Juli 2014
1 – Kan kubuat kau lupa pada empat huruf itu.
2 – Agar hidup lebih lama. Ialah dengan memperbanyak waktu bangun dan mempersedikit waktu tidur. Karena hhidup terlalu sia-sia kalua sekadar berleha-leha. Terlebih di bulan puasa.
2 – Alasan benci. Orang yang tidak suka pada kita itu sebenarnya karena kita tidak sesuai dengan apa yang diinginkannya. Apa boleh buat, manusia hidup memang untuk pribadinya sendiri bukan orang lain.
4 – Amburadul. Sungguh tidak fokus itu memberikan hasil yang berantakan.
5 – Saling sopan. Apa susahnya menghormati orang lain. Padahal semakin kita bersikap sopan semakin pula kualitas kita bernilai. Sayang, lebih banyak orang tidak mau berkualitas tinggi.
17 – Dalam duel, yang lebih kuat belum tentu menang.
17 – Bukan kepada presiden. Kepada langit yang mampu menahan Guntur. Kepada Guntur yang hanya membentur hujan. Kepada hujan yang menahan panas matari. Kepada matari yang menyinari bumi. Kepada bumi yang didiami angina. Kepada angina yang selalu bersanding kenangan. Kepada kenangan yang rupanya bualan hidup. Kepada hidup hidupku hidupmu semua-mua. Lalu semua-mua jadi hidup. Untuk menghidupkan harus ada kematian. Lalu semua-mua jadi mati. Kecuali orang egois. Hanya hidup tak mau mati. Hanya mau bertanya tak mau menjawab. Hanya mau meminta tak mau memberi. Hanya keinginan yang wajib dikabulkan. Tuhan pun harus patuh pada egois. “O, egoism, bisakah kau mengalah sedikit?” “Tak mau! Kau saja yang mengalah.” “Sudah kuduga kan begitu jawabmu.” “Hahahaa”
17 – Tuhan ada di mana? Di dekatmu (2.186) bahkan lebih dekat ketimbang urat lehermu (50.16). jadi kemana pun kau pasti ada Tuhan di sampingmu (2.115)
19 – Kepada omong kosong. Karena sesungguhnya tidak ada manusia yang layak putus asa. Kecuali orang egois. Kecuali orang yang mencintai dirinya sendiri. Kecuali orang yang bangga akan hidupnya. Bukankah kebanggaan pada kehidupan dunia merupakan kekoyolan? Sia-sia belaka? O, wahai, o,
19 – Dari Habib Kraksaan. Walisongo itu Cuma Sembilan orang, tapi bisaa merubah nusantara. Kamu (para santri) jumlahnya lebih banyak, masak ndak bias ngerubah desa saja.
20 – Tiga unsur NU. Sebagai organisasi tradisionalis, NU terdiri dari tiga unsur saling berkaitan; paham aswaja sebagai ideology keagamaan, Pesantren sebagai lembaga social budaya, dan Ulama sebagai pemimpin agama.
Ada tiga hal penompang agama. i’tiqad (keyakinan) fiqh (hokum), dan tasawuf (akhlaq). Warga nahdiyyin dari segi I’tiqad menganut ideology Al-asy’ari dan Al-maturidi. Dalam segi fiqh mengikuti salah satu dari empat mazhab; Abu Hanifah, Malik ibnu Anas, Muhammad Idris Asy-syafi’I, dan Ahmad ibnu Hanbal. Dalam tasawwuf mengikuti ajaran Junaidi Al-bagdadi dan Abu Hamid Al-ghazali.
Empat prinsip aswaja. 1) tawasut dan I’tidal. Moderat dan berlaku adil serta menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat tatharruf (ekstrim). 2) tasamuh. Toleran. Prinsip ini berarti menjunjung tinggi perbedaan dengan kesediaan menerima kebenaran dan kebaikan yang berasal dari pihak lain. 3) tawazun. Seimbang dalam berkhidmad. Menyelaraskan hidmad pada Allah swt, pada sesame manusia, serta lingkungan hidupnya. Juga menyelaraskan kepentingan pribadi, social, bangsa, dan kemanusiaan, demi kepentingan pribadi yang lebih baik, lebih luas, dan lebih abadi. 4) amar ma’ruf nahi munkar. Memiliki kepekaan, keterlibatan, dan tanggungjawab untuk mendorong perbuatan baik, berguna, dan bermanfaat, serta menolak dan mencegah semua hal yang menjerumuskan dan merendahkan nilai-nilai kehidupan. Prinsip terahir ini memiliki fungsi dan roh keagamaan yang senantiasa memberikan motivasi, arah, dan control agar manusia terjaga martabatnya sebagai khalifah Allah di bumi.
20 – Desa. Selalu saja memberikan kebahagiaan sederhana, pula perbincangan sederhana, tak sampai bahas trias politika.
27 – Doa malaikat. Orang yang dicegah masuk surga saat hari id. 1) orang yang tak zakat. 2) anak durhaka. 3) salah ke sesama tak minta maaf. 4) istri durhaka.
27 – Iman memang tak tampak, tapi bereaksi pada ucapan dan tindakan.
Agustus 2014
4 – Kenapa kita jatuh? Agar kita belajar berdiri lagi. Mr. Wayne.
5 – Ada kiai berzina. Ada lelaki jompo berzina. Apa kita yang masih muda ini juga ingin berzina? Katakana “tidak!” pada berzina dan “hayuk!” pada nikah.
7 – Macam rejeki. Utang adalah bagian dari rejeki. Karena tidak semua orang yang hendak berutang mendapat utangan.
8 – Gerinting. Pantai itu bibir daratan/pantai itu lidah lautan/pantai itu liur langit/pantai itu ludah angina/pantai itu gigi gunung/pantai itu dalaman bumi/pantai itumulut dunia/pantai itu awal sumber rejeki nelayan/pantai itu tempat melepas kenangan/atau membikin kenangan?
8 – Introspeksi. Pemegang kuasa) bagaimana mungkin bayangan bisa lurus ketika tongkatnya bengkok? Yang dikuasai) pantat ayam tidak hanya mengeluarkan telur, tapi juga tai. Setiap orang memiliki sisi buruk. Mengapa harus pusing memikirkan keburukannya? Mengapa pula kita memaafkan pantat ayam yang bertai dan menyalahkan pemimpin yang salah?
10 – Kuda besi. Tentang lelaki penunggang kuda besi/yang menua ditelan angina malam/yang rela menahan kantuk dan rindu/bertemu banyak wajah dan pijar-pijar lampu.//kudabesi it uterus dipacu/seperti dikejar-kejar waktu/sebab serakah selalu memanggul celaka/padahal kita selalu diintip maut/mengapa masih bersantai ria pada dunia?
14 – Fungsi otot adalah menarik bukan mendorong, kecuali dalam kasus alat kelamin dan lidah. Lenardo da Vinci, Italia, 1452-1519. Kematian adalah utang manusia yang musti dibayar. Euripides, sastrawan Yunani, 485-406SM.
14 – Jantan. Tidak muda tidak tua apalagi remaja, perempuan masih banyak bicara. Diberitahu tetap saja nyerocos, menyela-nyela jika sedikit mengerti, lalu menjadi sok tau. Maafkan saja sebab ia betina!
17 – Merdeka 69. Kepada merah yang sudah tidak seranum mawar/masihkah kau seberani menjangan yang menerjang ilalang berduri di kala predator meneror?/seorang anak berseragam putih-merah menatap tiang kusam/dengan bendera yang tak lagi berkibar/seolah angina enggan menyentuhnya./kepada putih yang tak sejernih asi/mata-mata manusianya terlihat kusam-buram/semacam telah lama merasakan haus dan gersang/langit barat mulai membara seperti darah/lama-lama berubah ungu lalu temaram/hingga senja menjelma gelap/garuda, masih kah kau bertulang putih/melambangkan hati yang suci nan bersih?
Bocah-bocah tak kenal korupsi itu memicingkan mata mereka/pagi merangkak sing di mana mentari mulai menyengat kulit/bocah itu dipaksa menatap kain berwarna merah-putih/sampai beberapa dari mereka jatuh pingsan kepanasan/bocah-bocah malang yang harus menang.
21 – Suara malam. “Kog tambah ndak dewasa?”
22 – Jumat bukan hari untuk mengumpat.
22 – Jalan yang sedikit terang jangan dibuat buram hanya karena isu yang temaram. Lebih baik konfirmasi langsung pada sumber infonya.
24 – Ketika dua wajah saling menatap dalam sekejap. Mengapa harus ada getar/jika itu penyebab mata nanar/sebab menatap selalu bikin ratap/pada udara yang semakin pengap/sengaja menemuiku untuk guna-guna?/membuatku semakin gila?/tapi maaf, ini bukan mengharap/hanya agar kau bersenyum belibis seperti iblis.
26 – Bukan benci. Terkadang untuk menghadapi wanita memang harus dengan kekerasan. Sebab jika lelaki mengalah, ia akan bermanja-manja dan sok menjadi raja.
28 – If I could give you one thing in life, I would give you the ability to see yourself through my eyes. Only then would you realize how special you are to me.
29 – Tidak ada waktu sibuk. Jika memang cinta, tentu ia akan menyelipkan waktu untuk menyapamu. Bahkan berusaha menghubungimu. Kau pun bahkan akan merasa aneh, sebab yang ditanyakan bukan hal penting. Alasan konyol pun ia bikin untuk sekadar menyapamu, menemuimu. Lebih aneh lagi ia tak mau mengakui bahwa itu cinta. Cinta, selalu menarik dibikin cerita.
31 – Merapal doa bukan untuk mengubah takdir. Hanya agar kita mengingat si perancang takdir. Merayunya. Mencumbuinya.
September 2014
1 – helo September! Bulan baik berbagi cinta. Selamat ulang tahun, adik, kau harus tambah cantic, eh, maksudku tambah baik. Rajin belajar ya! Jiayou!
1 – Lucu itu ketika melihat dia cemburu, padahal aku hanya sekadar bicara bisu, bukan bercanda serayu, apalagi merayu.
3 – Apel pagi. Pada suatu tempat di pagi hari. Doa apel dilambungkan dengan lantang menuju langit ketujuh. Seperti gemuruh kepak sayap melesat cepat. “Kami rela Allah Tuhan kami, Islam agama kami, Muhammad Nabi dan utusanNya. Ya Allah, jembarkanlah dada kami, mudahkanlah perkara kami, indahkanlah petutur kami.” Amin.
3 – Kebesaran hati. Doa seorang kiai pada orang yang memfitnahnya di dalam pesantren. “Semoga dia keluar dari pesantren dan mendapat rejeki yang lebih besar daripada di pesantren.”
4 – Jurus berkah. Kode etik memukul anak didik. Satu, mendoakan. Dua, hati tenang. Tiga, niat mendidik. Empat, kuat.
8 – Saya bukan teroris. Allahuakbar, diucapkan sebagai permulaan ibadah kesunyian. Ibadah yang ramah bukan marah.
8 – ToT. tiga prinsip pelatihan. Kesetaraan, tidak ada kiai, gus, atau santri. Kebersamaan, forum milik bersama. Keterbukaan, bisa mengkritik atau dikritik.
8 – Saya orang Indonesia yang islam, bukan orang islam yang datang ke Indonesia. Kalua kalian?
9 – akan muncul jawaaban indah bagi pertanyaan yang indah pula.
9 – Orang yang terbiasa harga dirinya diremehkan, ia akan mudah merendahkan orang lain.
10 – Agam disiplin. Patokan kedisiplinan seorang muslim cukup dilihat dari solat lima waktunya saja.
12 dan 13 bagus tapi males mau ditulis. 12 tentang film beautiful mind. Percakapan saat lelaki melamar wanita. 13 tentang film harry potter. Ucapaan McGonagall yang dijadikan taruhan oleh Fred dan George Weasly.
15 – Sistem yang bagus akan memaksa masyarakatnya menjadi bagus. Dengan cattan pengelolanya mau berkomitmen dengan tugasnya.
16 – Tak perlu lah kau umbar kebaikanmu. Sebab orang yang menyukaimu tak membutuhkannya dan orang yang membencimu akan mengabaikannya. Ali bin Abi Thalib.
17 – Tidak membawa paying. Seorang pemuda dihujani masa lalu.
18 – Jika kesalahan yang kutaktau ini benar-benar kesalahan yang kaunilai kesalahan tak terbenarkan, maafkanlah adik. Sebab tak mau aku membuatmu sakit. Tersenyumlah! Segarkan hatimu! Hidupkan auramu! Itu yang membuatmu menarik.
21 – Orang akan terlihat menarik dengan sinar matanya. Sinar cemburu juga bisa dilihat dari gerak bola matanya.
23 – nikah yuk! Tentu saja bentih dan tanahnya juga harus bagus. 2.223
23 – Teman yang berbaik-baik di depan kita, bukan jaminan (akan) menjaga rahasia kita di belakang kita.
26 – Kalau pendapat seseorang sudah pakai kata “pokoknya”, ya sudah jangan berdiskusi dengannya. Itu pertanda ia tak mau kalah, tak mau salah, dan tak mau menerima.
27 – Selamat siang calon mantu. Sabtu bukan hari baik untuk menggerutu. Tapi hari baik untuk saling bantu.
28 – Minggu, jangan menunggu apalagi mengganggu. Yuk memadu rindu!
29 – Jangan mengguruiku. Tiba-tiba saja kau dating/membawa petuah keibadahan/jangan mengguruiku tentang ibadah/kalahkan ibadahku/kan kujadikan kau guru ibadahku.//tiba-tiba saja kau dating/membawa petuah keimanan/jangan mengguruiku tentang iman/kalahkan imanku/ kaun kujadikan kau guru imanku.//tiba-tiba saja kau dating/membawa petuah untuk mengaji/jangan mengguruiku tentang ngaji/kalahkan ngajiku/kan kujadikan kau guru ngajiku.//tiba-tiba saja kau dating/membawa petuah pengabdian/jangan mengguruiku tentang pengabdian/kalahkan pengabdianku/kan kujadikan kau guru pengabdianku.//tiba-tiba saja kau dating/membawa petuah loyalitas/jangan mengguruiku tentang loyalitas/kalahkan loyalitasku/kau kan kujadikan guru loyalitasku.//tiba-tiba saja kau dating/membawa petuah/jangan mengguruiku/kalahkan aku/kan kujadikan kau guruku.
30 – Ujung September. September, kau sudah mau pergi?/bukankah kita pernah berjanjibahwa ini bulan cinta?/ah, iya, benar. Ini bulan cinta./tapi September,/kau mau mengejekku?/kau segarkan lagi kisah cinta lampau/tiga rumput layu itu kausirami tiap pagi sore/hingga saat kutengok tiga rumput segar dipandangi lagi/September,/empat rumput kau lempar/hingga badanku tepar/ah September/di tanggal mudamu kau bersenyum belibis/kau benar-benar September rupanya/September,/aku hanya ingin dan butuh satu saja/cukup one and only/o ya cinta,/menghadapimu itu seperti berjalan di jalan tiada ujung/selamat sore September!/aku tidak membencimu kog.
30 – Selasa yang menua, hari yang dicipta untuk tidak saling memaksa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H