Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung

31.03.24

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menguatkan Gotong Royong, Toleransi dan Semangat Kebangsaan dalam Mengisi Kemerdekaan

17 Agustus 2024   07:22 Diperbarui: 17 Agustus 2024   07:40 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi -  Perilaku positif mengisi kemerdekaan | Image by canva.com via KOMPAS.com

Hari ini, bangsa Indonesia tepat merayakan hari kemerdekaan yang ke-79. Kemerdekaan Indonesia adalah hasil dari perjuangan panjang dan pengorbanan para pahlawan bangsa. Di balik kemerdekaan yang kita nikmati saat ini, tersimpan nilai-nilai luhur seperti gotong royong, toleransi, dan semangat kebangsaan. Nilai-nilai inilah yang menjadi pondasi kuat bagi persatuan dan kesatuan bangsa.

Namun, seiring berjalannya waktu, nilai-nilai tersebut terkadang luntur dan terkikis oleh berbagai pengaruh. Oleh karena itu, upaya untuk memperkuat gotong royong, toleransi, dan semangat kebangsaan menjadi semakin penting.

Untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks, kita perlu kembali ke akar nilai-nilai luhur bangsa. Dengan memperkuat gotong royong, toleransi, dan semangat kebangsaan, kita dapat membangun masyarakat yang lebih harmonis, inklusif, dan tangguh.

Nilai-nilai gotong royong, toleransi, dan semangat kebangsaan bukan hanya sekadar slogan, melainkan harus diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembangnya generasi muda yang berkarakter dan memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi.

Beberapa faktor yang menyebabkan lunturnya jiwa gotong royong, toleransi, dan semangat kebangsaan, antara lain:

Pertama, individualisme yang meningkat. Era modern cenderung individualistis, di mana setiap orang lebih mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan bersama. Individualisme yang meningkat berarti kecenderungan masyarakat modern untuk lebih mementingkan diri sendiri dibandingkan dengan kepentingan kelompok atau masyarakat secara keseluruhan. Orang-orang cenderung lebih fokus pada tujuan pribadi, kebutuhan individu, dan kesuksesan pribadi.

Kedua, perkembangan teknologi. Penggunaan media sosial yang tidak bijak dapat memicu perpecahan dan menyebarkan hoaks. Perkembangan teknologi, khususnya media sosial, telah membawa dampak yang sangat besar pada kehidupan manusia. Namun, jika tidak digunakan dengan bijak, teknologi ini justru dapat menimbulkan masalah.

Ketiga, globalisasi. Pengaruh budaya asing yang terlalu kuat dapat menggeser nilai-nilai lokal. Globalisasi adalah proses integrasi ekonomi, budaya, dan politik antar negara di seluruh dunia. Salah satu dampak dari globalisasi adalah masuknya budaya asing ke dalam suatu negara. Artinya bahwa ketika budaya asing terlalu dominan dan mengalahkan budaya asli suatu negara, maka nilai-nilai, tradisi, dan kebiasaan yang telah dianut oleh masyarakat setempat bisa tergantikan atau berubah.

Keempat, perubahan sosial. Kehidupan yang semakin kompleks dan dinamis dapat membuat masyarakat kurang memiliki waktu dan kesempatan untuk berinteraksi secara langsung. Perubahan sosial yang semakin cepat dan kompleks, seperti urbanisasi, industrialisasi, dan perkembangan teknologi, membuat kehidupan masyarakat modern menjadi semakin sibuk dan dinamis. Akibatnya, banyak orang yang memiliki waktu yang semakin terbatas untuk berinteraksi secara langsung dengan orang lain di lingkungan sekitarnya.

Solusi konkret untuk mengatasi permasalahan tersebut, berikut beberapa langkah yang dapat kita dilakukan:

1. Pendidikan Karakter Sejak Dini
Menerapkan pendidikan karakter sejak dini. Menanamkan nilai-nilai gotong royong, toleransi, dan nasionalisme sejak anak usia dini melalui pendidikan formal maupun non-formal. Penerapan pendidikan karakter sejak dini adalah upaya untuk menanamkan nilai-nilai luhur seperti gotong royong, toleransi, dan nasionalisme kepada anak-anak sejak usia dini, baik di lingkungan sekolah (formal) maupun di luar sekolah (non-formal).

Membuat kurikulum yang relevan. Mengembangkan kurikulum yang tidak hanya berfokus pada kognitif, tetapi juga pada pengembangan karakter dan nilai-nilai moral. Ketika kita berbicara tentang "membuat kurikulum yang relevan", kita tidak hanya berfokus pada aspek pengetahuan (kognitif) semata. Kurikulum yang baik seharusnya juga memperhatikan pengembangan karakter dan nilai-nilai moral pada peserta didik.

Melibatkan orang tua dan masyarakat. Menjalin kerjasama dengan orang tua dan masyarakat dalam upaya membentuk karakter anak. Artinya menciptakan suatu sinergi atau kerja sama yang erat antara sekolah, orang tua, dan masyarakat dalam mendidik dan membimbing anak agar memiliki karakter yang baik. Ini adalah pemahaman bahwa pembentukan karakter anak bukan hanya tanggung jawab sekolah semata, tetapi juga melibatkan lingkungan keluarga dan masyarakat di mana anak tumbuh dan berkembang.

2. Penguatan Peran Agama
Mengajarkan nilai-nilai agama yang moderat. Melalui pendidikan agama, nilai-nilai toleransi, kasih sayang, dan persaudaraan dapat ditanamkan. Artinya bahwa agama dapat menjadi sarana yang sangat baik untuk menanamkan nilai-nilai positif seperti toleransi, kasih sayang, dan persaudaraan pada individu.

Membangun dialog antaragama. Mendorong dialog antarumat beragama untuk memperkuat persaudaraan dan saling pengertian. Ini berarti menciptakan ruang dan kesempatan bagi pemeluk agama yang berbeda untuk saling berinteraksi, bertukar pikiran, dan memahami satu sama lain. Tujuan utama dari dialog antaragama adalah untuk mempererat hubungan antar umat beragama, memperkuat persaudaraan, dan membangun saling pengertian.

3. Pemanfaatan Teknologi
Membuat konten positif. Media massa dan media sosial memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk opini publik. Oleh karena itu, perlu dibuat konten-konten yang positif dan inspiratif yang dapat menumbuhkan semangat kebangsaan.

Media, baik itu media massa (seperti televisi, radio, surat kabar) maupun media sosial (seperti Facebook, Instagram, Twitter), memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk cara berpikir dan pandangan masyarakat. Karena itu, penting untuk menciptakan konten-konten yang berisi pesan-pesan positif dan memotivasi yang dapat membangkitkan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa.

Melakukan literasi media. Masyarakat perlu diberikan edukasi tentang bagaimana menyaring informasi yang benar dan menghindari hoaks. Masyarakat harus diberikan pengetahuan dan keterampilan untuk bisa membedakan mana informasi yang benar dan mana yang salah (hoaks) saat mereka mengakses media, baik itu media sosial, berita online, atau media tradisional lainnya.

4. Partisipasi Masyarakat
Mengaktifkan kembali kegiatan-kegiatan sosial. Memfasilitasi kegiatan-kegiatan sosial seperti kerja bakti, gotong royong, dan kegiatan kemasyarakatan lainnya. Mendorong dan memberikan dukungan untuk kembali menjalankan kegiatan-kegiatan sosial yang mungkin sempat terhenti atau kurang aktif. Kegiatan seperti kerja bakti, gotong royong, dan kegiatan kemasyarakatan lainnya yang melibatkan partisipasi masyarakat secara langsung, bertujuan untuk memperkuat rasa kebersamaan, gotong royong, dan kepedulian terhadap lingkungan serta sesama.

Membangun komunitas yang inklusif. Membentuk komunitas yang terbuka bagi semua kalangan dan menjunjung tinggi nilai-nilai kebersamaan. Menciptakan sebuah lingkungan sosial di mana setiap individu, tanpa memandang latar belakang, status sosial, atau perbedaan lainnya, merasa diterima, dihargai, dan memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi. Komunitas inklusif menekankan pentingnya persatuan, saling menghormati, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.

5. Peran Pemerintah yang Aktif
Membuat kebijakan yang mendukung. Pemerintah perlu membuat kebijakan yang mendukung penguatan nilai-nilai luhur, misalnya dengan memberikan insentif bagi organisasi yang aktif dalam kegiatan sosial. Artinya pemerintah harus membuat aturan atau program yang secara khusus mendorong dan membantu organisasi yang aktif melakukan kegiatan sosial. Dengan memberikan insentif seperti bantuan dana atau fasilitas, diharapkan organisasi-organisasi ini bisa lebih berkembang dan kegiatan sosial yang mereka lakukan bisa lebih berdampak luas.

Menyediakan sarana dan prasarana. Pemerintah perlu menyediakan sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung kegiatan-kegiatan yang bertujuan memperkuat nilai-nilai kebangsaan. Artinya pemerintah harus menyediakan fasilitas atau sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan kegiatan-kegiatan yang bertujuan menanamkan rasa cinta tanah air, persatuan, dan kesatuan bangsa.

Kesimpulan: Menguatkan gotong royong, toleransi, dan semangat kebangsaan adalah tugas kita bersama. Dengan upaya yang konsisten dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat, kita dapat membangun bangsa Indonesia yang lebih kuat, maju, dan sejahtera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun