Beribadah, bekerja dan belajar dari rumah adalah kenyataan yang tidak terelakkan selama pandemi Covid19 ini. Tidak ada yang dapat menentukan pasti hingga kapan keadaan ini akan berlangsung.
Sebagai guru, saya juga dipaksa keadaan untuk beradaptasi dengaan situasi ini. Tidak mudah, terutama karena keterbatasan  fasilitas dan rencana yang memadai.
Pasca terjangan banjir di bulan Januari dan Februari lalu, "perlengkapan perang" guna WFH menghadapi pandemi boleh dibilang nyaris lumpuh. Komputer PC sekarat, sementara laptop sering ngadat. Padahal semua data dan perangkat kerja alias bahan ajar ada di sana. Kekuatan tinggal HP yang memorinya penuh. Sulit menyimpan data baru. Harus  menghapus sana sini terlehih dahulu.
Belum lagi, soal bekerja dari rumah juga dibarengi dengan instruksi belajar dari rumah. Tiga gadis saya juga tergantung pada fasilitas yang ada pada saya. Karena perangkat yang mereka miliki tidak memadai untuk proses yang diterapkan sekolah. Lengkap sudah !
Terbersit pengadaan baru, tetapi saya cukup tahu diri. Di masa sulit ini, tentu prioritas harus didasarkan pada akal sehat. Pemenuhan kebutuhan pokok.
Keterbatasan memaksa saya menggunakan kekuatan utama bekerja lebih efektif. Putar otak, begitu bahasa kerennya.
Di era digital ini banyak orang baik, secara sukarela menawarkan hasil karyanya untuk kita manfaatkan. Meski pepatah bilang, tidak ada makan siang gratis. Mungkin tidak ada yang benar-benar free. Tetapi selama saya tidak mengeluarkan dana, kecuali data internet, asumsinya adalah benar-benar gratis.
Saya pindahkan semua data hp ke drive. Agar saya bisa menginstal beberapa aplikasi dan data. Meski  sering ngadat, tapi laptop masih dapat dimanfaatkan dengan sedikit sentuhan. Membuang program yang jarang saya gunakan. Hasilnya jadi sedikit lebih baik.
DI hp memang telah terpasang aplikasi pembuat quote, selama ini pemanfaatannya sebatas pada yang semestinya.Â
Tetapi kini mulai saya optimalkan sebagai pengganti PPT jika akan di share ke instagram. Barangkali ini akan lebih mengikuti dunia para siswa saya. Lagipula prosesnya yang hanya dengan hp menjadi jauh lebih mudah.
Dalam mengajar, guru dikelas itu membangun interaksi dengan muridnya. Dialog interaktif guru murid membuat proses belajar tidak monoton. Dengan mengajar online, saya mencoba menggunakan aplikasi komik yang sederhana.Â