Tujuannya saya pikir hanya sebatas menghasilkan kerumunan. Tidak peduli, esensi orang berkerumun itu apa. Menghujat atau memuji. Apalagi, antara like dan dislike itu memiliki arti sama pada ke-viral an sebuah konten. Ketika viral, ini akan berpeluang menghasilkan kerumunan lebih besar lagi.
Prinsipnya, jika anda menjadi pusat perhatian. Tidak peduli diperhatikan secara positif ataupun negatif, anda akan punya kesempatan lebih besar ngartis, meraih bintang. Ketimbang anda yang tidak pernah disebut, meski anda berbakat. Ketika dikerumuni kesempatan anda meraih pasar jauh lebih besar. Contoh kasusnya, sudah banyak. Berarti ini fakta.
Merebut perhatian media, meski hanya dengan pernyataan-pernyataan tak bermutu, ternyata efektif. Berhari-hari nyatanya nitizen terpancing ikut menimpali hal yang sama sekali tak penting itu. Berbagai ruang media bahkan nyaris tidak bisa melepaskan dari berita tak bernilai yang terlanjur viral. Alasananya pragmatis banyak orang berkerumun di sana.
Sampai kapan ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H