Penghitungan sederhananya adalah meliputi semua pengeluaran yang dikeluarkan untuk memulai dan menjalankan budidaya kangkung organik. Ini bisa termasuk biaya benih, pupuk organik, pestisida alami, sewa lahan, tenaga kerja, air, dan lain-lain.
Keuntungan merupakan selisih antara total pendapatan dari penjualan kangkung organik dengan total biaya produksi.
Contoh Sederhana:
Misalnya, kita menanam kangkung organik di lahan seluas 100 meter persegi. Kita mengeluarkan biaya sebesar Rp 500.000 per bulan untuk berbagai keperluan, seperti benih, pupuk, dan tenaga kerja. Setiap bulan kita memanen 1.000 ikat kangkung dan menjualnya dengan harga Rp 2.000 per ikat.
Pendapatan: 1.000 ikat/bulan x Rp 2.000/ikat = Rp 2.000.000/bulan
Keuntungan: Rp 2.000.000/bulan - Rp 500.000/bulan = Rp 1.500.000/bulan
Jadi, dalam contoh ini, potensi keuntungan kita adalah Rp 1.500.000 per bulan.
Dengan melakukan perhitungan biaya dan keuntungan, petani kangkung organik dapat memiliki gambaran yang lebih jelas tentang potensi usaha mereka. Informasi ini sangat berguna untuk membuat keputusan bisnis yang lebih baik dan mencapai keberhasilan dalam budidaya kangkung organik.
Kesimpulan
Budidaya kangkung organik di pekarangan rumah memiliki potensi yang sangat baik untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Dengan perencanaan yang matang, pelaksanaan yang tepat, dan pemasaran yang efektif, kita dapat meraih kesuksesan dalam usaha ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H