Bergeliat awan hitam di pandanganku.
Merona pipi langit tuk menghiburku.
Agar kuabaikan awan.
Dan tertumpah hanya pada pipi langit yang merona.
Merona bersama pancaran cahaya keemas-emasan.
Berkilau menghiasi hari.
Hari yang seakan menerjangku hingga sesak dadaku.
Kenapa meati dibalik cahaya ada awan hitam.
Kenapa mesti dianatar rona memerah ada susdut-sudut temaran.
Kenapa mesti dia singgah tanpa ada  rasa bersalah.
Ku meronta menolak namun ia tetap diam enggan pergi.
Diapun akhirnya berbicara begitu manis.
Kenapa ada cahaya.
Cahaya indah keemasan.
Kenapa ada rona yang menawan.
Itu ada karena ada aku.
Cahaya datang setelah gelap.
Dan kilau keemasan pun hadir.
Setelah berlalu kekusaman.
Bisakah kau memahami?
Aku terpana mendengarnya.
Yah aku harus mampu belajar memahami.
Memahami hakikat hidup.
Memahami arti sebuah perjuangan.
Dan....
Memahami arti sebuah pencapaian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H