Otonomi dan Kesehatan Fisik
Hubungan antara otonomi dan kesehatan fisik juga sangat erat. Lansia yang memiliki otonomi cenderung lebih aktif secara fisik. Mereka lebih termotivasi untuk melakukan aktivitas fisik ringan, seperti berjalan kaki atau berkebun.Â
Aktivitas fisik yang teratur ini tidak hanya menjaga kesehatan fisik, tetapi juga meningkatkan mood dan mengurangi risiko penyakit kronis.
Di samping itu, otonomi juga dapat mendorong lansia untuk lebih peduli terhadap kesehatan mereka. Mereka akan lebih rajin mengonsumsi obat-obatan sesuai anjuran dokter dan menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin.Â
Dengan demikian, kualitas hidup mereka dapat terjaga dengan baik.
Tantangan dalam Menerapkan Otonomi Lansia
Meskipun pentingnya otonomi bagi lansia telah diakui, penerapannya di lapangan masih menghadapi berbagai tantangan.Â
Salah satu tantangan utama adalah sikap paternalistik dari keluarga atau pengasuh yang seringkali merasa perlu untuk mengontrol segala aspek kehidupan lansia.Â
Anggapan bahwa lansia tidak lagi mampu membuat keputusan yang tepat seringkali menjadi alasan utama di balik sikap ini.Â
Padahal, dengan memberikan kepercayaan dan kesempatan untuk membuat keputusan, kita justru dapat mendorong lansia untuk tetap aktif dan terlibat dalam kehidupan sehari-hari.
Keterbatasan fisik juga menjadi hambatan besar dalam mewujudkan otonomi lansia. Penyakit kronis, disabilitas, atau penurunan fungsi tubuh dapat membatasi kemampuan lansia untuk melakukan aktivitas mandiri.Â