Mohon tunggu...
jufriyanto
jufriyanto Mohon Tunggu... Ilmuwan - Mas Juff

Tajam Berpikir Lembut Berdzikir

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Refleksi Intelektual: Menggagas Literasi Pesantren

14 September 2024   19:35 Diperbarui: 14 September 2024   20:26 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini, tepat pukul 08.00, saya memulai aktivitas menulis karena beberapa tulisan mendesak perlu diselesaikan. Saat ini, saya sedang libur mengajar hingga 25 September 2024, mengingat para santri di Pon. Pes. Fathul Mu'ien Plalangan Panti tengah pulang karena libur Maulid. 

Namun, pada pukul 08.42, Mas Taufik, pendiri Yayasan Sahabat Yatim-Q Patrang dan doktor di bidang Pendidikan Karakter, mengirimkan sebuah foto. Dalam foto tersebut, Dr. Dasuki, alumni UKPK, tampak serius dalam diskusi. Mereka terlihat berada di Gedung Kuliah Terpadu (GKT) lantai 3 UIN KHAS Jember. Tak lama kemudian, saya diminta untuk segera menghadiri seminar yang akan dimulai. Tanpa ragu, saya setuju meski belum mengetahui tema dan narasumber seminar tersebut.

WhatsApp dari Mas Taufik
WhatsApp dari Mas Taufik

Sesampainya di GKT, saya bersyukur karena acara belum dimulai. Sembari menunggu, saya melihat banyak tokoh penting yang hadir, seperti Dr. Muhammad Muslim, M.Sy, Ketua Kemenag Lumajang sekaligus Plt. Kemenag Kabupaten Jember, Dr. Mustain Billah, Kepala Seksi PD. Pontren Kemenag Kab. Jember, Dr. Wildani Hefni, Dekan Fakultas Syariah UIN KHAS Jember, dan Dr. Husnan, Ketua FORSIKA UIN KHAS Jember. Saya duduk bersama Mas Husnan dan mengobrol santai sembari menunggu narasumber.

Foto Pribadi
Foto Pribadi

Ketika melihat pamflet acara, saya baru mengetahui bahwa narasumber seminar ini adalah M. Mushthafa, MA, Wakil Rektor 1 Universitas Annuqoyah Sumenep, dan Prof. Dr. KH. Abd A'la, anggota Majelis Masyayikh Pesantren Indonesia Kemenag RI. Tema seminar adalah "Penguatan dan Pengembangan Budaya Literasi di Pesantren," yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Studi Pesantren UIN KHAS Jember.

Suasana pesantren sangat terasa dalam seminar ini, terutama karena acara ini juga berkolaborasi dengan Ikatan Alumni Annuqoyah (IAA) Kabupaten Jember. Hampir semua peserta mengenakan sarung, menciptakan suasana khas pesantren. Tradisi dan adat pesantren sangat kental mewarnai setiap momen acara, menjadikannya terasa akrab dan penuh kekeluargaan.

Beberapa menit kemudian, narasumber yang dinanti pun tiba, didampingi oleh Prof. Dr. Hefni, Rektor UIN KHAS Jember. Sebagai santri, saya dan peserta lain menyambut mereka dengan penuh hormat. Kami melakukan tradisi sowan, mencium tangan Kiai sebagai bentuk penghormatan, sebuah adat yang melekat dalam kehidupan santri.

Dalam acara ini, saya mencatat bahwa pesantren selalu menjadi garda terdepan dalam memperkuat nilai-nilai kebangsaan dan agama. Kontribusi besar santri terhadap NKRI terlihat dalam bidang literasi, khususnya mendukung perjuangan kemerdekaan Indonesia. Banyak kiai terdahulu yang menulis naskah-naskah penting dalam bahasa daerah menggunakan tulisan Arab Pegon, berisi fatwa-fatwa tentang kemerdekaan yang memotivasi perjuangan rakyat. Ini menunjukkan bagaimana literasi, terutama literasi keislaman, memainkan peran penting dalam kemerdekaan Indonesia. Dengan literasi yang kuat, kiai dan santri memberikan kontribusi strategis bagi bangsa.

Saat acara dimulai, ketua panitia menyampaikan bahwa seminar ini juga bertujuan memperkuat hubungan antara pesantren dan perguruan tinggi, menciptakan kolaborasi antara dunia akademik dan pesantren. Kolaborasi ini penting untuk memperkuat jaringan santri di pendidikan tinggi dan memperkaya pemikiran yang inklusif dan terbuka. 

Pesantren tidak hanya sebagai tempat pendidikan agama tradisional, tetapi juga pusat pengembangan keilmuan modern yang relevan dengan perkembangan zaman. Silaturahim antara santri dan perguruan tinggi merupakan jembatan untuk melahirkan generasi yang mampu berpikir kritis, reflektif, dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

Dalam acara ini, saya memperoleh pemahaman baru bahwa tipologi pesantren kini tidak terbatas pada khalafiah (modern) dan salafiah (tradisional). Dengan perkembangan zaman, muncul kajian keislaman di ruang maya, termasuk "pesantren virtual" yang tidak memerlukan tempat fisik. 

Meski ruang virtual berkembang pesat, ada pilar-pilar yang tak bisa digantikan, seperti akhlakul karimah dan pengembangan keilmuan keislaman klasik dan kontemporer. Oleh karena itu, santri perlu memperkuat dua hal penting: kerja konsumsi (meningkatkan kemampuan membaca) dan kerja produksi (memperbanyak karya tulis). 

Langkah pertama adalah berpikir fokus, mendalam, dan reflektif untuk melawan budaya yang tidak mendukung literasi di pesantren. Pemikiran santri harus inklusif dan tidak terpengaruh oleh apa yang dibaca, sebagaimana dicontohkan Gus Dur yang membaca Das Kapital namun tetap teguh pada prinsip-prinsip keislamannya.

Sebagai penutup, seminar ini tidak hanya menegaskan peran penting pesantren dalam penguatan literasi, tetapi juga menunjukkan bagaimana pesantren beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan jati diri. Kolaborasi antara pesantren dan perguruan tinggi membuka peluang bagi santri untuk tidak hanya mempertahankan nilai-nilai tradisional, tetapi juga berkontribusi dalam konteks ilmu pengetahuan yang lebih luas. 

Dengan pendekatan yang inklusif dan reflektif, santri diharapkan dapat mengintegrasikan pengetahuan modern dengan keilmuan keislaman, membentuk generasi yang cerdas, kritis, dan berkontribusi nyata bagi kemajuan bangsa. Semoga acara ini menjadi langkah awal untuk terus memperkuat sinergi antara pesantren dan dunia akademik dalam membangun masa depan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun