“Dulu ketika saya masih duduk di bangku kuliah. Teman saya, cantik, pernah mengalami hal seperti itu.”
“Pacar bapak?”
“Cie-cie.”
Celotehan remaja, siswa SMA, siswa saya, memang begitu. Tetapi untuk membuat pembicaraan jadi nyambung, kadang saya mesti menyentuh hal-hal yang sedang mereka “hidupi.”
“Waktu dia kejedot sih belum. Tetapi sampai selesai kuliah belum juga.”
Seisi kelas tertawa. Apalagi disertai dengan mimic serius dan ngarep. Tambah kenceng tertawa mereka.
“ Waktu itu dia sudah punya pacar. Dan pacarnya juga yang menolong. Tetapi yang menarik adalah beberapa hal setelah kejadian.”
Penghuni kelas mulai serius. Karena nada dan mimik mulai saya ubah. Serius dan berempati pada kejadian dalam cerita itu. Karena itu benar-benar pernah terjadi.
“Dia lupa ingatan. Bahkan ketika saya Tanya namanya. Dia tidak tahu. Ketika kemudian dia bisa menyebutkan namanya. Itu dengan pernyataan dan keterangan tambahan.”
Kelas sunyi.
“kata, Odi, nama saya Nana.”