Pertama, tanpa cukup sinar matahari, tanaman tidak dapat menghasilkan klorofil dalam jumlah yang optimal. Klorofil merupakan pigmen hijau yang berperan penting dalam proses fotosintesis dan juga sebagai pertahanan alami tanaman terhadap serangan patogen. Kedua, kekurangan cahaya dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi lemah dan tidak sehat, sehingga lebih mudah diserang oleh hama dan penyakit.
Selain itu, tanaman yang kekurangan cahaya cenderung memiliki jarak antar ruas batang yang lebih panjang dan daun yang lebih tipis, sehingga mengurangi luas permukaan daun yang dapat digunakan untuk fotosintesis dan penyerapan nutrisi. Akibatnya, tanaman menjadi lebih rentan terhadap stres dan serangan patogen
Cara Mengatasi Hama dan Penyakit Saat Musim Hujan
Setelah memahami mengapa musim hujan menjadi lingkungan yang kondusif bagi perkembangan hama dan penyakit tanaman, langkah selanjutnya adalah menerapkan strategi pengendalian yang efektif. Berikut adalah beberapa cara yang dapat Anda lakukan:
Pertama, pengendalian hayati. Manfaatkan musuh alami hama seperti serangga predator, parasitoid, atau patogen mikroba untuk mengendalikan populasi hama. Penggunaan agens hayati ini lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan dibandingkan pestisida kimia. Beberapa contoh agens hayati yang umum digunakan adalah predator seperti laba-laba, capung, dan kumbang, serta parasitoid seperti tawon parasit.
Laba-laba, misalnya, merupakan predator yang sangat efektif dalam mengendalikan populasi serangga hama seperti kutu daun dan ulat. Capung juga berperan penting sebagai predator bagi nyamuk dan serangga terbang lainnya. Sementara itu, kumbang tanah aktif memangsa larva serangga yang hidup di dalam tanah. Tawon parasit, di sisi lain, meletakkan telurnya pada tubuh serangga hama sehingga larva tawon akan memakan inangnya dari dalam.
Selain predator dan parasitoid, terdapat pula agens hayati berupa patogen serangga seperti jamur Beauveria bassiana dan bakteri Bacillus thuringiensis (Bt). Jamur Beauveria bassiana menginfeksi tubuh serangga hama dan menyebabkan kematian, sedangkan bakteri Bt menghasilkan toksin yang mematikan bagi larva Lepidoptera seperti ulat.
Penggunaan agens hayati memiliki sejumlah keuntungan dibandingkan dengan pestisida kimia. Agens hayati umumnya lebih spesifik dalam menyerang hama target sehingga tidak membahayakan organisme lain yang bermanfaat. Selain itu, agens hayati juga tidak meninggalkan residu pada tanaman atau lingkungan. Namun, penggunaan agens hayati juga memiliki beberapa tantangan, seperti efektivitas yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan populasi hama yang tinggi.
Untuk mencapai hasil yang optimal, penggunaan agens hayati perlu diintegrasikan dengan pengendalian hama terpadu (PHT). PHT merupakan suatu sistem pengelolaan hama yang menggabungkan berbagai metode pengendalian, baik secara biologis, fisik, maupun kimia, dengan tujuan untuk menekan populasi hama secara berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Kedua, rotasi tanaman. Dengan merotasi jenis tanaman yang ditanam pada lahan yang sama secara berkala, siklus hidup hama dan penyakit dapat terputus. Selain itu, rotasi tanaman juga dapat memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kesuburan tanah.
Tanaman yang berbeda memiliki sistem perakaran yang berbeda pula. Misalnya, tanaman legum seperti kacang-kacangan memiliki akar tunggang yang dalam, sedangkan tanaman serealia seperti jagung memiliki akar serabut yang menyebar luas. Dengan merotasi tanaman ini, struktur tanah menjadi lebih porus dan aerasi tanah membaik. Hal ini memungkinkan akar tanaman menyerap air dan nutrisi dengan lebih efisien.