Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Fenomena Kohabitasi di Kalangan Kaum Muda: Antara Perubahan Sosial dan Tantangan Budaya

6 Oktober 2024   18:07 Diperbarui: 6 Oktober 2024   18:11 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Kohabitasi | Kompas.id/Supriyanto

Egalitarianisme

Pandangan yang lebih setara antara laki-laki dan perempuan memunculkan kesadaran bahwa pernikahan bukanlah satu-satunya bentuk komitmen dalam hubungan.

Munculnya pandangan egalitarianisme, yang menekankan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, telah membawa perubahan signifikan dalam cara kita memandang hubungan. 

Jika sebelumnya pernikahan dianggap sebagai satu-satunya bentuk komitmen yang sah dan diakui secara sosial, kini pandangan tersebut mulai terkikis. Kesadaran akan kesetaraan gender telah mendorong individu untuk meredefinisi makna komitmen dalam hubungan.

Konsep egalitarianisme menyiratkan bahwa baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dalam hubungan. Tidak ada lagi pandangan tradisional yang menempatkan laki-laki sebagai pencari nafkah utama dan perempuan sebagai pengasuh keluarga. 

Perubahan ini telah membuka ruang bagi beragam bentuk hubungan, di mana komitmen tidak selalu harus diwujudkan dalam bentuk pernikahan formal.

Toleransi terhadap Diversitas

Masyarakat menjadi lebih terbuka terhadap berbagai bentuk hubungan, termasuk kohabitasi.

Masyarakat modern semakin menunjukan sikap toleransi yang tinggi terhadap keberagaman atau diversitas. Dulu, pandangan masyarakat cenderung homogen dan kaku, namun kini, seiring dengan perkembangan zaman dan globalisasi, masyarakat menjadi lebih terbuka terhadap berbagai bentuk perbedaan, termasuk perbedaan dalam hal hubungan interpersonal. 

Salah satu manifestasi dari sikap toleransi ini adalah penerimaan yang semakin luas terhadap berbagai bentuk hubungan, termasuk kohabitasi.

Konsep keluarga dan hubungan yang dianggap "normal" telah mengalami pergeseran seiring waktu. Jika sebelumnya pernikahan heteroseksual dianggap sebagai satu-satunya bentuk hubungan yang sah dan diterima secara sosial, kini pandangan tersebut mulai terkikis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun