Mohon tunggu...
Junaidi FeryEfendi
Junaidi FeryEfendi Mohon Tunggu... Dosen - penulis

peneliti dibidang pendidikan UMSurabaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sumber Belajar Berbasis Budaya dan Teknologi

9 Maret 2023   14:35 Diperbarui: 9 Maret 2023   15:12 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penyelenggarakan pembelajaran matematika yang baik dan bermutu di perguruan tinggi adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi . 

Tenaga pengajar sebagai ujung tombak pendidikan merupakan sosok yang bertanggung jawab langsung untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas pembelajaran yang dikelolanya. 

Sehingga, perlunya berbagai upaya yang dilakukan tenaga pengajar seperti penerapan ragam media, model, metode, sumber belajar, sistem evaluasi dan lain-lain .

Pada hakekatnya alam semesta ini merupakan sumber belajar dan konsep sumber belajar memiliki makna yang luas, meliputi segala sesuatu yang ada dalam jagad raya ini. 

Karena sumber belajar itu luas maka salah satu makna belajar merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. 

Peranan Sumber Belajar 

Penggunaan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran merupakan suatu keniscayaan, karena pada hakikatnya pembelajaran merupakan interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. 

Sebagaimana diketahui, pembelajaran juga merupakan interaksi edukatif antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

Proses belajar di perguruan tinggi merupakan proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 

Belajar tidak harus dihadiri oleh tenaga pengajar, dalam belajar siswa dapat menggunakan sumber belajar yang tersedia di perguruan tinggi baik berupa buku-buku, majalah, perpustakaan, labolatorium, dan kegiatan lain yang dapat menjadi sumber belajar. 

Sehingga secara umum sumber belajar bisa diartikan sebagai segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberikan kemudahan kepada seseorang dalam belajarnya.

Sumber belajar dalam pengertian yang sempit sering difahami sebagai buku-buku atau bahan-bahan tercetak lainnya seperti majalah, buletin, dan lain-lain. 

Pengertian seperti ini masih banyak dipakai dewasa ini oleh sebagian besar tenaga pengajar, baik tenaga pengajar dari tingkat Taman Kanak-kanak sampai tingkat Perguruan tinggi Menengah Atas. 

Sumber belajar (resources) pada dasarnya dipakai dalam pendidikan atau latihan sebagai suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan siswa belajar secara individual (Percival dan Ellington, 1988). Lebih lanjut Percival dan Ellington (1988) menyatakan bahwa ada tiga persyaratan sebagai sumber belajar, antara lain: (a) harus tersedia dengan cepat; (b) harus memungkinkan siswa memicu diri sendiri; dan (c) harus bersifat individual, misalnya harus dapat memenuhi berbagai kebutuhan siswa dalam belajar mandiri.

Teknologi dan Budaya 

Asosiasi Komunikasi dan Teknologi Pendidikan (AECT) memberikan batasan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang berupa pesan, manusia, bahan (software), peralatan (hardware), teknik (metode), dan lingkungan yang digunakan secara sendiri-sendiri maupun dikombinasikan untuk memfasilitasi terjadinya kegiatan belajar.  

Pengertian sumber belajar menurut AECT   ini menguraikan secara rinci jenis-jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam kegiatan pendidikan meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, teknik, dan lingkungan sekitar (Warsita, 2008). 

Lebih lanjut AECT  membedakan sumber belajar menjadi 2 (dua) macam, yaitu: (a) sumber belajar yang dirancang (by design) untuk tujuan belajar seperti tenaga pengajar, dosen, pelatih, ruang kuliah (belajar), laboratorium, perpustakaan, bengkel kerja, simulator, modul ; dan (b) sumber belajar yang dimanfaatkan (by utilization) yaitu dimanfaatkan untuk tujuan, misalnya: pejabat, tokoh masyarakat, orang ahli di lapangan, pabrik, pasar, rumah sakit, surat kabar, radio, televisi dan sebagainya (Rohani, 1997).

Berdasar beberapa pendapat tersebut, sumber belajar sangatlah luas ruang lingkupnya. Sumber belajar mencakup apa saja yang dapat digunakan untuk membantu seorang tenaga pengajar dalam proses pembelajaran. 

Sebagaimana diungkapkan Edgar Dale (Sudjana dan Rivai, 2007) bahwa makna sumber belajar secara lebih luas yaitu pengalaman. 

Hal ini mempunyai makna bahwa segala sesuatu yang dialami seseorang dapat dianggap sebagai sumber belajar, sepanjang hal itu membawa pengalaman yang menyebabkan belajar. 

Dengan beragamnya sumber belajar yang ada, baik tenaga pengajar maupun siswa dapat mengambil manfaat, pengalamanm, serta mengoptimalkan kegiatan pembelajaran agar tercapai tujuan yang diharapkan, khususnya dalam pembelajaran matematika.

Pemanfaatan sumber belajar bagi setiap perguruan tinggi berbeda, tergantung pada kreativitas tenaga pengajar mata pelajaran matematika pada suatu perguruan tinggi untuk memanfaatkan sumber belajar yang ada.

Pemanfaatan sumber belajar dengan baik akan menumbuhkan motivasi belajar siswa, karena mereka menganggap bahwa dengan memanfaatkan sumber belajar seperti lingkungan di sekitar perguruan tinggi menciptakan suasana belajar yang aplikatif dan tidak membosankan. Sumber belajar akan lebih bermakna

  • bagi peserta didik maupun tenaga pengajar apabila sumber belajar terorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Sebab, pemilihan dan penggunaan sumber belajar yang tepat bagi siswa akan meningkatkan prestasi belajar (Sudjana, 2001).  
  • Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan itu digunakan dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya (Hakim, 2014).

Dalam konteks pembelajaran berbasis budaya dalam menjaga kelestarian lingkungan merupakan sumber belajar penting di tengah lingkungan yang semakin mengalami kemunduran kualitas. 

Prinsip keseimbangan dan keberlanjutan dalam mengolah alam merupakan nilai penting yang harus diwariskan kepada peserta didik. Nilai tersebut lahir dari alam pikiran manusia sebagai anggota masyarakat sebagai pedoman dalam melangsungkan aktivitas sehari-hari (Efendi, 2014)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun