Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Setiap Diri adalah Pendidik, Jadilah Pendidik yang Welas Asih

2 Mei 2024   15:01 Diperbarui: 2 Mei 2024   16:48 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi - Seorang guru sedang mendampingi anak didiknya di salah satu SD di Kota Bandung (Foto: Dok. Pribadi)

Hari ini, Kamis, 2 Mei 2024 bangsa Indonesia sedang memperingati hari pendidikan nasional (Hardiknas). Di tiap instansi, khususnya lembaga pendidikan jenjang PAUD, SD, SMP, SMA, SMK sampai perguruan tinggi merayakannya dengan beragam kegiatan.

Walaupun, hari pendidikan nasional ini oleh pemerintah tidak ditetapan sebagai hari libur nasional, namun tidak sedikit insan pendidikan gempita memperingati dan merayakannya dengan berbagai kegiatan, seperti upacara, perlombaan, kreasi seni, renungan dan lain sebagainya.

Sangat wajar, jika para insan pendidikan, terutama di dunia pendidikan menggelar dengan penuh khidmat dan sukacita. Karena di hari inilah momentum untuk mengenang sang pelopor pendidikan Indonesia, sekaligus sebagai menteri pendidikan Indonesia (waktu menteri pengajaran) yakni Ki Hadjar Dewantara.

Ki Hadjar Dewantara yang bernama asli Raden Mas Soewardi Soerjaningrat adalah lelaki Jawa, bangsawan, aktivitas pergerakan  kemerdekaan Indonesia, politisi dan guru bangsa adalah seorang pejuang pendidikan Indonesia yang terkenal saat itu, melalui artikel-artikel kritisnya membuat telinga sang penjajah memerah dan marah, kemudian dengan pemikiran kritisnya Ki Hadjar Dewantar, sering kali diasingkan.

Untuk mengenang, menghormati dan menghargai jasa perjuangan Ki Hadjar Dewantara dalam dunia pergerakan perjuangan di bidang pendidikan, maka pemerintah Indonesia pada tahun 1956 menetapkan Ki Hadjar Dewantara sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.

Ki Hadjar Dewantara yang sangat luar biasa berjuang melalui intelektualnya untuk negeri ini, termasuk ia yang menggagas berdirinya Taman Siswa, maka pemerintah pun memberikan penghargaan melalui dedikasinya dengan menetapkan tanggal kelahirannya yakni 2 Mei, sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).

Dalam mengisi hari pendidikan nasional, warga Indonesia dibenarkan dengan menggelar aneka kegiatan positif. Namun, hakikat atau makna yang sebenarnya bagi insan pendidikan di Hardiknas ini adalah bagaimana menyelami tiga semboyan yang digelorakan Ki Hadjar Dewantara yakni Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani.

Tiga semboyan atau falsafah pendidikan yang dicetus Ki Hadjar Dewantara itu, kini haruslah dikibarkan kembali ke berbagai pelosok negeri. Semboyan tersebut harus terus terpatri dalam tiap sanubari pengabdi budi pekerja yakni para pendidik sejati.

1. Ing Ngarsa Sung Tuladha

Semboyan Ing Ngarsa Sung Tuladha mengandung arti di depan memberikan contoh atau teladan yang baik. Setiap pemimpin atau sang pendidik, apakah itu seorang guru, dosen atau istilah jenis lainnya bagi sang pengajar, wajib bagi dirinya menjadi teladan atau contoh serta panutan bagi murid-muridnya.

Sebaliknya, seorang pendidik pantrang dan sangat dilarang untuk melakukan hal-hal yang tidak semestinya. Seorang pendidik tidaklah dibenarkan untuk melakukan perbuatan hina, karena jika itu dilakukan seorang pendidik, maka bisa kita bayangkan bagaimana murid yang ada di belakangnya.

2. Ing Madya Mangun Karsa

Falsafah yang luar biasa ini yakni Ing Madya Mangun Karsa mengandung arti bahwa di tengan-tengah membangun kemauan atau cita-cita.

Melalui semboyan ini, seorang pemimpin atau pendidik harus bisa memotovasi orang lain yang ada di sekitarnya. Dengan semboyan ini dirinya bisa memberikan semangat dan menciptakan suasana yang nyaman, aman atau suasana yang kondusif dan meningkat dalam produktivitas.

Dengan hadirnya semboyan ini, dirinya harus mampu memberikan spirit perubahan kepada orang yang ada di sekitar. Orang yang ada di sekitarnya harus tumbuh dan berkembang dalam berbagai hal, terutama tumbuh dalam pola pemikirannya.

3. Tut Wuri Handayani

Semboyan yang ketiga ini yakni Tut Wuri Handayani sangatlah terkenal di kalangan pendidikan Indonesia. Tut Wuri Handayani mengandung arti dari belakang memberikan dorongan semangat baik lahir ataupun batin.

Dengan semboyan ini seorang pendidik atau pemimpin harus bisa dan mampu memberikan motivasi semangat kepada orang yang di bawahnya atau di sekitarnya. Dorongan yang dimaksud haruslah menimbulkan motivasi baru, dengan munculnya inspirasi dan inovasi untuk pengembangan diri.

Setiap Diri adalah Pendidik

Saat ini, seorang pendidik dikenal sebagai sosok atau pribadi guru, dosen atau pengajar  lainnya yang memberikan pengajaran dan pembelajaran kepada para peserta didiknya. Namun lebih jauh dari itu, seorang pendidik adalah setiap individu yang di dalam hatinya ingin memberikan atau mengabdikan ilmu dan pemikiran positifnya kepada orang lain.

Orang tua sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Orang tua di rumah yakn Ibu dan Bapak adalah gerbang pertama sebagai pendidik bagi anak-anaknya. Orang tua harus membuat rumahnya sebagai madrasah atau sekolah untuk anak-anaknya sekaligus dirinya sebagai pendidik.

Ilustrasi - Guru di sekolah sekaligus sebagai orang tua bagi anak didiknya (Foto: Dok. Pribadi)
Ilustrasi - Guru di sekolah sekaligus sebagai orang tua bagi anak didiknya (Foto: Dok. Pribadi)

Kedua orang tua wajib hukumnya untuk selalu memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya. Bukan hanya memberikan perintah atau intruksi kepada anak dengan aneka larangan dan anjurannya, tapi kedua orang tua harus menjadi contoh teladan san panutan yang baik ditiru anak-anaknya.

Bukan hanya orang tua, yakni Ibu dan Bapak, tapi seorang kakak harus menjadi pendidik kepada adik-adiknya. Seorang kakak harus memberikan contoh teladan yang baik kepada adik-adik yang ada di bawahnya.

Seorang atasan di manapun berada harus menjadi pendidik atau guru kepada anak bawahannya atau anak asuh yang ads di bawahnya. Seorang atasan wajib memiliki kemampuan memimpin dan membina kepada orang-orang yang ada di sekitarnya.

Jadilah Pendidik yang Welas Asih

Jika kita sudah tahu bahwa tiap diri bisa menjadi pendidik maka haruslah menjadi pendidik yang mempunyai tiga semboyan yang disampaikan Ki Hadjar Dewantara yakni, Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani.

Ketiga semboyan atau falsafah pendidikan tersebut bisa diikat dengan istilah pendidikan yang welas asih yaitu pendidikan yang memberikan dan menciptakan rasa kasih sayang. Rasa aman, nyaman, produktif dan terus menumbuhkam produktivitas dan prestasi yang tinggi.

Pola pendidikan yang welas asih adalah seorang pendidik haruslah mengedepankan sifat saling mengasihi dan menyayangi kepada para peserta didiknya. Menyayangi peserta didik yang baik dan lebih dalam daya nalar, juga pendidik harus mengasihi peserta didik yang mempunyai keterbatasan.

Ilustrasi - Guru bersama para anak didiknya pada suatu kegiatan di salah satu SD di Kota Bandung (Foto: Dok. Pribadi)
Ilustrasi - Guru bersama para anak didiknya pada suatu kegiatan di salah satu SD di Kota Bandung (Foto: Dok. Pribadi)
Seorang pendidik yang welas asih akan merangkul dan mengayomi semua peserta didiknya, akan mengayomi anak-anaknya dan akan mengayomi serta melindungi para anak buah bawahan yang ada di sekitarnya.

Patut digaris bawahi seorang pendidik haruslah di hati sanubarinya tertanam sifat kasih (welas) dan sayang (asih) kepasa orang-orang yang ada di sekitarnya, sehingga dengan keberadaannya mampu membuat rasa nyaman aman dan mendatangkan rasa hati yang tentram. Akhirnya setiap apa yang diberikan oleh sang pemberi ilmu maka orang di sekitarnya mudah dalam menerimanya.

Hal ini pula selaras dan sesuai dengan tuntunan ajaran Islam yakni Allah Swt Sang Maha Pencipta mempunyai sifat Ar Rahman dan Ar Rahim yang mengandung makna Maha Pengasih dan Penyayang bagi makhluknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun