Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sulitnya Akses Pupuk Bersubsidi dan Nasib Petani

5 Oktober 2024   18:45 Diperbarui: 5 Oktober 2024   18:45 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Pupuk Phonska. | KOMPAS.com/Miftahul Huda

Pupuk bersubsidi merupakan salah satu bentuk dukungan pemerintah untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan menjamin ketersediaan pangan. Namun, dalam praktiknya, banyak petani di Indonesia yang menghadapi kesulitan dalam mengakses pupuk ini.

Sulitnya akses pupuk bersubsidi tidak hanya berdampak pada produktivitas pertanian, tetapi juga berimplikasi luas pada perekonomian petani dan masyarakat pedesaan. Banyak petani yang terjebak dalam lingkaran kemiskinan akibat biaya produksi yang tinggi dan hasil panen yang tidak menentu.

Kondisi ini dapat memicu migrasi dari desa ke kota, mengurangi jumlah tenaga kerja di sektor pertanian, dan mengancam ketahanan pangan nasional.

Berikut, beberapa faktor yang menyebabkan sulitnya akses pupuk bersubsidi antara lain:

Pertama, birokrasi yang rumit. Proses pengajuan dan penyaluran pupuk bersubsidi seringkali melibatkan birokrasi yang panjang dan berbelit-belit. Petani harus melalui berbagai tahap administrasi yang memakan waktu dan tenaga.

Persyaratan yang rumit dan seringkali berubah-ubah menjadi salah satu kendala utama dalam mengakses pupuk bersubsidi. Petani dituntut untuk memenuhi berbagai persyaratan administratif yang tidak selalu relevan dengan kondisi di lapangan.

Hal ini menyebabkan banyak petani yang kesulitan untuk memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan.

Selain itu, birokrasi yang panjang dan berbelit-belit seringkali tidak sesuai dengan kondisi petani yang sebagian besar memiliki tingkat pendidikan yang rendah dan terbatasnya akses terhadap informasi.

Formulir yang rumit, prosedur yang tidak jelas, dan tuntutan dokumen yang berlebihan membuat petani merasa kesulitan untuk mengikuti proses pengajuan pupuk bersubsidi.

Birokrasi yang rumit juga membuka peluang terjadinya praktik korupsi. Petugas yang berwenang dalam proses penyaluran pupuk seringkali meminta imbalan kepada petani untuk mempercepat proses atau memberikan kuota yang lebih besar. Praktik korupsi ini merugikan petani dan menghambat pencapaian tujuan program subsidi pupuk.

Untuk mengatasi masalah birokrasi yang rumit, perlu dilakukan simplifikasi prosedur pengajuan dan penyaluran pupuk bersubsidi. Pemerintah dapat memanfaatkan teknologi informasi untuk membangun sistem yang lebih transparan dan efisien.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun