Kondisi ini mengakibatkan penumpukan stok sepeda di gudang-gudang dan memaksa para pedagang untuk memberikan diskon besar-besaran agar produk mereka laku terjual.
Pasar sepeda bekas membludak. Banyak pemilik sepeda yang memutuskan untuk menjual kembali sepeda mereka karena tidak lagi digunakan.
Pandemi Covid-19 yang sempat memicu tren bersepeda masif telah menciptakan gelombang besar pemilik sepeda baru. Namun, seiring dengan meredanya pandemi, banyak orang yang kembali ke kebiasaan lama dan jarang menggunakan sepeda.
Akibatnya, banyak sepeda yang masih dalam kondisi baik terpaksa dijual dengan harga yang jauh di bawah harga beli. Pasar sepeda bekas pun dibanjiri oleh berbagai merek dan model sepeda, mulai dari sepeda lipat hingga sepeda gunung.
Kondisi ini memberikan keuntungan bagi konsumen yang mencari sepeda dengan harga terjangkau, namun di sisi lain juga menyulitkan para pedagang sepeda bekas untuk menentukan harga jual yang tepat.
Harga sepeda bekas turun signifikan. Akibat banyaknya pasokan, harga sepeda bekas pun menjadi lebih terjangkau.
Apa yang dulunya dianggap sebagai barang mewah, kini bisa didapatkan dengan harga yang jauh lebih murah. Penurunan harga ini terutama terjadi pada merek-merek populer yang sempat mengalami kenaikan harga yang signifikan selama masa pandemi.
Pelaku Usaha yang Terdampak
Pedagang sepeda. Banyak pedagang sepeda, terutama yang menjual sepeda baru, mengalami kesulitan akibat penurunan penjualan.
Kenaikan harga pokok produksi, sepinya pembeli, dan persaingan yang ketat dari pasar sepeda bekas telah membuat banyak pedagang sepeda merugi. Toko-toko sepeda yang dulunya ramai pengunjung, kini sepi dan banyak yang terpaksa gulung tikar.
Beberapa pedagang bahkan harus melakukan PHK terhadap karyawannya untuk mengurangi beban pengeluaran. Kondisi ini semakin diperparah oleh munculnya tren baru seperti penggunaan sepeda listrik dan skuter listrik yang semakin populer.