Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung

31.03.24

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membangun Kembali Sikap Nasionalisme Bangsa dalam Menangkal Budaya Asing di Era Globalisasi

13 Agustus 2024   06:28 Diperbarui: 13 Agustus 2024   06:31 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Menanamkan nilai-nilai Pancasila sejak dini pada anak-anak | KOMPAS.com/Agus Susanto

Era globalisasi yang semakin masif telah membawa angin segar perubahan bagi berbagai aspek kehidupan, termasuk budaya. Namun, di balik gemerlapnya modernitas, terdapat tantangan besar yang mengancam identitas dan jati diri bangsa Indonesia.

Salah satu tantangan tersebut adalah derasnya arus budaya asing yang dapat menggeser nilai-nilai luhur bangsa. Oleh karena itu, upaya membangun kembali sikap nasionalisme menjadi semakin mendesak untuk menangkal pengaruh negatif budaya asing.

Pendidikan merupakan kunci utama dalam membangkitkan kembali semangat nasionalisme. Kurikulum pendidikan perlu diperkaya dengan materi-materi yang menumbuhkan rasa cinta tanah air dan kebanggaan terhadap budaya bangsa.

Selain itu, keluarga juga memiliki peran yang sangat penting dalam menanamkan nilai-nilai nasionalisme kepada anak-anaknya sejak dini. Orang tua dapat menceritakan kisah-kisah perjuangan pahlawan, mengajak anak-anak terlibat dalam kegiatan sosial, atau memberikan contoh langsung dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan sinergi antara pendidikan, keluarga, dan pemerintah, diharapkan semangat nasionalisme dapat tumbuh subur kembali di kalangan masyarakat.

Mengapa Penting Membangun Kembali Sikap Nasionalisme Bangsa Indonesia

Di era globalisasi yang semakin deras, pengaruh budaya asing begitu mudah merasuk ke dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Kemudahan akses informasi dan teknologi telah membuat batas-batas negara seolah menghilang. Namun, di balik gemerlapnya modernitas, terdapat ancaman yang mengintai identitas dan jati diri bangsa. Oleh karena itu, membangun kembali sikap nasionalisme menjadi semakin mendesak untuk menghadapi tantangan globalisasi.

Sebelum kita membahas solusi membangun kembali sikap nasionalisme menjadi semakin mendesak untuk menghadapi tantangan globalisasi, penting untuk memahami tantangan yang dihadapi. Globalisasi membawa banyak manfaat, namun juga tantangan, terutama dalam mempertahankan identitas nasional. Beberapa tantangan utama meliputi:

Pertama, homogenisasi budaya. Tren global yang kuat dapat mengikis keunikan budaya lokal. homogenisasi budaya merupakan tantangan serius dalam era globalisasi. Tren global yang kuat, seperti mode, musik, dan gaya hidup yang dipopulerkan oleh media massa internasional, memang berpotensi mengikis keunikan budaya lokal.

Kedua, konsumerisme. Gaya hidup konsumtif yang seringkali dipromosikan budaya pop asing dapat menggeser nilai-nilai tradisional. Konsumerisme, gaya hidup yang didorong oleh keinginan untuk terus membeli dan mengonsumsi barang-barang, memang menjadi ancaman serius terhadap nilai-nilai tradisional di banyak masyarakat, termasuk Indonesia.

Ketiga, informasi yang mudah diakses. Informasi yang tidak terfilter dapat menyebarkan nilai-nilai yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila. Kemudahan akses informasi di era digital adalah pisau bermata dua. Di satu sisi, kita memiliki akses ke pengetahuan yang tak terbatas. Namun, di sisi lain, kita juga terpapar pada informasi yang tidak terfilter, bahkan yang berpotensi merusak nilai-nilai luhur bangsa seperti yang tertuang dalam Pancasila.

Membangun Kembali Nasionalisme

Untuk menghadapi tantangan tersebut, kita perlu membangun kembali sikap nasionalisme dengan cara-cara berikut:

1. Pendidikan Karakter

Pentinnya menanamkan nilai-nilai Pancasila sejak dini pada anak-anak. Mereka harus diajarkan bahwa nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara. Menanamkan nilai-nilai Pancasila sejak dini pada anak-anak adalah fondasi yang kuat untuk membangun generasi penerus bangsa yang berkarakter, berakhlak mulia, dan cinta tanah air.

Pancasila mengajarkan nilai-nilai seperti ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Nilai-nilai ini akan membentuk karakter anak sejak dini dan menjadi pedoman hidup mereka.

Belajar sejarah dan budaya bangsa. Dengan memahami sejarah dan budaya bangsa, rasa memiliki dan bangga terhadap bangsa akan tumbuh. Dengan memahami nilai-nilai Pancasila, anak-anak akan lebih mencintai tanah air dan bangga menjadi warga negara Indonesia.

Kemudian penting untuk memperkuat pendidikan kewarganegaraan. Melalui pendidikan kewarganegaraan, generasi muda akan memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara. Kemudian penting untuk memperkuat pendidikan kewarganegaraan. Melalui pendidikan kewarganegaraan, generasi muda akan memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara.

2. Penguatan Budaya Lokal

Untuk menumbuhkan kembali nasionalisme penting untuk melestarikan seni dan budaya. Mendukung dan melestarikan seni, tarian, musik, dan kerajinan tangan tradisional.

Melestarikan seni dan budaya adalah langkah krusial dalam membangkitkan kembali semangat nasionalisme. Ketika kita aktif melestarikan dan menghargai seni, tarian, musik, dan kerajinan tangan tradisional, kita tidak hanya menjaga identitas bangsa, tetapi juga menumbuhkan rasa bangga dan cinta terhadap tanah air.

Lalu, penting untuk menghidupkan kembali tradisi. Memasyarakatkan kembali tradisi-tradisi lokal seperti gotong royong, musyawarah, dan toleransi. Menghidupkan kembali tradisi lokal memang menjadi langkah penting dalam memperkuat rasa nasionalisme. Tradisi-tradisi seperti gotong royong, musyawarah, dan toleransi merupakan nilai-nilai luhur bangsa yang perlu terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi muda.

3. Selektif terhadap Budaya Asing

Mengajarkan masyarakat untuk kritis terhadap informasi yang masuk, terutama dari media sosial. Ini artinya adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat agar mereka tidak langsung percaya begitu saja terhadap setiap informasi yang mereka terima, khususnya dari media sosial

Penting untuk memilih budaya asing yang positif. Tidak semua budaya asing bersifat negatif. Kita bisa memilih dan menyerap nilai-nilai positif yang sesuai dengan budaya kita.

4. Penguatan Ekonomi Nasional

Penting untuk selalu membeli produk dalam negeri. Mendukung produk dalam negeri akan memperkuat ekonomi nasional dan menciptakan lapangan kerja. Ini adalah sebuah dampak positif dari tindakan kita sebagai konsumen dalam memilih produk yang berasal dari dalam negeri. Ketika kita membeli produk dalam negeri, kita secara langsung meningkatkan permintaan terhadap produk tersebut. Hal ini mendorong produsen lokal untuk meningkatkan produksi dan berinovasi.

Lalu, memberikan dukungan kepada UMKM untuk meningkatkan daya saing produk lokal. Artinya ajakan untuk memberikan bantuan dan fasilitas kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar produk yang mereka hasilkan dapat bersaing di pasar, baik di tingkat lokal maupun global.

5. Peran Pemerintah dan Masyarakat

Pemerintah memiliki peran penting untuk menumbuhkan semangat nasionalisme. Salah satu di antaranya adalah dengan membuat kebijakan yang mendukung pelestarian budaya dan pengembangan ekonomi nasional.

Tidak kalah pentingnya adalah peran aktif masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang mempromosikan budaya dan nilai-nilai nasionalisme.

Contoh konkret yang dapat dilakukan untuk membangun kembali nasionalisme antara lain mengadakan lomba-lomba seni dan budaya di sekolah dan masyarakat, mendukung gerakan cinta produk Indonesia dan mengadakan kegiatan sosial yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.

Membangun kembali sikap nasionalisme adalah tugas kita bersama. Dengan cara-cara yang telah disebutkan di atas, diharapkan kita dapat menjaga keutuhan bangsa dan melestarikan budaya Indonesia di tengah arus globalisasi yang semakin deras.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun