Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Cara Praktis Mengoptimalkan Keterbatasan Fasilitas Mengajar di Tengah Pandemi

27 April 2020   08:03 Diperbarui: 27 April 2020   08:03 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar pixabay.com

Beribadah, bekerja dan belajar dari rumah adalah kenyataan yang tidak terelakkan selama pandemi Covid19 ini. Tidak ada yang dapat menentukan pasti hingga kapan keadaan ini akan berlangsung.

Sebagai guru, saya juga dipaksa keadaan untuk beradaptasi dengaan situasi ini. Tidak mudah, terutama karena keterbatasan  fasilitas dan rencana yang memadai.

Pasca terjangan banjir di bulan Januari dan Februari lalu, "perlengkapan perang" guna WFH menghadapi pandemi boleh dibilang nyaris lumpuh. Komputer PC sekarat, sementara laptop sering ngadat. Padahal semua data dan perangkat kerja alias bahan ajar ada di sana. Kekuatan tinggal HP yang memorinya penuh. Sulit menyimpan data baru. Harus  menghapus sana sini terlehih dahulu.

Belum lagi, soal bekerja dari rumah juga dibarengi dengan instruksi belajar dari rumah. Tiga gadis saya juga tergantung pada fasilitas yang ada pada saya. Karena perangkat yang mereka miliki tidak memadai untuk proses yang diterapkan sekolah. Lengkap sudah !

Terbersit pengadaan baru, tetapi saya cukup tahu diri. Di masa sulit ini, tentu prioritas harus didasarkan pada akal sehat. Pemenuhan kebutuhan pokok.

Keterbatasan memaksa saya menggunakan kekuatan utama bekerja lebih efektif. Putar otak, begitu bahasa kerennya.

Di era digital ini banyak orang baik, secara sukarela menawarkan hasil karyanya untuk kita manfaatkan. Meski pepatah bilang, tidak ada makan siang gratis. Mungkin tidak ada yang benar-benar free. Tetapi selama saya tidak mengeluarkan dana, kecuali data internet, asumsinya adalah benar-benar gratis.

Saya pindahkan semua data hp ke drive. Agar saya bisa menginstal beberapa aplikasi dan data. Meski  sering ngadat, tapi laptop masih dapat dimanfaatkan dengan sedikit sentuhan. Membuang program yang jarang saya gunakan. Hasilnya jadi sedikit lebih baik.

DI hp memang telah terpasang aplikasi pembuat quote, selama ini pemanfaatannya sebatas pada yang semestinya. 

Tetapi kini mulai saya optimalkan sebagai pengganti PPT jika akan di share ke instagram. Barangkali ini akan lebih mengikuti dunia para siswa saya. Lagipula prosesnya yang hanya dengan hp menjadi jauh lebih mudah.

Dalam mengajar, guru dikelas itu membangun interaksi dengan muridnya. Dialog interaktif guru murid membuat proses belajar tidak monoton. Dengan mengajar online, saya mencoba menggunakan aplikasi komik yang sederhana. 

Sehingga saya masih dapat membangun dialog imajiner dalam proses menjelaskan bahan materi.  Ketika fasilitas masih ada, saya buatkan mereka video dan saya upload di youtube. Ketika hanya dengan hp sederhana, saya pikir ini adalah solusi. Selain itu juga melatih imajinasi.

Saya memang telah lama memanfaatkan google dengan beragam fasilitas didalamnya untuk mengajar. Diantaranya drive, google form dan classroom. 

Tradisi ini tinggal saya lanjutkan dan kelola dari hp. Memang perlu beradaptasi, karena mata yang mulai menua tidak dapat dibohongi. Terkendala memang ! Tetapi ketiadaan pilihan memaksa. Tulisan jadi lebih sering typo, tidak semudah mengerjakanya di keyboard komputer PC.

Selain fasilitas gratis di atas, saya juga membuat blog di penyedia jasa blog gratis. Terutama untuk mengaitkan link yang telah saya buat di google form atau drive dan juga untuk menyajikan materi. Sehingga lebih kekinian. 

Selain itu, jumlah blog yang bisa saya buat tidak terbatas, dan dapat saya link-kan antara satu dengan yang lainnya. Sehingga beberapa blog yang didasarkan topik materinya tersebut tetap merupakan satu kesatuan. Cuma sayangnya prosesnya masih agak rumit jika dikerjakan hanya dengan hp. Meski bisa.

Saya rasa masih banyak sekali tersedia fasilitas yang disediakan dan dapat dimanfaatkan untuk mengajar dengan fasilitas terbatas yang kita miliki. 

Tetapi yang kemudian saya sadari, semua teknologi itu tetap hanya perangkat. Bagaimana ia menjadi bermanfaat tergantung pada daya yang tersimpan di kepala. Daya kreasi itu jelas tidak akan tergantikan, meski oleh kecerdasan buatan sekalipun. Jadi keterbatasan juga membuat saya lebih bersyukur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun