Mohon tunggu...
Jumari (Djoem)
Jumari (Djoem) Mohon Tunggu... Seniman - Obah mamah

Hidup bergerak, meski sekedar di duduk bersila.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pat-bang-ku

24 Mei 2011   21:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:16 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Patbangku bukanlah sebuah istilah, ini hanya permainan kata. Patbangku selalu menusuk diri setiap orang, ntah itu jelata ataupun pimpinan di bangsa ini. Patbangku bukan berarti Empat Abang Kupunya. Juga berarti bukan Tepat Abang Kusayang atau yang lainnya. Pokonya ini adalah sebuah teka teki kata. Kenapa bisa terdapat pada diri hampir setiap orang, bahkan ahli pengetahuan sekalipun? Aku sendiri juga baru mengira-ira, benar tidaknya itu terserah yang menafsir.

Patbangku bisa juga dijadikan pahlawan kebebasan, tentu saja kebebasan individu, bukan kebebasan universal. Atau mungkin jika dikembangkan akan mengarah kesana. Mungkin, katanya sih dunia penuh kemungkinan. Ga punya uang jadi punya uang karena pinjam. Ga punya mobil jadi punya mobil karena kredit. Ga ada makanan bisa ngebon di kantin atau warung makan langganan. Paling menyebalkan kalau ga bisa beli air, apakah kita di suruh minum air sumur? Menurut saya pribadi sih, sah-sah saja. Untuk badan saya ga manja, jadi ga minta minum yang bagus-bagus, istimewa, kelas atas dan lain sebagainya. Toh air putih paling bagus bagi tubuh, karena kandungan oksigennya yang banyak.

Jadi Patbangku itu apa? Oh rupanya masih menunggu ya. Ok deh, Patbangku itu juga sebuah singkatan, permainan kata. Pokoknya, cari deh, dan otak atik sendiri.

Lho kok masih bengong, di suruh otak-atik. Kita ini negara demokratis, bebas, lebih beragam lebih bagus, pokoknya yang menjadi pemersatu adalah Patbangku itu terdapat di hampir setiap individi. Diri aku, kamu, kalian, mereka, pemimpin, pemimpi dan lain sebagainya. Cepetan keburu Subuh,  keburu berangkat kerja, keburu ngejar bus, keburu kerja, keburu sibuk, keburu sholat luhur dan lain sebagainya. Ok saya bermurah hati, Patbangku ini konon bisa menjadi super power, bisa menumbuhkan inspirasi, karena sedikit banyak tercipta puisi atau narasi, argumentasi, artikel dan lain sebagainya yang lahir dari rahim kata PATBANGKU.

Eh eh eh eh,,,masih pada duduk di situ,,,sana kencing-kencing dulu,,,sarapan, makan siang, makan malam atau apalah,,,sayangi raga yang dipunya, sebelum menyayangi raga lawan jenis. Kebanyakan menyayangi raga lawan jenis dulu baru menuntut kebutuhan raganya ya. Penyesalan deh akhirnya. Adhuh, tadi saya tinggal kebelakang sebentar, apa yang saya tulis ya.

HEM

Oh iya, PATBANGKU ... wadhuh-wadhuh, ini masih pada nunggu ya atau sudah jenuh dengan lagu yang sumbang ini. Tapi ingat ini penting lho buat hidup, soalnya Patbangku itu berhubungan erat dengan spiritualitas atau filsafat, atau apalah istilahnya. Intinya sama mencari Tuhan. Termasuk tulisan ini juga mengandung Patbangku juga. Lebih hebohnya Patbangku juga bisa menjadikan orang ahli berpolitik.

OK, sambil merokok dan minum kopi,,,saya tunggu deh jawaban teman-teman ...

O

0)

0)

0)

Belum juga ketemu ya, atau sudah pada nulis komen, tetapi saya ga lihat. Adhuh dasar mataku hanya dua, mau cari mata ketiga sungguh susah. Meskipun orang-orang berjamaah menemukannya, dan hakim yang jumlahnya banyakpun ikut memiliki, toh hakim juga kecolongan napinya. Karena sibuk membaca kitab di balik kitab, atau menyibukkan diri dengan, dengan, dengan sebuah melon yang dibungkus rapi di atas tilamrum. Atau sibuk mengitung pajak, atau enggan melakukan persidangan karena menghitung rugi dan laba. Ntahlah, aku ga mau meraba.

Kisi selanjutnya, Patbangku ini juga bisa digunakan untuk memicu sebuah pembuatan iklan. Seperti Sule yang menggembor-gemborkan kartu As atau produk Telkomsel lainnya. Atau seperti Ki Manteb Soedarsono dengan oskadon OYnya, dan masih banyak iklan-iklan lainnya. Ironisnya bangsa ini di sini, orang berbohong dan melebih-lebihkan kan dibayar mahal ya. Coba kalau itu disumbangkan, kan bisa menolong kemiskinan atau bisa menciptakan lapangan kerja baru. Tapi iklan juga penting kan, untuk berbohong jamaah, dan kalau lolos dan lulus bisa digunakan berjamaah. Rakyat kecil yang butapun ikut menggunakan dan mengamininya, dan selamanya begitu, begitu, begitu dan begitu. Padahal ini banyak orang cerdasnya ya, banyak tokohnya yang masih hidup.

Kok malah lesu sih, baiklah kisi terakhir nih. Patbangku juga sangat bisa memicu sebuah tindakan radikal, atau kebobrokan moral lainnya. Sempatkan browsing sex di internet? dan apa hasilnya? Indonesia, anak SMP sudah banyak yang mengenal sex dan ini direkam dan disebarkan. Browsing saja ga usah malu, ini juga bagian dari negara kita yang tercinta ini kan. Ada juga pelajar SMA berkerudung yang mau di jinahi berjamaah. Ayolah cepetan browsing. Ada juga itu cewek SMP yang mesum ditempat terbuka, pokonya hampir mirip dengan jaman sebelum ini deh, kan di candi Borobudur bagian yang tertimbun atau dasar yang menggambarkan tingkatan samsara itu terlihat jelas aneka bentuk sexualitas. Karena dianggap pornograpi maka ditimbun, dan sebelum ditimbun beruntung masih ada pemotretan, dan hasilnya bisa di lihat di Museum Nasional di Jakarta.

Hem, udah dibilang ini hanya permainan kata, sebuah singkatan, dan dari singkatan itu bisa diketahui maknanya. Ini bukan puisi yang panjang, yang dipajang di tiap sudut hati. Atau yang pernah dipentaskan oleh Almarhum Pak Willy. Ini hanya sinonim, singkatan. Pokoknya cari deh, kan kisi-kisinya sudah diberikan. Baiklah,,,saya katakan saja daripada saya cape-cape nulis panjang lebar, dan tidak pernah fokus ya ...

:D

:D

:D

:D

PATBANGKU adalah Patuh, Bangga dan Aku ...

Patuh : Adakah dalam sisi diri kita atau sekedar tanda kepatuhan, terhadap suatu dogma, aturan, tradisi atau apapun?
Bangga: Adakah yang membuat diri kita bangga, dan menginspirasi tindakan kita?
Aku: Adakah akunya, atau egonya diri masing-masing baik karena sudah terkotori doktrin atau masih bersih?

terima kasih berkenan membaca

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun