Satu kesan tetap ada.
Di balik rerumputan atau pun ilalang.
Tersembunyi di riuhnya angin menghempas daun.
Dan akhirnya terbuang ke tanah dan sampai kapan kan terkuak.
Hingga masih pantaskah dijadikan sebuah impian.
Sesak tak dapat dihindar.
Sakit tak bisa di ingkar.
Kala kecewa melingkar.
Di kalbu yang tertinggal.
Terlempar dan terpapar.
Di luar batas nalar.
Aku bukan emas juga bukan berlian.
Mungkin adaku ba' batu yang perlu digosok hingga mengkilap.
Tapi guratan tanda di dalamnya mengikrarkan suatu keyakinan.
akan nalar yang masih bisa berlayar di atas lautan.
dan ia pun masih bisa terbang di atas awan.
Kilau matahari pagi, mengabaikanku akan hangatnya.
Sehingga aku merasa bara panas sinar siangnya.
Kini kabut senja yang mengiringiku menghimpit dibalik isak yang terhempas.
Berduri batang kemayup senja membentang.
Dan tetap tergenggam di tangan yang legam.
Dan pada ahirnya tenggelam dalam duka yang kelam.