Mohon tunggu...
Jucky Antik
Jucky Antik Mohon Tunggu... -

aku adalah manusia bebas. Bebas dalam beragama, bebas dalam berfikir, bebas dalam berlaku, dan bebas dalam berekspresi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tentang Dua Tahun yang Lalu

11 Mei 2016   12:30 Diperbarui: 11 Mei 2016   12:32 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

14 - Sudah kubilang, ini hanya nostalgia masa berkabung.

15 - Roti hangat. Keberadaanmu seperti roti hangat di puncak gunung es. aku jadi takut kedinginan, takut kehilangan.

16 - Seperti ciuman pada dedaunan. Tidak memaksa, hanya menyapa dengan kesejukan. Bling! Kau datang tak bilang-bilang. Langsung di depanku dan minta nikah. Aku hanya tersenyum, karena senyum adalah bentuk wajah terindah.

21 - Hitungan cinta. Sepsang kekasih itu mulai menyepakati janji-janji masa depan. Tentang bayangan dan keinginan. Sayang, hitungannya tidak bagus. Mumpung bijinya masih mungil, tak usah disiram biar tidak tumbuh.

22 - Karena tetap rahasia. Masa depan tidak pernah suram. Kiranya itu pedoman awal. Walau kata peramal peruntungannya tidak bagus. Kita masih punya doa yang selalu siap dirapal.

23 - Dalam menyembah, merapal doa untuk mengubah.

3 - O... Kisah yang belum lengkap terpaksa jatuh tengkurap karena ramalan yang layak dimakan rayap masih saja dianggap mujarab. Malam-malam tangan Tuhan coba-coba kutangkap, karea Sia selalu tanggap pada hambanya yang sekarat./O... ini bukan meratap./O... kau yang sudah kuharap-harap./O... mengapa nafasku terasa pengap./O... Tuhanku yang hangat./O... aku coba merapat./O... diri, jadilah manusia selamat.

26 - Bukan ingin menjauh. Seperti orang yang melempar sauh, semakin jauh semakin bertalu. Lama takada kabar, di lain waktu sudah langsung melamar.

27 - Matikan hape, hidupkan hati. Tulisan di mesjid.

30 - Bukan puasa basa basi. Puasa bukan sekadar menahan lapar dan nafsu, tapi juga agar kita tahu seperti apa susahnya orang kelaparan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun