MENGAKSES MEMAHAMI DAN MENGAPLIKASIKAN PESAN KOMUNIKASI: TANTANGAN DALAM LITERASI KESEHATAN
Saat ini terpaan informasi kesehatan sangat besar karena akses yang sangat mudah, ketidakterbatasan informasi, dan ketersediaan media. Informasi kesehatan menjadi tidak efektif apabila penerima pesan tidak memiliki level literasi kesehatan yang cukup untuk mengakses informasi, memahami apa yang dikomunikasikan melalui pesan kesehatan tersebut, dan bagaimana mereka mengaplikasikannya ke dalam kehidupan mereka. Kurangnya skill literasi menyebabkan inequality dan sering digunakan oleh mereka yang memiliki power untuk mempertahankan status dan posisi. Pengertian lain dari literasi adalah terkait dengan problem solving & reasoning, read write and speak in English
Pada tahun1990, seorang profesional kesehatan mendefinisikan bentuk baru dari literasi kesehatan yang memiliki efek besar terhadap kesehatan masyarakat. Kemudian ada definisi lain yang mengartikan literasi kesehatan sebagai kemampuan pasien membaca treatment/ instruksi, materi kesehatan, maupun pengaplikasian asuransi. World Health Organization mendefinisikan literasi kesehatan sebagai skill kongnitif dan sosial yang menentukan motivasi maupun kemampuan individu untuk memperluas akses, memahami, dan menggunakan informasi yang didapatkan serta mendukung untuk maintain kesehatan. Dalam perkembangannya, pengertian tersebut tidak lagi terbatas pada individu terhadap individu, namun juga individu terhadap komunitas.
Selain itu, literasi media juga berperan penting dalam literasi kesehatan karena informasi kesehatan disampaikan melalui banyak media/ saluran yang berbeda. Literasi media diartikan sebagai kemampuan mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan memproduksi komunikasi dalam bentuk media yang bervariasi. Orang-orang dengan tingkat literasi media yang rendah menjadi tidak maksimal dalam menahan pesan2 kesehatan yang tidak akurat-- mendorong mereka untuk mudah percaya dan mengadopsi perilaku2 yang tidak sehat. Sedangkan mereka dengan tingkat literasi tinggi akan lebih kritis untuk memproses informasi, menguji validitas pesan yang disampaikan di media.
THE IMPACT OF LOW HEALTH LITERACY (LHL)
Meningkatkan rasa malu, mengurangi level pengetahuan kesehatan, komunikasi pasien yang buruk, perilaku kesehatan yang buruk, budget besar.
Shame, Stigma, Denial: Orang dengan LHL malu dengan keadaan mereka, tidak mau mengakui dan berusaha untuk menyembunyikannya. Mereka juga malu untuk mengakui bahwa mereka mengalami LHL bahkan kepada pasangan maupun anak2nya. LHL menyebabkan ketakutan, rasa malu, kurangnya rasa percaya diri, dan selalu merasa minder. Konsekuensinya adalah orang2 dengan LHL akan menghindari berurusan dengan sistem perawatan kesehatan agar tidak ketahuan bahwa mereka LHL. Orang-orang dengan LHL memiliki pemikiran bahwa "THEY MIGHT THINK IM A BAD PERSON" apabila mereka mengakui kondisi kesehatan maupun LHL mereka.
Poor Patient/ Provider Communication: Orang dengan LHL kurang mampu untuk menjelaskan kondisi mereka thd tenaga medis dibandingkan dengan orang dengan High Health Literacy (HHL). Â Kegagalan ini disebabkan karena orang dengan LHL merasa tidak pasti dan tidak aware terhadap jumlah informasi yang seharusnya mereka berikan atau bahkan mereka tidak menyadari perlunya untuk terbuka atas informasi2 tertentu. Konsekuensinya adalah orang-orang dengan LHL beresiko untuk didiagnosa secara tidak tepat. Orang-orang dengan LHL tidak aware terhadap tanda-tanda tubuh yang menunjukkan adanya gejala penyakit tertentu.
Limited Knowledge and Understanding: Meningkatkan persepsi yang salah tentang kesehatan dan obat2an. Tidak percaya treatment.
Unhealthy Behaviors and Poor Treatment Adherence (Ketaatan)
Adverse Health Outcomes: Alasan2 diatas mengantarkan pada fakta bahwa semua akibat diatas menyebabkan perilaku yg tidak sehat, kerentanan thd penyakit, dan hasil kesehatan yang buruk.