Salah satu tantangan utama adalah standarisasi kualitas makanan. Setiap emak-emak memiliki cara memasak yang berbeda, sehingga perlu ada panduan yang jelas dan terukur mengenai menu, porsi, serta standar kebersihan dan keamanan pangan.
Lalu, kapasitas produksi setiap dapur emak-emak juga beragam. Tidak semua dapur memiliki kapasitas untuk memenuhi kebutuhan makanan dalam jumlah besar dan dalam waktu yang singkat.Â
Tantangan lainnya adalah distribusi. Menjamin makanan sampai ke tangan anak-anak dalam kondisi segar dan tepat waktu, terutama di daerah yang sulit dijangkau, memerlukan perencanaan yang matang.
Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, beberapa solusi dapat diterapkan. Pelatihan bagi emak-emak menjadi kunci utama. Pelatihan tidak hanya mencakup teknik memasak, tetapi juga pengetahuan tentang gizi, keamanan pangan, dan pengelolaan keuangan.
Pembentukan kelompok kerja juga sangat penting untuk memudahkan koordinasi, pengawasan, dan pembagian tugas.Â
Kemitraan dengan berbagai pihak seperti pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta dapat memberikan dukungan teknis, pendanaan, dan akses terhadap bahan baku yang berkualitas.Â
Pemanfaatan teknologi seperti aplikasi seluler dapat mempermudah pendataan, perencanaan menu, dan komunikasi.
Evaluasi berkala merupakan langkah penting untuk mengukur keberhasilan program dan mengidentifikasi masalah yang perlu diperbaiki.Â
Melalui evaluasi, kita dapat mengetahui sejauh mana program ini telah mencapai tujuannya, serta apa saja kendala yang masih dihadapi.
Kesimpulannya, melibatkan dapur emak-emak dalam program makan bergizi gratis merupakan langkah yang sangat strategis. Selain meningkatkan kualitas gizi anak-anak, program ini juga dapat memberdayakan perempuan, menguatkan ekonomi lokal, dan melestarikan kearifan lokal.Â
Dengan dukungan dan fasilitasi yang tepat, dapur emak-emak dapat menjadi mitra yang sangat berharga dalam mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dan sejahtera.