Mohon tunggu...
Julius Deliawan
Julius Deliawan Mohon Tunggu... Guru - https://www.instagram.com/juliusdeliawan/

Guru yang belajar dan mengajar menulis. Email : juliusdeliawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Nestapa Pohon Kelapa karena Ulah Penghuninya

2 September 2019   12:36 Diperbarui: 2 September 2019   13:08 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tepat di bawah pohon kelapa, kedua pemuda yang saya panggil kang itu berhenti. Mengamati dengan seksama. Agak jauh, saya memandangi mereka.

Pohon kelapa itu berada tepat di perbatasan, antara tanah kebun saya dengan kebun tetangga belakang rumah.

Penampilannya ganjil. Meski tumbuh subur, dan diameter batangnya besar, tetapi buahnya hanya beberapa saja. Dahannya menjulang ke atas, tidak melambai seperti layaknya pohon kelapa lain. Kejanggalannya membuat pohon kelapa satu ini jadi objek tuduhan, ada yang menghuni.

Entah sudah berapa banyak paku yang menancap di batangnya. Ada saja orang yang datang untuk menancapkan paku lagi di batangnya. Setelah malamnya mengalami keganjilan di sekitar pohon kelapa ini. Seperti kedua  tetangga pagi ini.

Malam tadi, kelapa ini terbakar. Apinya terlihat dari rumah salah satu dari tetangga saya ini. Karena bukan kejadian yang pertama, keluarga saya dan para tetangga maklum. Pasti berasal dari  pohon kelapa ini,  penghuninya iseng menggoda. Meminta perhatian barangkali, lama tidak disambangi.

Tidak ada bekas terbakar, meski bisa saja sudah padam karena hujan tadi malam. Tetapi tidak mungkin sama sekali tidak meninggalkan bekas. Terlebih, siapa yang tengah malam berada di tempat ini untuk bakar sampah.

Keluarga saya, tidak mungkin. Tetangga saya, sudah lama kebun dan rumah belakang tidak berpenghuni. Di urus oleh saudaranya yang berada di dusun sebelah. Hantu api, itu kesimpulannya. Ada yang meyakini itu Banaspati, ada juga yang bilang itu Kemamang.

Apapun itu, kehadirannya mengusik ketenangan. Apalagi buat kami pemilik kebun.

Konon kabarnya, dia tidak bisa pergi dari tempat itu. Dulu ada tetua kampung yang mengikatnya disitu, biar tidak liar dan mengganggu banyak orang. Membatasi pergerakannya. Paku di pohon, menjadi pengikatnya.

Entah mulai kapan kepercayaan dan kebiasaan memaku pohon ini dilakukan, yang jelas ada banyak deretan paku di pohon kelapa belakang rumah itu. Mereka tidak ingin hantu api itu lepas dari sana dan berkeliaran. Padahal yang melakukannya bukan lagi ahli spiritual. Seperti pemuda tanggung tetangga saya ini.

Tanpa mantra, lagi, beberapa paku lima inci mereka tancapkan. Sesekali mulut mereka berdoa. Celingukan, seperti takut ketahuan. Tidak ada siapa-siapa, hanya kami bertiga. Juga bukan kriminal yang mereka lakukan. Tetapi, saya juga merasakan ada yang sedang mengawasi kami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun