Mohon tunggu...
Ajat Juhaedi
Ajat Juhaedi Mohon Tunggu... Web Manager, Pelayan Rakyat -

Pelayan rakyat yang suka baca dan nulis..sekedar tulisan pribadi di www.jalanbro.com dan www.tukangtani.com serta pengelola web SKPD daerah

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menyongsong Penyuluh Pertanian Profesional

24 November 2013   16:37 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:44 918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan dari Studium General Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor
Bersama Dr. Amri Jahi Pakar Penyuluhan Pertanian Institut Pertanian Bogor

Penyuluh itu ibarat anak panah, siap di luncurkan kemana saja, tergantung keinginan si pemanah”.

Penyuluh adalah ujungtombak pembangunan pertanian, sukses tidaknya program pemerintah terkait petani dan pertanian, sedikit banyak bergantung pada kemampuan penyuluh dalam menerjemahkan program tersebut. Semakin tinggi kemampuan penyuluh dalam menerjemahkan, mengeksekusi dan berimprovisasi dilapangan maka semakin tinggi pula kemungkinan program tersebut berhasil.

Berbagai masalah pertani dan pertanian saat ini juga tengah dihadapi sebagian besar penyuluh, masalah tersebut diantaranya adalah; buruknya infrastruktur pertanian, iklim yang tidak menentu, akses permodalan, lemahnya pemberdayaan petani dan pengusaha tani, lemahnya posisi tawar petani, masih belum optimalnya upaya peningkatan nilai tambah, kurangnya sarana prasarana pernyuluhan, serta “segudang” masalah lainnya yang menuntut penyelesaian secara cepat dan akurat. Berdasarkan hal tersebut, penyuluh saat ini diharapkan lebih kreatif, inovatif dan profesional dalam menyikapi berbagai program dan kebijakan yang perubahannya jugs relatif lebih cepat.

Melihat begitu tingginya kompleksitas masalah yang dihadapi penyuluh saat ini, diperlukan cara pandang atau paradigma baru penyuluhan pertanian, cara pandang yang dianggap relevan dan adaptif terhadap berbagai perubahan, dan menguntungkan semua pihak baik petani, pelaku usaha pertanian, penyuluh maupun pemerintah.

Supply Driven vs Demand Driven
Supply dan demand driven, merupakan teori kebijakan pembangunan pertanian yang diadopsi dari teori ekonomi supply (penawaran) dan demand (permintaan). Penawaran dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya; harga barang, harga sumber produksi, tingkat produksi dan espektasi atau perkiraan. Sedangkan faktor yang mempengaruhi permintaan adalah harga barang, harga barang lain yang berkaitan, tingkat pendapatan selera konsumen, dan ekspektasi atau harapan.

Pendekatan pembangunan pertanian bermadzhab penawaran dapat diartikan sebagai pendekatan top-down, dimana pemerintah memiliki dan mengestimasi input sumberdaya, menentukan capaian target serta mempertanggungjawabkannya sebagai wujud penerapan prinsip akuntabilitas. Pendekatan dengan madzhab ini bukan tanpa kelemahan, seringkali program yang diluncurkan tidak sesuai dengan kebutuhan petani, akibatnya petani tidak mendapatkan kepuasan, kurang respon dan akhirnya program tersebut tidak berjalan sukses.

Sementara madzhab permintaan dapat dikatakan sebagai pendekatan pembangunan berbasis bottom up. Pemerintah sebagai penentu dan pelaksana kebijakan harus mendahulukan kebutuhan dan kepuasan petani. Dengan kata lain, porsi aspirasi petani harus menjadi pertimbangan pertama dan utama dalam merumuskan suatu program dan kebijakan. Dalam konteks ini peran penyuluh sejatinya adalah mampu menyelaraskan target pemerintah dengan kebutuhan petan sebenarnya. Dalam pandangan saya, profesionalitas penyuluh dalam hal ini juga telah memainkan perannya, karena disatu sisi ia harus memiliki kinerja yang baik sesuai kriteria pemerintah, disisi lain ia juga harus memiliki idealitas dalam upaya memberikan kepuasan layanan kepada petani.

Transfer teknologi vs Pemberdayaan.
Transfer teknologi melibatkan peneliti, penyuluh dan petani. Dimana teknologi yang dihasilkan oleh penelIti di transfer oleh penyuluh ke petani sesuai dengan prinsip-prinsip adopsi inovasi. Pada rezim orde baru, paradigma utama dalam kegiatan penyuluhan pertanian adalah menjadikan petani sebagai objek atau penerima pembangunan (beneficery), oleh karena itu kegiatan penyuluhan lebih berkonsentrasi pada sejauhmana penyuluh dapat meningkatkan produksi melalui berbagai aplikasi teknologi pertanian yang kadang tidak ramah lingkungan. Kebijakan ini berujung pada berhasilnya Indonesia dalam swasembada beras 1984.

Dalam era reformasi dan otonomi saat ini, pekerjaan penyuluh bukan hanya menjadikan petani responsif terhadap inovasi, tapi juga menjadikan mereka berdaya, mampu memutuskan sendiri terkait usaha tani yang dilakukan dan mampu mencari alternatif sumber informasi selain dari penyuluh. Penyuluh juga harus mampu melakukan pemberdayaan pada pelaku usaha tani, hal itu sesuai dengan konsep pertanian berbasis agribisnis. Singkatnya sasaran tugas penyuluh bukan hanya petani dan keluarganya tapi ditambah dengan pelaku usaha agribisnis dari hulu hingga hilir, termasuk didalamnya sektor penunjang pertanian. Satu hal lagi yang tidak kalah penting, sesuai dengan undang-undang SP3K nomor 16 tahun 2006, penyuluh juga harus mampu mengaplikasikan usaha pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Komunikasi Efektif
Permasalahan infrastruktur pertanian seperti buruknya jaringan irigasi, kurangnya jalan produksi, lemahnya akses informasi, suka atau tidak saku masih menjadi permasalahan utama di lapangan. Kebijakan otonomi daerah yang diharapkan dapat memperpendek jalur birokrasi, dan mempercepat proses pembanugnan di daerah nampaknya juga belum menunjukan hasil maksimal. Daerah yang pemerintahnya concern dalam bidang pertanian, pada umumnya bekerja dan bergerak memperbaiki keadaan, namun bagaimana dengan daerah yang kurang concern dengan pertanian? Semakin hari keadaan semakin buruk, irigasi berantakan dan alih fungsi lahan melesat cepat dan sulit dikendalikan. Lalu apa peran penyuluh dalam hal ini?

Penyuluh saat ini tidak hanya dituntut memiliki kemampuan teknis pertanian yang evivalen, tapi juga harus terus dipacu agar memiliki inisiatif dan memiliki kemampuan komunikasi, lobi dan advokasi. Bagi beberap penyuluh yang memang ditakdirkan memiliki kemampuan tersebut hal ini tidak jadi masalah, berbeda halnya dengan penyuluh yang kurang kapasitasnya, dan ini bisa menjadi masalah dilapangan. Oleh karena itu instansi yang membidangi penyuluhan juga harus mengupayakan pelatihan komunikasi, lobi, negosiasi dan sebagainya agar penyuluh mampu mengatasi masalah yang dihadapi. Apa jadinya jika pemerintah terus berupaya menggenjot produksi, tapi air yang nota bene disalurkan dari jaringan irigasi tidak sampai ke lahan petani?

Nilai Tambah (Added Value)
Pemerintah dalam hal ini Kementrian Pertanian telah menetapkan empat sukses program pembangunan, salahsatunya adalah meingkatkan nilai tambah hasil pertanian. Nilai tambah merupakan upaya untuk meningkatkan nilai atau harga dari sebuah produk, contohnya tepung cassava yang dimodifikasi menggunakan starter bio, lebih tinggi harganya jika kita hanya menjual singkong dalam bentuk yang utuh. Tantangan kedepan adalah pemenuhan dan diversifikasi pangan, oleh karena itu penyuluh juga diharapkan dapat mencari solusi bahan pangan alternatif yang dapat diterima dimasyarakat.

Meningkatkan nilai tambah suatu produk memang tidak mudah, membutuhkan ide kreatif dan cara berfikir out of the box. Tapi bukan berarti hal tersebut tidak bisa dilakukan oleh penyuluh. Pengembangan Talas Beneng (Besar dan koneng/kuning) di Kabupaten Pandeglang saat ini, salahsatunya tidak bisa dilepaskan dari andil penyuluh setempat, dan penulis menganggap masih banyak penyuluh-penyuluh inovatif lainnya yang melakukan upaya yang sama, meningkatkan nilai tambah komoditas pertanian.

Networking
Penyuluh adalah perantara, perantara petani dan pemerintah, petani dan peneliti dan petani dengan pengusaha, penyuluh yang profesional adalah penyuluh yang memiliki kemampuan menggali dan mengembangkan jaringan kerja (networking). Jaringan yang tidak hanya dapat membantu menyelesaikan permasalahan petani, tapi juga dapat meningkatkan kesejahteraan penyuluh itu sendiri.

Penyuluh yang menguasai informasi pasar, akan mempermudah petani dalam merencanakan usaha tani dan menjual produk yang dihasiilkan petani. Penyuluh yang memiliki jaringan ke perusahaan-perusahan swasta, tidak akan terlalu bergantung kepada pemerintah, karena memiliki alternatif bantuan dan program. Penyuluh yang memiliki jaringan perbankan juga akan lebih mudah dalam mengakses permodalan, lebih luarbiasa lagii jika penyuluh mampu menjadi avalis bagi kredit petani.

Tidak mudah menjadi penyuluh, apalagi penyuluh profesional, perlu belajar, bertanya dan berdiskusi dengan berbagai pihak, perlu tumbuh rasa cinta terhadap profesi dan idealitas dalam membangun petani dan pertanian. Selain itu penyuluh juga tidak akan mampu berbuat banyak tanpa adanya perhatian optimal dari pemilik kebijakan. Penyuluh hanyalah anak panah, komponen dari sistem pembangunan pertanian. Keberhasilannya ditentukan oleh kinerja komponen lain.

Wallahu a’lam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun