Nah ini nih yang paling rame. Kalau pesawat terbang malam itu masih terjadi di beberapa daerah aja. Tapi kalau pesawat dengan assap putih di belakangnya, ini hampir seantero Nusantara ada sepertinya. For Your Information aja nih, ada dua sebutan untuk asap putih di belakang pesawat terbang. Yakni Chemtrail dan Contrail. Apa tuh?
Apa itu Chemtrail?
Chemtrail ini berasal dari dua kata, Chemical (kimia) dan Trail (jejak). Jadi bisa diartikal kalau chemtrail ini jejak yang ditinggalkan akibat dari bahan kimia yang dilepas dari dalam pesawat. Biasanya istilah ini diartikan dalam konotasi yang negatif, seperti lagi nyebar racun, senjata biologis, dan lainnya.
Apa itu Contrail?
Mirip-mirip dengan Chemtrail, Contrail ini juga asap yang di belakang pesawat. Namun asap ini dihasilkan akibat dari proses kondensasi alami dan proses kimia-fisika yang menjadikannya seperti kepulan asap dan membentuk jalur pesawat. Contraill ini sama sekali tidak berbahaya karena terjadi secara alamai, buah dari kondensasi uap air yang muncul dari sisa pembakaran mesin pesawat.
Durasi contrail ini biasanya singkat hanya beberapa menit bahkan detik. Namun pada kondisi tertentu, contrail bisa bertahan hingga berjam-jam, tergantung dari kondisi atmosfer di daerah tersebut.
Terus asap putih yang viral belakangan ini apa?
Sudah dikonfirmasi dan diklarifikasi oleh pihak-pihak terkait bahwa itu adalah asap sisa pembakaran yang terkondensasi, alias contrail. Jadi bisa dipastikan, narasi yang negatif-negatif di grup WhatsApp keluarga itu HOAX.
Fakta Unik Chemtrail, Ternyata Konspirasi Jaman Dulu
Gak dulu-dulu amat sih. Isu Chemtrail ini sudah ada sejak tahun 1990-an. Jadi bukan isu baru-baru ini, ya. Isu ini awalna berbasis di Amerika Serikat. Dan membuat penduduk di sana cukup heboh. Maka segera oleh militer Amerika Serikat dibuatkan sebuah postingan di web mereka dan mengumumkan bahwa Chemtrail itu Hoax, dan telah dibuktikan secara ilmiah oleh akademisi hingga peneliti.
Lembaga Perlindungan Lingkungan Hidup Amerika atau EPA juga menerbitkan pemberitahuan yang serupa. Namun ternyata tidak terlalu mengubah cara pandang masyarakat yang percaya konspirasi ini.
Sekelompok peneliti berjumlah 77 orang juga pernah meneliti adanya niat jahat melalui chemtrail. Mereka mencari berbagai bukti untuk dijadikan laporan. Dan terbitlah laporan Environmental Research Letters. Para peneliti ini berlatar belakang sebagai ahli ilmu atmosfer.
Para ahli ini meneliti segala kemmungkinan yang ada di atmosfer, termasuk kontribusi pesawat dalam mempengaruhi atmosfer serta menghitung seberapa cepat bahan-bahan kimia jatuh dari media udara ke tanah.
Hasilnya, 76 dari 77 peneliti itu menyatakan TIDAK MENEMUKAN BUKTI adanya suatu niat jahat melalui chemtrail. Sedangkan 1 diantaranya menemukan kadar Barium yang cukup tinggi di atmosfer di satu wilayah terpencil. Namun, dia tidak menyatakan bahwa itu akibat dari Chemtrail. Mereka tidak pasti dalam menentukan mengapa kadar barium di wilayah ini lebih tinggi. Mereka membiarkan berbagai kemungkinan terjadi.