Pagi ini.
Ku menikmati sejuknya embun.
Udara pagi yang menyegarkan.
Bersama  perlahan nampak sinar matahari.
Embun pagiku menghilang.
Udarapun tak sejuk lagi.
Mereka pergi tanpa kata.
Meninggalkanku.
Sinar matari mulai menerangi.
Aku terlena dipeluk hangatnya.
Aku diajaknya bersenda.
Bergembira dan tertwaw.
Tiba-tiba semua redup ketuka ku masih ingin berama.
Sinar itu perlahan hilang meninggalkan aku dalam sepi menepi si tepi hari.
Aku duduk sendiri menggenggam sunyi.
Dalam senduku aku dikagetkan dengan sapanya sang rembulan.
Dia tersenyum membelai rasaku.
Akau merasa damai dan tersentuh.
Dia menemaniku sampai ku tertidur.
Dan ketika ku bamgun dia pun menghilang bagaikan mimpi yang lenyap tanpa jejak.
Aku merenungi hidupku yang seakan terombang-ambing harapan semu akan mereka.
Namun tetap mereka pun pergi bersama dunianya masing-masing.
Embun.
Matahari.
Rembulan.
Mereka akan muncul ketika seharusnya muncul.
Mereka tak akan terus ada.
Akhirnya dibatas sadarku ini.
Aku menyadari bahwa hanya Dirinya yang akan selalu ada.
Selalu ada dimanapun aku berada.
Tuhan yang Maha Perkasa.
Tuhan yang Maha Pengasih.
Allah yang Esa.
Hanya pada-Mu semua kusandarkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H