Awal mula kehadiran angkot dapat ditelusuri kembali ke masa penjajahan Jepang, sekitar tahun 1943. Pada masa itu, kendaraan bermotor mulai diperkenalkan dan dimanfaatkan untuk keperluan transportasi umum.

Setelah Indonesia merdeka, angkot semakin populer dan menjadi salah satu moda transportasi utama di berbagai kota. 

Pada tahun 1946, angkot bahkan menjadi bagian dari DAMRI (Djawatan Angkoetan Motor Repoeblik Indonesia) yang merupakan perusahaan otobus milik negara. Namun, seiring berjalannya waktu, angkot mulai beroperasi secara mandiri dan dikelola oleh koperasi atau kelompok pengemudi.

Salah satu ciri khas angkot adalah fleksibilitas rutenya. Berbeda dengan bus yang memiliki halte-halte tertentu, angkot bisa berhenti di mana saja sesuai permintaan penumpang. 

Hal ini membuat angkot sangat berguna untuk menjangkau kawasan-kawasan yang tidak terlayani oleh transportasi umum lainnya. Lalu, tarif angkot juga relatif terjangkau, sehingga menjadi pilihan yang menarik bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Desain dan tampilan angkot pun mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Awalnya, angkot menggunakan kendaraan bekas yang dimodifikasi. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, banyak angkot yang sudah menggunakan kendaraan yang lebih modern dan nyaman. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun