Mentari pagi mulai mengintip dari balik perbukitan Bandung, menyinari jalanan Cisaranten Kulon Cingised, Arcamanik.
Di tengah hiruk pikuk kota yang perlahan bangun, ada satu sosok yang sudah memulai harinya sejak subuh.
Dialah Kang Atep, seorang perongsok berusia 36 tahun yang menjadi bagian tak terpisahkan dari pemandangan di kawasan ini.
Setiap hari, Kang Atep mendorong gerobak rongsoknya yang sudah lusuh.
Gerobak itu tak hanya berisi tumpukan botol plastik, kardus bekas, dan logam rongsokan, tetapi juga menyimpan kisah hidup seorang manusia yang penuh perjuangan.
Di balik wajahnya yang terbakar matahari dan tangannya yang kasar, tersimpan semangat juang yang tak pernah padam.
Kang Atep memulai aktivitasnya sejak selesai salat subuh.
Dengan cekatan, ia menyusuri jalanan, gang-gang kecil, dan pemukiman penduduk, mengumpulkan segala sesuatu yang masih bernilai guna.
Setiap benda yang ia temukan, baginya adalah rezeki yang harus disyukuri.
Ada hal unik yang menarik perhatian saya pada gerobak rongsok Kang Atep. Di bagian depan gerobak, tergantung sebuah kertas kardus bekas berukuran 30x10 cm.
Tertulis dengan jelas dan tegas, "Sedang Solat".