“Mas, kamu itu unik.”
“Jadi kamu pikir aku ini barang antik?”
Alina tersenyum. Cantik !
Akhirnya kuberanikan diri bilang ke dia, aku suka.
Tidak ada bunga. Lampu temaram, lengkap dengan meja makan dan lilin merah jambu. Tidak ada ! Aku hanya bilang suka. Aku cinta dia. Di depan kosnya. Saat ia akan berlalu meninggalkan aku menuju ke kamarnya. Aku tidak akan melewatkan momentum itu. Karena aku tahu, banyak pria lain menunggu.
Peristiwa itu membuat ia sering meledekku. Antiklah, uniklah, tidak romantislah. Tetapi aku yakin, Alina menemukan romantisme di dalam ketidak romantisanku. Buktinya, sampai saat ini kami masih bertahan. Ia masih bersamaku. Ia masih selalu bilang, I love you, selepas kuantarkan pulang. Ia masih Alinaku, entah nanti.
“Mas, ini kamu kan?”
Suatu sore, ketika aku duduk di lantai, ruang tamu kosnya. Ia menunjukkan majalah lama. Usang.
“Kamu baca majalah itu juga? Pantas, kepalamu penuh hayalan.”
Ia tertawa. Renyah. Itu selalu bikin aku rindu. Saat di kosan sendiri dan mendengar lagunya Kahitna dari kamar sebelah.
“Aku dulu langganan. Tetapi hanya satu ini yang kusimpan. Bukan karena majalahnya, tetapi ada satu cerpennya yang membuat aku benar-benar melayang. Aku banget.”
Kuamati majalah itu sekali lagi. Aku tertawa.
“Itu sudah lama banget.”
“Iya, dan aku suka. Bahkan jika lagi sedih. Aku baca lagi cerita itu. Supaya bisa tertawa.”
“Dasar Abege !”
Kami tertawa.
Isinya kumpulan cerpen di majalah itu. Tulisanku pernah beberapa kali dimuat di sana. Satu diantaranya, yang ditunjukkan Alina padaku. Cinta Malu. Begitu aku memberinya judul. Kisah remaja tanggung yang bingung mengungkapkan perasaan. Sederhana. Entah apa yang membuatnya suka.
“Darimana kamu tahu, itu aku penulisnya?”
“Tidak usah dibahas, nanti kamu besar kepala.”
Ia berlalu sambil memonyongkan mulutnya. Itu juga aku suka. Menggemaskan. Tetapi benar juga sih, apapun dan bagaimanapun dia, aku juga suka. Jadi tidak usah dibahas. Intinya, suka. Titik !
Penggalan kisah itu masih melekat di kepalaku. Bayangan Alina tiba-tiba menyelinap. Aku merindukannya. Mungkin akan terus begitu. Tetapi aku juga bersyukur, dia bisa lebih awal meninggalkanku dan juga Indonesia. Jika tidak. Entahlah !
Koran Kompas masih ada di tanganku. Deretan foto yang terpampang, menyayat. Kerusuhan melanda Jakarta, Solo dan tidak menutup kemungkinan merembet ke kota-kota lain. Penjarahan terjadi, hampir di semua sudut kota itu. Mungkin juga kota-kota lain. Tidak hanya itu, toko-toko dan rumah warga Tionghoa dibakar. Korban jiwa berjatuhan. Sebagian belum dapat diidentifikasi.
Kemarahan pada Suharto, menjelma menjadi kebencian pada etnis Tionghoa. Benar masih sulit aku pahami. Demonstrasi mahasiswa ramai dibahas ada yang menunggangi. Aku demonstran, tetapi aku mencintai gadis Tionghoa bernama Alina. Aku hanya berteriak untuk membuat rezim Suharto berhenti sampai di sini. Tetapi tidak untuk menyakiti sesama anak kandung negeri ini. Suasananya benar-benar rumit.
“Terus kita mau ngapain lagi sekarang?”
Kulihat Chris, orator andalanku, masih berdiri di pintu kantor senat. Letih. Marah. Sepertinya menjadi satu bagian yang kini ada di wajahnya. Ia kecewa.
“Mulai hari ini. Kita tidak akan turun ke jalan. Terlalu berbahaya. Mudah dimanfaatkan bagi yang akan membakar kota.”
“Aku setuju, nanti aku konsolidasikan dengan teman-teman.” Chris menimpali penegasan dan sikapku.
“Sudah saatnya kita focus urus teman-teman yang ketakutan. Kita ungsikan saja mereka ke kampus.” Yani, teman karibku, mahasiswa Tionghoa yang selalu berteriak lantang turunkan Suharto saat demonstrasi memberi usulan.
Aku setuju. Banyak diantara teman-teman mahasiswa yang tidak berani pulang ke kosnya. Mereka takut kerusuhan juga melanda kota ini. Apalagi sebagian dari mereka berasal dari kota-kota yang kini sedang membara. Hari ini aku berhenti meneriaki rezim korup ini, entah besok, entah nanti.
….
Catatan dan ingatan kelam, 12 – 13 Mei 1998.
Kisah kedua, dari kisah sebelumnya Sang Penindas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H