Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hujan Bukan Lagi Musuh Tanamam: Cara Mengatasi Hama dan Penyakit Saat Musim Hujan

8 November 2024   19:06 Diperbarui: 8 November 2024   20:58 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanaman sayuran sosin tumbuh subur di Desa Mekarjaya, Rancabango, Tarogong Kaler, Kab. Garut, Jawa Barat, Jumat (8/11/2024. | Dok. Pribadi

Musim hujan seringkali dianggap sebagai berkah bagi pertanian karena air merupakan sumber kehidupan bagi tanaman. Namun, di balik itu semua, musim hujan juga membawa tantangan tersendiri, terutama dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman. Kelembapan tinggi dan suhu yang cenderung hangat menjadi lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan berbagai jenis patogen penyebab penyakit tanaman.

Kondisi lembap memungkinkan spora jamur dan bakteri untuk berkecambah dengan cepat dan menyebar melalui angin, air hujan, atau serangga. Selain itu, suhu yang hangat mempercepat siklus hidup patogen, sehingga populasi penyakit dapat meningkat dengan pesat dalam waktu singkat.

Beberapa penyakit tanaman yang umum muncul saat musim hujan antara lain penyakit bulai pada padi, penyakit antraknosa pada cabai, dan penyakit embun tepung pada berbagai jenis tanaman sayuran.

Penyakit bulai, misalnya, disebabkan oleh jamur Pyricularia oryzae yang menyerang daun, batang, dan malai padi. Penyakit ini dapat menyebabkan penurunan hasil panen secara signifikan jika tidak segera dikendalikan. Sementara itu, penyakit antraknosa yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum sp. menyebabkan munculnya bercak-bercak hitam pada buah cabai dan dapat menyebabkan buah membusuk.

Hama tanaman juga seringkali lebih aktif pada musim hujan. Kelembapan yang tinggi dan ketersediaan sumber makanan yang melimpah membuat serangga hama seperti wereng, kutu daun, dan ulat semakin berkembang biak. Serangga hama ini tidak hanya merusak tanaman secara langsung dengan memakan daun, batang, atau buah, tetapi juga dapat menjadi vektor penyakit tanaman.

Mengapa Musim Hujan Rentan Terhadap Hama dan Penyakit?

Kelembapan udara yang tinggi selama musim hujan menciptakan lingkungan yang sangat kondusif bagi pertumbuhan jamur, bakteri, dan berbagai jenis patogen tanaman lainnya. Kondisi ini membuat tanaman menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu, curah hujan yang tinggi juga dapat menyebarkan spora jamur dan bakteri ke tanaman lain, sehingga mempercepat penyebaran penyakit.

Genangan air yang sering terjadi pada musim hujan juga menjadi masalah serius. Genangan air dapat menyebabkan akar tanaman membusuk, sehingga tanaman menjadi lemah dan mudah diserang oleh hama dan penyakit. Selain itu, genangan air juga menjadi tempat berkembang biak yang ideal bagi nyamuk dan serangga pengganggu lainnya.

Perubahan suhu yang drastis antara siang dan malam pada musim hujan juga dapat menjadi faktor pemicu timbulnya penyakit tanaman. Perubahan suhu yang cepat dapat menyebabkan tanaman mengalami stres, sehingga daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit menjadi menurun.

Tidak hanya itu, intensitas sinar matahari yang berkurang selama musim hujan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Tanaman yang kekurangan sinar matahari cenderung tumbuh lemah dan rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Selain itu, kekurangan sinar matahari juga dapat menghambat proses fotosintesis, sehingga produksi zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan tanaman menjadi berkurang.

Tanaman yang kekurangan zat-zat pertahanan ini akan lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor.

Pertama, tanpa cukup sinar matahari, tanaman tidak dapat menghasilkan klorofil dalam jumlah yang optimal. Klorofil merupakan pigmen hijau yang berperan penting dalam proses fotosintesis dan juga sebagai pertahanan alami tanaman terhadap serangan patogen. Kedua, kekurangan cahaya dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi lemah dan tidak sehat, sehingga lebih mudah diserang oleh hama dan penyakit.

Selain itu, tanaman yang kekurangan cahaya cenderung memiliki jarak antar ruas batang yang lebih panjang dan daun yang lebih tipis, sehingga mengurangi luas permukaan daun yang dapat digunakan untuk fotosintesis dan penyerapan nutrisi. Akibatnya, tanaman menjadi lebih rentan terhadap stres dan serangan patogen

Cara Mengatasi Hama dan Penyakit Saat Musim Hujan

Setelah memahami mengapa musim hujan menjadi lingkungan yang kondusif bagi perkembangan hama dan penyakit tanaman, langkah selanjutnya adalah menerapkan strategi pengendalian yang efektif. Berikut adalah beberapa cara yang dapat Anda lakukan:

Pertama, pengendalian hayati. Manfaatkan musuh alami hama seperti serangga predator, parasitoid, atau patogen mikroba untuk mengendalikan populasi hama. Penggunaan agens hayati ini lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan dibandingkan pestisida kimia. Beberapa contoh agens hayati yang umum digunakan adalah predator seperti laba-laba, capung, dan kumbang, serta parasitoid seperti tawon parasit.

Laba-laba, misalnya, merupakan predator yang sangat efektif dalam mengendalikan populasi serangga hama seperti kutu daun dan ulat. Capung juga berperan penting sebagai predator bagi nyamuk dan serangga terbang lainnya. Sementara itu, kumbang tanah aktif memangsa larva serangga yang hidup di dalam tanah. Tawon parasit, di sisi lain, meletakkan telurnya pada tubuh serangga hama sehingga larva tawon akan memakan inangnya dari dalam.

Selain predator dan parasitoid, terdapat pula agens hayati berupa patogen serangga seperti jamur Beauveria bassiana dan bakteri Bacillus thuringiensis (Bt). Jamur Beauveria bassiana menginfeksi tubuh serangga hama dan menyebabkan kematian, sedangkan bakteri Bt menghasilkan toksin yang mematikan bagi larva Lepidoptera seperti ulat.

Penggunaan agens hayati memiliki sejumlah keuntungan dibandingkan dengan pestisida kimia. Agens hayati umumnya lebih spesifik dalam menyerang hama target sehingga tidak membahayakan organisme lain yang bermanfaat. Selain itu, agens hayati juga tidak meninggalkan residu pada tanaman atau lingkungan. Namun, penggunaan agens hayati juga memiliki beberapa tantangan, seperti efektivitas yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan populasi hama yang tinggi.

Untuk mencapai hasil yang optimal, penggunaan agens hayati perlu diintegrasikan dengan pengendalian hama terpadu (PHT). PHT merupakan suatu sistem pengelolaan hama yang menggabungkan berbagai metode pengendalian, baik secara biologis, fisik, maupun kimia, dengan tujuan untuk menekan populasi hama secara berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Kedua, rotasi tanaman. Dengan merotasi jenis tanaman yang ditanam pada lahan yang sama secara berkala, siklus hidup hama dan penyakit dapat terputus. Selain itu, rotasi tanaman juga dapat memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan kesuburan tanah.

Tanaman yang berbeda memiliki sistem perakaran yang berbeda pula. Misalnya, tanaman legum seperti kacang-kacangan memiliki akar tunggang yang dalam, sedangkan tanaman serealia seperti jagung memiliki akar serabut yang menyebar luas. Dengan merotasi tanaman ini, struktur tanah menjadi lebih porus dan aerasi tanah membaik. Hal ini memungkinkan akar tanaman menyerap air dan nutrisi dengan lebih efisien.

Lebih lanjut, tanaman legum memiliki kemampuan untuk mengikat nitrogen bebas di udara melalui bintil-bintil akarnya. Nitrogen yang terikat ini kemudian akan menjadi pupuk alami bagi tanaman berikutnya dalam rotasi. Selain itu, akar tanaman legum juga dapat mengeluarkan zat-zat yang dapat meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme tanah yang bermanfaat. Mikroorganisme ini berperan penting dalam mengurai bahan organik menjadi nutrisi yang tersedia bagi tanaman.

Dengan demikian, rotasi tanaman tidak hanya membantu dalam pengendalian hama dan penyakit, tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kualitas tanah secara keseluruhan. Tanah yang sehat dan subur akan menghasilkan tanaman yang lebih kuat dan tahan terhadap serangan hama dan penyakit.

Ketiga, sanitasi perkebunan. Jaga kebersihan kebun dengan rutin membersihkan gulma, sisa-sisa tanaman yang sakit, dan daun-daun yang jatuh. Pemangkasan tanaman yang sakit juga penting untuk mencegah penyebaran penyakit.

Gulma tidak hanya bersaing memperebutkan nutrisi dengan tanaman budidaya, tetapi juga menjadi tempat persembunyian hama dan sumber inokulum penyakit. Sisa-sisa tanaman yang sakit dapat menjadi sumber infeksi bagi tanaman sehat di sekitarnya.

Daun-daun yang jatuh, terutama jika dalam kondisi lembap, dapat menjadi tempat berkembang biak jamur penyebab penyakit. Pemangkasan tanaman yang sakit secara teratur akan membantu mengurangi populasi patogen dan mencegah penyebaran penyakit ke bagian tanaman yang sehat.

Selain menjaga kebersihan kebun, pengaturan jarak tanam yang tepat juga penting. Jarak tanam yang terlalu rapat dapat menyebabkan sirkulasi udara menjadi buruk dan kelembaban meningkat, sehingga menciptakan kondisi yang ideal bagi pertumbuhan patogen. Dengan mengatur jarak tanam yang sesuai, kita dapat meningkatkan sirkulasi udara dan mengurangi risiko terjadinya penyakit.

Penggunaan mulsa organik juga dapat membantu dalam mengendalikan hama dan penyakit. Mulsa organik dapat membantu menjaga kelembapan tanah, menekan pertumbuhan gulma, dan meningkatkan suhu tanah. Selain itu, mulsa organik juga dapat menjadi sumber makanan bagi mikroorganisme tanah yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman.

Keempat, penggunaan mulsa. Penggunaan mulsa organik seperti jerami, serbuk gergaji, atau daun-daun kering dapat membantu menjaga kelembapan tanah, menekan pertumbuhan gulma, dan melindungi tanah dari erosi. Mulsa juga dapat menurunkan suhu tanah sehingga dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis patogen.

Selain itu, saat terurai, mulsa organik akan meningkatkan kandungan bahan organik tanah, memperbaiki struktur tanah, dan menyediakan nutrisi bagi tanaman. Dengan demikian, penggunaan mulsa organik merupakan praktik pertanian berkelanjutan yang sangat dianjurkan.

Kelima, pengairan yang tepat. Hindari pengairan berlebihan yang dapat menyebabkan genangan air dan meningkatkan kelembapan lingkungan. Lakukan pengairan secara teratur namun secukupnya, terutama pada pagi hari untuk meminimalkan risiko penyakit akibat embun.

Drainase yang baik juga sangat penting untuk mencegah genangan air yang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk dan berbagai jenis patogen penyebab penyakit tanaman. Pastikan tanah memiliki drainase yang baik agar kelebihan air dapat meresap dengan cepat.

Selain itu, pemilihan jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi lingkungan juga sangat penting. Pilihlah tanaman yang tahan terhadap kondisi lembap dan memiliki ketahanan alami terhadap hama dan penyakit. Tanaman yang terlalu rapat juga dapat meningkatkan kelembapan dan memudahkan penyebaran penyakit, oleh karena itu, berikan jarak tanam yang cukup.

Pengendalian gulma secara teratur juga merupakan bagian penting dari upaya pengendalian hama dan penyakit. Gulma dapat menjadi inang bagi berbagai jenis hama dan penyakit, serta bersaing dengan tanaman budidaya dalam mendapatkan nutrisi dan air.

Selain itu, gulma juga dapat menghalangi sirkulasi udara sehingga meningkatkan kelembapan di sekitar tanaman. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanis, kimiawi, atau dengan menggunakan mulsa organik. Mulsa organik selain berfungsi untuk menekan pertumbuhan gulma, juga dapat menjaga kelembapan tanah dan memperbaiki struktur tanah.

Perhatikan pula kebersihan alat-alat pertanian. Alat-alat pertanian yang kotor dapat menjadi tempat berkembang biak berbagai jenis patogen. Sebelum dan sesudah digunakan, alat-alat pertanian harus dibersihkan dengan menggunakan disinfektan. Dengan menjaga kebersihan alat-alat pertanian, kita dapat meminimalkan risiko penyebaran penyakit dari satu tanaman ke tanaman lainnya.

Selain itu, pemantauan terhadap kondisi tanaman secara rutin juga sangat penting. Dengan melakukan pemantauan secara berkala, kita dapat mendeteksi gejala serangan hama dan penyakit sejak dini. Semakin cepat deteksi dilakukan, semakin efektif pula pengendalian yang dapat dilakukan. Beberapa gejala yang perlu diwaspadai antara lain munculnya bercak-bercak pada daun, layu, daun menguning, adanya serangga atau ulat pada tanaman, dan pertumbuhan tanaman yang tidak normal.

Dengan menerapkan berbagai upaya pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, diharapkan produksi pertanian tetap optimal meskipun di musim hujan. Ingatlah bahwa pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan. Oleh karena itu, lakukanlah upaya pencegahan secara rutin agar tanaman tetap sehat dan produktif.

Keenam, pemupukan yang seimbang. Pemberian pupuk yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan tanaman dapat meningkatkan daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Pupuk yang diberikan secara tepat akan memacu pertumbuhan tanaman yang sehat dan kuat, sehingga tanaman lebih mampu melawan berbagai jenis patogen.

Namun, perlu diingat bahwa pemberian pupuk yang berlebihan, terutama nitrogen, justru dapat menimbulkan efek sebaliknya. Penggunaan nitrogen yang berlebihan akan memicu pertumbuhan vegetatif yang terlalu cepat dan menghasilkan tanaman yang lemah serta rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Tanaman yang tumbuh subur akibat kelebihan nitrogen cenderung memiliki jaringan yang lunak dan berair, sehingga menjadi sasaran empuk bagi berbagai jenis serangga dan jamur patogen.

Selain itu, penggunaan pupuk yang tidak seimbang juga dapat mengganggu keseimbangan mikroorganisme tanah. Mikroorganisme tanah yang bermanfaat berperan penting dalam mengendalikan populasi hama dan penyakit. Pemberian pupuk yang tidak tepat dapat mengganggu keseimbangan populasi mikroorganisme ini, sehingga populasi patogen menjadi lebih dominan. Oleh karena itu, penting untuk memilih jenis pupuk yang tepat dan memberikannya sesuai dengan dosis yang dianjurkan.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, sebaiknya lakukan analisis tanah terlebih dahulu sebelum memberikan pupuk. Analisis tanah akan memberikan informasi mengenai kandungan unsur hara dalam tanah, sehingga dapat diketahui jenis dan jumlah pupuk yang dibutuhkan oleh tanaman. Selain itu, perhatikan juga fase pertumbuhan tanaman. Pada setiap fase pertumbuhan, tanaman memiliki kebutuhan nutrisi yang berbeda. Dengan memberikan pupuk sesuai dengan fase pertumbuhan, tanaman akan tumbuh lebih sehat dan produktif.

Ketujuh, pengamatan secara rutin. Lakukan pemeriksaan tanaman secara rutin untuk mendeteksi tanda-tanda serangan hama atau penyakit sejak dini. Semakin cepat deteksi, semakin cepat pula tindakan pengendalian yang dapat dilakukan.

Semakin cepat deteksi dilakukan, semakin efektif pula pengendalian hama dan penyakit yang dapat diterapkan. Pemeriksaan rutin memungkinkan petani untuk mengambil tindakan pencegahan sebelum serangan hama dan penyakit meluas. Tanda-tanda awal serangan, seperti perubahan warna daun, munculnya bercak-bercak, atau adanya lubang pada daun, perlu diperhatikan secara seksama.

Selain itu, perhatikan juga keberadaan serangga, ulat, atau telur serangga pada tanaman. Dengan deteksi dini, petani dapat memilih metode pengendalian yang tepat, baik itu secara mekanis, biologis, atau kimiawi.

Pengendalian hama dan penyakit secara mekanis dapat dilakukan dengan cara manual, seperti mencabut tanaman yang sakit, membuang bagian tanaman yang terserang, atau mengumpulkan serangga secara manual. Pengendalian secara biologis memanfaatkan musuh alami hama, seperti predator atau parasitoid. Penggunaan pestisida nabati juga termasuk dalam pengendalian biologis.

Sementara itu, pengendalian kimiawi dilakukan dengan menggunakan pestisida sintetis. Namun, penggunaan pestisida kimia harus dilakukan dengan hati-hati dan sesuai dengan dosis yang dianjurkan untuk menghindari dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia.

Selain pemeriksaan visual, petani juga dapat memanfaatkan teknologi untuk membantu deteksi dini. Beberapa teknologi yang dapat digunakan antara lain perangkap serangga, sensor, dan drone. Perangkap serangga dapat digunakan untuk memantau populasi hama, sedangkan sensor dapat digunakan untuk mendeteksi perubahan kondisi lingkungan yang dapat memicu serangan hama atau penyakit. Drone dapat digunakan untuk melakukan survei lahan pertanian secara lebih luas dan cepat.

Penting untuk diingat bahwa pengendalian hama dan penyakit merupakan upaya yang berkelanjutan. Petani perlu melakukan pemeriksaan rutin secara berkala, bahkan setelah serangan hama dan penyakit berhasil dikendalikan. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya serangan ulang dan menjaga kesehatan tanaman secara jangka panjang. Dengan demikian, produksi pertanian dapat tetap optimal dan kualitas hasil panen pun terjaga.

Kesimpulan

Musim hujan tidak perlu menjadi momok bagi para petani. Dengan pengetahuan dan tindakan yang tepat, petani dapat mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi selama musim hujan. Dengan demikian, produksi pertanian tetap terjaga dan kesejahteraan petani pun terjamin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun