Ketika dalam perjalananku ini.
Aku ditakdirkan bertemu denganmu.
Dalam keseharianku.
dalam sepak terjangku.
dan dalam ide-ideku.
Kau seakan merampas hak-hakku
kau seakan mengadang sepak terjangku .
dan kaupun mengapuskan ide-ideku.
Agar hilang tanpa jejak.
lalu aku terdiam bukan karena aku takut padamu
aku tenang bukan karena juga aku tak ada pertahanan.
lalu aku pun hanya menyerahkan semuanya pada yang Mahs Kuasa.
bagiku apapun yang terjadi adalah Kehendak-Nya.
Bukan kehendakmu.
Bukan kehendakku.
Bukan kemenanganmu.
Bukan juga kekalahanku.
Aku menyadari....
Bagaimana aku menyalahkanmu.
Sedang aku pun tak lepas dari kesalahan.
Bagaimana aku marah padamu.
Sedang aku juga sering dalam kealpaan.
Mana mungkin aku meghakimimu.
Sedangkan aku juga dalam kekurangan.
Adil menurut aku.
Bukan berarti sama adil menurut Tuhan.
Benar menurut kamu.
Bukan berarti benar menurut Tuhan
Karena  ada perhitungan dan pertimbangan tak terjangkau pada akal sehatku.
Dan aku memilih untuk tak menghiruakanmu.
Sedangkan kita tahu bijaknya putik.
Meski ia layu namun tak pernah menyalahkan kumbang.
Cirebon, 31 Maret'23.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H