Belakangan ini, sebuah kutipan tentang kehidupan laki-laki menjadi perbincangan hangat di media sosial, “Laki-laki akan bekerja seumur hidupnya”. Kutipan ini memicu berbagai reaksi dari netizen, baik dari laki-laki maupun perempuan.
Ada yang setuju, ada yang mempertanyakan dan ada pula yang memberikan perspektif baru yang membuka mata kita. Mari kita telusuri alasan di balik viralnya kutipan ini dan bagaimana netizen meresponsnya.
Asal usul kutipan
Kutipan ini mulai viral setelah seorang influencer dan pemikir sosial membagikannya di akun media sosialnya. Mereka berargumen bahwa kutipan tersebut mencerminkan tekanan sosial yang dihadapi laki-laki untuk terus bekerja tanpa henti demi memenuhi ekspektasi masyarakat dan keluarga.
Realitas kehidupan laki-laki
Bekerja seumur hidup sering kali dikaitkan dengan peran laki-laki sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Sejak kecil, banyak laki-laki yang dididik untuk menjadi “tulang punggung keluarga”.
Mereka diajarkan untuk fokus pada pendidikan dan karier agar bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan menjadi “pelindung” bagi keluarganya. Namun, apakah ini berarti mereka benar-benar akan bekerja tanpa henti sepanjang hidupnya?
Seiring berjalannya waktu, banyak laki-laki merasa bahwa tuntutan ini menjadi beban yang tak berkesudahan. Mereka merasakan tekanan untuk terus bekerja, terutama jika mereka adalah satu-satunya pencari nafkah di keluarga.
Bahkan setelah pensiun, beberapa dari mereka masih memilih untuk bekerja, entah karena kebutuhan finansial atau karena merasa pekerjaan adalah bagian dari identitas mereka.
Apa komentar netizen?
Diskusi di media sosial memperlihatkan beragam pendapat. Beberapa netizen, terutama dari kalangan laki-laki, merasa bahwa kutipan ini benar adanya.
Mereka berpendapat bahwa bekerja seumur hidup adalah bagian dari tanggung jawab seorang laki-laki. “Bekerja itu bukan hanya soal uang, tapi juga tentang harga diri dan tanggung jawab”, ujar seorang pengguna Twitter.
Namun, tidak sedikit juga yang netizen yang menentang pandangan ini dengan mengatakan bahwa bekerja seumur hidup bukan hanya masalah laki-laki saja.