Selanjutnya kita analisa kisah dibalik peyek dengan kacang ukuran kecil-kecil. Saya pikir, ini pilihan realistis para pelaku usaha pembuat peyek. Karena lebih mudah, praktis dan hemat. Tidak perlu memikirkan potongan-potongan yang presisi. Tergantung pada keberuntungan kacang dihantam pisau pemotong daging. Tolong tidak usah dibahas soal pisau pemotong daging ya.
Bahkan ketika memotong-motong kacang, bisa sambil melampiaskan kekesalan. Koreksian belum selesai, kalau pemilik usahanya seorang guru atau mungkin gara-gara sertifikasi yang sudah harusnya cair tapi malah masih membeku.
Bisa menolong batin yang meronta, sejenak menjadi lega. Tapi bisa juga bahaya, bukan hanya kacang yang  hancur lebur tapi talenannya juga . Bukan peyek kacang nanti jadinya, tapi peyek serbuk kacang dan sedikit kayu talenan. Anggap saja sebagai pembeda rasa, yang membuat peyek kacangnya memiliki ciri khas.
..
Terakhir, bahasannya soal peyek kacang yang potongan kacangnya random. Ini pasti home industry yang merupakan bisnis sampingan. Dikerjakan selepas pekerjaan utama selesai. Kadang saat memotong kacang, konsentrasi dan tenaganya sudah tidak maksimal. Dikerjakan lelah, tidak dikerjakan sayang, ada peluang cuan di bisnisnya. Sehingga meski lelah, ngantuk tetap dikerjakan. Masih syukur jika bentuknya saja yang tak beraturan, kadang malah tidak ada potongan yang dihasilkan, karena tertidur di depan potongan kacang.
Saat menikmati peyek kacang, semestinya jangan hanya soal renyah dan enaknya belaka, tetapi juga kisah dibaliknya. Pasti akan semakin nikmat. Tetapi sebenarnya, meski menulis kisah ini, saya bukanlah penikmat lembaran-lembaran peyek kacang. Saya lebih suka remukannya, karena selalu diberi gratis oleh penjualnya. Kriuknya benar-benar istimewa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H