Aku menganggap ujaranmu adalah tipuan saat kudeklarasaikan rasaku padamu
Memuja kekasihmu, menjaga cintamu yang jauh
Pikirku itu hanyalah pretensi, agar aku semakin meyakini, kaulah yang layak
Melekatkan predikat lelaki setia, sehingga kau tetap tertanam di benak
Salah mengerti
Selubung apa yang menutupi mata, hati juga pikiranku?
Sehingga luput menyadari bahwa pernyataanmu adalah kebenaran
Tidak kusangka akan sesakit ini saat terlambat menyadari semua hanyalah imaji
Opini jenis apa yang kubangun serapi ini?
Dia lebih dulu ada, beribu-ribu hari sebelum diri ini
Aku terkemudian, datang menghampiri penuh percaya diri
Kau si baik hati, pun pemerhati
Namun, aku memandang tindakanmu sebagai suatu ketulusan penggugah hati
Salah mengerti
Dia sungguh-sungguh tidak akan terganti, bukan begitu?
Ujarmu kala itu bukanlah sandiwara
Lalu, aku mengutukimu?
Tidak, aku hanya bisa memaki diriku ohh betapa bodohnya.
*Dengan perubahan seperlunya. Sebelumnya pernah diterbitkan di campus.imcnews.id*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H