14 - Sudah kubilang, ini hanya nostalgia masa berkabung.
15 - Roti hangat. Keberadaanmu seperti roti hangat di puncak gunung es. aku jadi takut kedinginan, takut kehilangan.
16 - Seperti ciuman pada dedaunan. Tidak memaksa, hanya menyapa dengan kesejukan. Bling! Kau datang tak bilang-bilang. Langsung di depanku dan minta nikah. Aku hanya tersenyum, karena senyum adalah bentuk wajah terindah.
21 - Hitungan cinta. Sepsang kekasih itu mulai menyepakati janji-janji masa depan. Tentang bayangan dan keinginan. Sayang, hitungannya tidak bagus. Mumpung bijinya masih mungil, tak usah disiram biar tidak tumbuh.
22 - Karena tetap rahasia. Masa depan tidak pernah suram. Kiranya itu pedoman awal. Walau kata peramal peruntungannya tidak bagus. Kita masih punya doa yang selalu siap dirapal.
23 - Dalam menyembah, merapal doa untuk mengubah.
3 - O... Kisah yang belum lengkap terpaksa jatuh tengkurap karena ramalan yang layak dimakan rayap masih saja dianggap mujarab. Malam-malam tangan Tuhan coba-coba kutangkap, karea Sia selalu tanggap pada hambanya yang sekarat./O... ini bukan meratap./O... kau yang sudah kuharap-harap./O... mengapa nafasku terasa pengap./O... Tuhanku yang hangat./O... aku coba merapat./O... diri, jadilah manusia selamat.
26 - Bukan ingin menjauh. Seperti orang yang melempar sauh, semakin jauh semakin bertalu. Lama takada kabar, di lain waktu sudah langsung melamar.
27 - Matikan hape, hidupkan hati. Tulisan di mesjid.
30 - Bukan puasa basa basi. Puasa bukan sekadar menahan lapar dan nafsu, tapi juga agar kita tahu seperti apa susahnya orang kelaparan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H