Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Dari Jakarta ke Pelosok Negeri: Sejauh Mana Program Makan Bergizi Gratis Menjangkau?

12 Januari 2025   17:55 Diperbarui: 12 Januari 2025   17:55 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kota-kota besar, misalnya Jakarta, Bandung, atau Surabaya, program MBG umumnya berjalan lebih terstruktur. Ketersediaan bahan baku lebih mudah, infrastruktur penunjang seperti jalan dan transportasi lebih memadai, serta kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi cenderung lebih tinggi. 

Namun, di sisi lain, tingginya populasi dan kompleksitas masalah sosial di perkotaan juga menjadi tantangan tersendiri. Permasalahan seperti sanitasi yang kurang baik, polusi udara, dan gaya hidup yang kurang sehat dapat menghambat penyerapan nutrisi oleh tubuh, meskipun makanan bergizi telah disediakan.

Berbeda halnya dengan di desa-desa, terutama yang terpencil. Di sini, kendala geografis dan infrastruktur menjadi penghalang utama. Jalan yang rusak, sungai yang sulit diakses, dan keterbatasan tenaga kesehatan membuat distribusi makanan bergizi menjadi sulit. 

Di samping itu, keterbatasan pengetahuan tentang gizi dan pola makan yang tidak sehat juga menjadi masalah. Banyak anak-anak di desa yang lebih sering mengonsumsi makanan instan atau jajanan yang kurang bergizi.

Namun, di balik segala tantangannya, terdapat pula sejumlah kisah sukses implementasi program MBG di desa-desa. Beberapa desa telah berhasil mengembangkan sistem pertanian organik untuk memenuhi kebutuhan pangan lokal, melibatkan masyarakat dalam proses pengolahan makanan, dan bahkan menciptakan produk olahan pangan bernilai tambah. 

Hal ini menunjukkan bahwa dengan dukungan dan pemberdayaan yang tepat, masyarakat desa mampu mengatasi berbagai kendala dan memanfaatkan program MBG secara maksimal.

Evaluasi terhadap program MBG secara berkala sangat penting untuk mengidentifikasi masalah dan mencari solusi yang tepat. 

Data-data yang diperoleh dari evaluasi dapat digunakan untuk memperbaiki kualitas program, meningkatkan efektivitas penyaluran bantuan, dan memastikan bahwa manfaat program benar-benar dirasakan oleh masyarakat. Lalu, evaluasi juga dapat memberikan masukan bagi pengambilan kebijakan di tingkat pusat dan daerah.

Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam evaluasi program MBG adalah keberlanjutan. Bagaimana memastikan bahwa program ini tidak hanya berjalan dalam jangka pendek, tetapi juga dapat terus berkelanjutan dalam jangka panjang? Salah satu caranya adalah dengan melibatkan masyarakat secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program. 

Dengan demikian, masyarakat akan memiliki rasa memiliki yang lebih tinggi terhadap program MBG dan akan berupaya untuk menjaga keberlangsungannya.

Kemudian, perlu juga dilakukan upaya untuk memperkuat sistem logistik dan distribusi makanan. Hal ini dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan pihak swasta, koperasi, atau kelompok masyarakat untuk membangun jaringan distribusi yang efisien dan efektif. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun