Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Antisipasi Banjir Bandung Timur: Lebih dari Sekadar Kolam Retensi, Solusi Komprehensif Dibutuhkan!

5 November 2024   06:20 Diperbarui: 5 November 2024   06:50 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Banjir cileuncang di sekitar Jalan Soekarno-Hatta, perepatan hingga pasar induk Gedebage Bandung | Instagram frfmnews

Sebagai warga Kota Bandung, kita tentu tidak asing dengan fenomena banjir Cileuncang, terutama di kawasan Gedebage. Pengalaman pribadi saya beberapa hari yang lalu terjebak dalam banjir tersebut menjadi pengingat nyata akan permasalahan yang masih belum terselesaikan.

Kejadian ini tentunya memunculkan banyak pertanyaan yakni mengapa dengan adanya Kolam Retensi Gedebage, banjir masih saja terjadi? Apakah proyek besar kolam retensi Gedebage ini gagal mencapai tujuannya?

Kolam Retensi Gedebage, Harapan Baru yang Sirna?

Pembangunan Kolam Retensi Gedebage diawali dengan harapan besar sebagai solusi mengatasi masalah banjir di Bandung Timur. Proyek ini digadang-gadang mampu menampung debit air yang tinggi dan mencegah terjadinya banjir cileuncang.

Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa harapan tersebut belum sepenuhnya terwujud. Banjir cileuncang pada saat musim hujan seperti sekarang ini masih rutin terjadi, bahkan di kawasan yang sudah dilengkapi dengan kolam retensi.

Mengapa Banjir Cileuncang Masih Terjadi?

Pertanyaan ini terus menghantui warga Bandung, terutama mereka yang tinggal di kawasan Gedebage. Pembangunan Kolam Retensi Gedebage yang digadang-gadang sebagai solusi mutakhir untuk mengatasi banjir, nyatanya belum mampu meredam sepenuhnya bencana tahunan ini. Ada beberapa faktor kompleks yang saling terkait dan menjadi penyebab utama permasalahan ini.

Pertama, kapasitas tampung Kolam Retensi Gedebage mungkin tidak seideal yang diharapkan. Perhitungan awal mengenai debit air maksimal yang dapat ditampung bisa jadi tidak akurat, atau kondisi lapangan yang dinamis seperti perubahan iklim dan peningkatan intensitas curah hujan telah melampaui perkiraan awal.

Kedua, masalah sedimentasi juga menjadi faktor krusial. Lumpur dan endapan dari aliran sungai yang masuk ke kolam secara terus-menerus mengurangi volume efektif kolam. Akibatnya, kemampuan kolam dalam menampung air berkurang.

Ketiga, sistem drainase di sekitar kawasan Gedebage perlu dievaluasi kembali. Saluran-saluran drainase yang ada mungkin tidak memadai untuk menampung volume air yang besar, terutama saat hujan deras. Selain itu, penyumbatan saluran drainase oleh sampah juga menjadi masalah yang sering terjadi.

Keempat, perubahan tata ruang di kawasan Gedebage juga turut berkontribusi pada masalah banjir. Pembangunan infrastruktur yang masif, seperti perumahan, perkantoran, dan pusat perbelanjaan, mengurangi daerah resapan air. Akibatnya, air hujan lebih cepat mengalir ke sungai dan menyebabkan banjir.

Ilustrasi - Banjir cileuncang di sekitar Jalan Soekarno-Hatta, perepatan hingga pasar induk Gedebage Bandung | Instagram frfmnews
Ilustrasi - Banjir cileuncang di sekitar Jalan Soekarno-Hatta, perepatan hingga pasar induk Gedebage Bandung | Instagram frfmnews

Solusi yang Perlu Dilakukan

Untuk mengatasi masalah banjir Cileuncang secara efektif, diperlukan solusi komprehensif yang melibatkan berbagai pihak. Evaluasi desain dan fungsi Kolam Retensi Gedebage harus dilakukan secara menyeluruh untuk memastikan apakah ada kekurangan yang perlu diperbaiki.

Mungkin kapasitasnya perlu ditambah, atau sistem kerjanya perlu dioptimalkan agar lebih efisien dalam menampung dan mengalirkan air. Selain itu, perbaikan sistem drainase di seluruh kawasan juga menjadi hal yang krusial. Saluran-saluran air harus dibersihkan secara rutin, kapasitasnya diperbesar, dan konstruksinya diperkuat untuk mencegah terjadinya penyumbatan.

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Cileuncang juga perlu ditingkatkan. Reboisasi di daerah hulu dapat membantu mengurangi erosi tanah dan sedimentasi di sungai. Konservasi tanah serta pengaturan tata ruang yang baik juga penting untuk mencegah terjadinya aliran permukaan yang berlebihan.

Perlu adanya peraturan yang tegas terkait pembangunan di daerah aliran sungai, serta pengawasan yang ketat untuk memastikan peraturan tersebut dipatuhi. Perlu adanya peraturan yang sangat spesifik mengenai jenis bangunan yang diperbolehkan di daerah aliran sungai, jarak bangunan dari tepi sungai, serta jenis aktivitas yang dilarang.

Sanksi yang tegas harus diterapkan bagi pelanggar, baik berupa denda maupun pencabutan izin bangunan. Pemerintah daerah perlu meningkatkan kapasitas aparatur dalam pengawasan dan melibatkan masyarakat dalam proses pengawasan melalui pembentukan kelompok masyarakat peduli lingkungan.

Selain itu, pemanfaatan teknologi informasi seperti SIG dan kamera pengawas dapat sangat membantu dalam meningkatkan efektivitas pengawasan. Dengan demikian, kita dapat memastikan bahwa pembangunan di daerah aliran sungai dilakukan secara berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan.

Kemudian, peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan juga merupakan bagian tak terpisahkan dari solusi jangka panjang. Program edukasi dan sosialisasi perlu dilakukan secara intensif untuk mengubah perilaku masyarakat, terutama terkait pengelolaan sampah dan pencegahan banjir.

Dengan melibatkan masyarakat secara aktif, diharapkan dapat tercipta sinergi yang kuat dalam upaya mengatasi masalah banjir. Masyarakat dapat berperan aktif melalui musyawarah desa/kelurahan, gotong royong, dan program adopsi sungai.

Pendidikan lingkungan sejak dini juga sangat penting untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat. Namun, perlu diakui bahwa masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti kurangnya kesadaran dan partisipasi masyarakat.

Pemerintah memiliki peran penting dalam memfasilitasi partisipasi masyarakat melalui dukungan finansial, pelatihan, dan kebijakan yang inklusif. Dengan demikian, diharapkan dapat tercipta sinergi yang kuat antara pemerintah dan masyarakat dalam mengatasi masalah banjir.

Koordinasi antar instansi pemerintah juga sangat penting. Dinas Pekerjaan Umum, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan instansi terkait lainnya harus bekerja sama secara efektif untuk menyusun rencana aksi yang komprehensif. Selain itu, perlu adanya keterlibatan akademisi, pakar hidrologi, dan pihak swasta untuk memberikan masukan dan dukungan dalam mencari solusi yang tepat.

Pendekatan berbasis ekosistem juga dapat menjadi alternatif yang menarik. Dengan mengembalikan fungsi alami sungai dan lingkungan sekitarnya, kita dapat meningkatkan kapasitas tampung air dan mengurangi risiko banjir. Misalnya, dengan membangun taman-taman kota yang dilengkapi dengan sistem resapan air hujan atau membuat biopori di sekitar rumah.

Teknologi juga dapat menjadi solusi yang inovatif. Penggunaan sensor untuk memantau curah hujan dan debit air, serta sistem peringatan dini dapat membantu dalam mengantisipasi banjir dan melakukan evakuasi lebih awal. Selain itu, teknologi informasi dapat digunakan untuk mengelola data dan informasi terkait banjir, sehingga memudahkan dalam pengambilan keputusan.

Evaluasi berkala terhadap efektivitas solusi yang telah diterapkan perlu dilakukan secara rutin. Dengan demikian, kita dapat mengetahui sejauh mana kemajuan yang telah dicapai dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.

Intinya, masalah banjir Cileuncang merupakan permasalahan kompleks yang membutuhkan solusi komprehensif dan berkelanjutan. Dengan melibatkan berbagai pihak, menerapkan teknologi, dan melibatkan masyarakat, kita dapat berharap bahwa masalah banjir ini dapat teratasi dengan baik.

Kesimpulan

Masalah banjir Cileuncang menuntut solusi yang holistik. Kolam Retensi Gedebage merupakan langkah awal yang baik, namun perlu dibarengi dengan upaya-upaya lain seperti perbaikan sistem drainase, pengelolaan DAS, dan peningkatan kesadaran masyarakat.

Pendekatan berbasis ekosistem dan pemanfaatan teknologi juga dapat menjadi solusi inovatif. Dengan kolaborasi yang kuat dan komitmen yang tinggi, kita dapat menciptakan Bandung yang lebih tangguh terhadap bencana banjir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun