Pernah merasa tiba-tiba sesak, tidak bisa bergerak, atau seperti ada yang menindih saat tidur? Fenomena ini dikenal dengan istilah “ketindihan”, atau dalam bahasa ilmiahnya disebut sleep paralysis.
Bagi banyak orang, ketindihan sering kali dihubungkan dengan makhluk halus, jin, atau roh jahat. Fenomena ini dianggap sebagai tanda adanya gangguan dari entitas tak terlihat yang mencoba “menghampiri” kita saat tidur.
Cerita ini semakin berkembang dan dipercaya banyak orang, karena efek ketindihan memang bisa terasa sangat menyeramkan. Apalagi, sering kali kita merasa ada “sesuatu” atau “seseorang” yang sedang mengawasi. Namun, apakah benar ketindihan itu ulah makhluk halus? Yuk, kita cek faktanya!
Sebenarnya, apa sih sleep paralysis atau ketindihan itu?
Dikutip dari laman Healthline, ketindihan atau sleep paralysis adalah kondisi di mana tubuh kita tidak bisa bergerak untuk sementara waktu saat tidur. Meski terasa menyeramkan, kondisi ini sebenarnya tidak berbahaya bagi kesehatan.
Sleep paralysis terjadi ketika tubuh terjebak antara fase tidur dan terjaga, sehingga kita tetap sadar namun tidak bisa bergerak. Biasanya, fenomena ini terjadi pada momen-momen tertentu, saat kita baru tertidur, beberapa waktu setelah tidur, atau ketika hendak bangun.
Menurut American Academy of Sleep Medicine, kebanyakan orang pertama kali mengalami sleep paralysis di usia 14-17 tahun. Sekitar 5-40% dari kita pernah mengalami kondisi ini setidaknya sekali seumur hidup.
Lalu, apa saja gejala sleep paralysis?
Gejala utama sleep paralysis adalah ketidakmampuan tubuh untuk bergerak atau berbicara selama beberapa menit. Selain itu, kita juga biasanya mengalami hal-hal berikut:
- Perasaan seperti ada yang menekan tubuh
- Merasa ada “kehadiran” seseorang di sekitar kita
- Ketakutan atau cemas
- Halusinasi yang muncul saat menjelang tidur atau saat baru bangun tidur
Gejala lainnya bisa berupa kesulitan bernapas, merasa seperti akan mati, berkeringat, sakit otot, sakit kepala, dan paranoid. Biasanya, sleep paralysis ini akan berakhir sendiri, saat orang lain menyentuh atau menggerakkan tubuh kita.
Walaupun kita sadar akan apa yang terjadi, kita tetap tidak bisa bergerak atau berbicara selama mengalami kondisi ini. Dalam beberapa kasus, kita mungkin mengalami halusinasi yang terasa sangat nyata. Saat mengalaminya, rasanya mau teriak tidak bisa, mau bangun apalagi. Tubuh benar-benar terasa kaku.
Selama ketindihan, otak kita berada di kondisi setengah sadar antara tidur dan bangun, sehingga membuat kita sulit membedakan antara kenyataan dan mimpi. Pada saat itu, kita seolah-olah melihat bayangan, mendengar suara, atau bahkan merasa ada yang “menindih”.
Lantas, kenapa kita bisa mengalami sleep paralysis?
Tenang, tidak ada makhluk halus yang sebenarnya menindihmu! Para ahli menjelaskan bahwa ketindihan adalah fenomena yang sepenuhnya alami. Siapa saja bisa mengalami ketindihan atau sleep paralysis, namun beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini, antara lain:
- Insomnia atau gangguan tidur lainnya
- Kelelahan
- Stres dan kecemasan berlebih
- Depresi atau gangguan bipolar
- Gangguan stres pasca-trauma (PTSD)
- Posisi tidur telentang
- Kurang tidur atau jadwal tidur yang tidak teratur
Jadi, bagaimana cara kita mengatasi sleep paralysis?
Ketindihan atau sleep paralysis biasanya hilang dalam hitungan menit tanpa meninggalkan dampak fisik yang serius. Namun, jika merasa terganggu, beberapa cara berikut bisa membantu:
- Perbaiki rutinitas tidur, hindari cahaya biru dari gadget sebelum tidur, dan pastikan suhu ruangan nyaman
- Kurangi stres, berolahraga teratur, dan tidur yang cukup
- Usahakan tidur dengan jadwal yang teratur dan hindari posisi tidur telentang
Faktanya, ketindihan saat tidur bukanlah ulah makhluk halus atau gangguan dari dunia lain. Jadi, fenomena ini adalah hal yang wajar dan dapat dijelaskan secara ilmiah. Meski terasa menakutkan, ketindihan sebenarnya tidak ada kaitannya dengan hal-hal mistis seperti yang biasa berkembang di masyarakat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI