Beauty privilege adalah kenyataan di masyarakat kita, di mana penampilan fisik sering kali menjadi tolok ukur utama dalam menentukan nilai seseorang. Meskipun sekilas tampak menguntungkan bagi sebagian orang, fenomena ini sebenarnya lebih banyak membawa kerugian karena menciptakan standar kecantikan yang tidak realistis dan mengurangi penghargaan terhadap nilai diri, karena hanya didasarkan pada penampilan.
Mengapa banyak perempuan berlomba-lomba mempercantik diri? Jawabannya sederhana, karena merasa kurang dihargai jika dianggap tidak cantik. "Nggak cantik, nggak dihargai" atau "Nggak cantik, nggak diutamain" adalah keluhan yang sering terdengar, baik di dunia kerja maupun dalam kehidupan sosial.
Di era media sosial saat ini, wajah cantik dan tampan sering kali lebih menonjol dan dianggap sebagai standar untuk dihargai. Seolah-olah, tanpa tampilan fisik yang “sempurna”, seseorang tidak bisa mendapatkan perhatian atau dihargai sepenuhnya.
Inilah yang disebut dengan beauty privilege, sebuah konsep yang menunjukkan bahwa orang dengan penampilan fisik yang lebih menarik sering kali mendapatkan perlakuan lebih baik, kesempatan yang lebih besar dan lebih banyak diuntungkan dalam berbagai aspek kehidupan. Tapi, apa sebenarnya beauty privilege itu? Bagaimana dampaknya dalam kehidupan sehari-hari?
Apa itu beauty privilege?
Beauty privilege merujuk pada keuntungan yang diperoleh seseorang karena penampilan fisiknya yang dianggap menarik oleh standar sosial. Keuntungan ini dapat berupa peluang yang lebih baik di dunia kerja, perlakuan yang lebih ramah dalam interaksi sosial, hingga pengakuan yang lebih di media sosial.
Beauty privilege bukan hanya tentang memiliki wajah yang cantik atau tampan, tetapi juga mengenai bagaimana aspek-aspek tertentu lebih dihargai dalam masyarakat kita yang cenderung memiliki standar kecantikan spesifik.
Bagaimana dampak beauty privilege dalam kehidupan sehari-hari?
1. Dampak beauty privilege dalam dunia kerja dan karier
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang dianggap menarik cenderung lebih mudah mendapatkan pekerjaan, dipromosikan lebih cepat dan sering kali mendapatkan gaji yang lebih tinggi.
Ini disebabkan oleh kecenderungan tidak sadar dari perekrut atau atasan, yang sering kali menganggap bahwa orang yang menarik lebih kompeten, percaya diri dan mudah bergaul. Hal ini jelas menunjukkan bahwa kecantikan dapat menjadi faktor diskriminasi di tempat kerja.
2. Dampak beauty privilege dalam interaksi sosial
Di sekolah, kampus, atau dalam pertemanan, orang-orang yang dianggap menarik sering kali lebih populer dan mendapatkan perhatian lebih. Mereka cenderung dipandang sebagai pribadi yang lebih menyenangkan, meskipun kecantikan fisik sebenarnya tidak berkaitan dengan kepribadian seseorang.
Banyak perempuan merasa tertekan untuk memenuhi standar kecantikan tertentu agar merasa berharga, yang dapat menimbulkan rasa tidak cukup baik, kurang percaya diri dan bahkan berdampak negatif pada kesehatan mental mereka.
3. Dampak beauty privilege dalam industri media dan representasi publik
Kita sering melihat wajah-wajah menarik mendominasi layar kaca, iklan dan media sosial. Influencer dengan penampilan menarik biasanya memiliki lebih banyak pengikut dan mendapatkan lebih banyak kesempatan kolaborasi dengan brand terkenal. Fenomena ini mencerminkan bagaimana masyarakat sering kali memberi nilai lebih pada kecantikan dibandingkan dengan bakat atau kemampuan lainnya.
Standar kecantikan yang sempit ini menciptakan tekanan sosial yang berlebihan, membuat banyak perempuan merasa harus terus-menerus memperbaiki penampilan mereka agar diterima dan dihargai. Akibatnya, ini bisa memicu perilaku ekstrem seperti diet ketat, operasi plastik, atau penggunaan produk kecantikan secara berlebihan.
Mengapa “kecantikan” menjadi tolak ukur utama?
Fenomena beauty privilege bukanlah hal baru. Mulai dari media, iklan, hingga kehidupan sehari-hari, kita sering kali disuguhi gambar-gambar dan narasi yang menekankan pentingnya penampilan fisik. Standar kecantikan yang diciptakan ini memengaruhi bagaimana orang memperlakukan satu sama lain, bahkan menentukan seberapa berharga seseorang di mata orang lain.
Namun, pertanyaannya adalah, mengapa kecantikan menjadi tolak ukur utama? Sebenarnya, ini merupakan hasil dari cara kita saling berinteraksi dan pandangan yang telah terbentuk selama bertahun-tahun.
Media memegang peran besar dalam membentuk standar kecantikan yang sempit dan sering kali tidak realistis. Film, iklan dan media sosial menampilkan wajah dan tubuh yang dianggap "sempurna", sehingga kita tanpa sadar mengadopsi pandangan ini sebagai standar kita sendiri.
Langkah apa yang bisa kita ambil untuk mengatasi beauty privilege?
Penting untuk menyadari bahwa menghargai keragaman bentuk tubuh, warna kulit dan fitur wajah di media sosial, tempat kerja dan ruang sosial lainnya dapat membantu mengurangi standar kecantikan yang sempit serta memperluas pengertian kita tentang apa itu kecantikan.
Dengan meningkatkan kesadaran, mendukung keragaman dan fokus pada kualitas diri, kita bisa mulai melawan bias ini dan menciptakan masyarakat yang lebih adil dan inklusif. Menghargai seseorang berdasarkan siapa mereka dan apa yang mereka lakukan, bukan hanya berdasarkan penampilan mereka, adalah langkah penting dalam mengatasi beauty privilege.
Mari ubah cara pandang kita, dari kecantikan fisik ke karakter
Kamu tidak harus selalu tampil “sempurna” untuk dihargai. Kecantikan sesungguhnya berasal dari dalam diri, yaitu dari kepercayaan diri, kebaikan hati dan kemampuan mencintai diri sendiri serta orang lain apa adanya.
Ini bukan berarti kamu harus mengabaikan penampilan, tapi jangan biarkan hal itu menjadi satu-satunya tolok ukur nilai dirimu. Fokuslah pada kualitas lain, seperti kepribadian, keterampilan dan sikap positif yang kamu miliki. Kecantikan fisik tidak seharusnya menentukan nilai seorang perempuan.
Jadilah versi terbaik dari dirimu sendiri
Pada akhirnya, setiap orang memiliki keunikannya masing-masing. Daripada berusaha memenuhi standar kecantikan yang tidak realistis, belajarlah mencintai diri sendiri apa adanya dan menghargai orang lain atas siapa mereka, bukan hanya bagaimana mereka terlihat.
Kamu sudah luar biasa dengan segala kelebihan dan kekuranganmu. Teruslah menjadi versi terbaik dari dirimu sendiri dan percayalah bahwa kamu berharga, tidak peduli apa kata dunia. Ingatlah, kecantikan sejati datang dari keunikan dan keragaman, bukan dari standar yang dipaksakan!
Jadi, apa yang akan kamu lakukan hari ini untuk lebih mencintai dirimu sendiri?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
