Mereka sering kali merasa harus mencapai standar tinggi untuk membanggakan keluarga, yang kadang bisa mengorbankan kebahagiaan dan impian pribadi.
4. Menanggung beban finansial
Dalam beberapa keluarga, anak pertama sering kali diharapkan untuk memberikan kontribusi finansial, terutama ketika kondisi ekonomi keluarga tidak stabil. Mereka harus bekerja lebih keras atau menunda pendidikan mereka untuk membantu menafkahi keluarga dan membiayai sekolah adik-adiknya.
Peran ini kadang membuat mereka merasa lelah secara fisik maupun emosional, karena harus menahan segala keinginan untuk membantu perekonomian keluarga. Ada anak pertama yang memang memikul tanggung jawab untuk membiayai sekolah dan kehidupan adik-adiknya karena keterbatasan keuangan orangtua.
Namun, ada juga anak pertama yang tidak bertanggung jawab, lebih suka foya-foya dan menghabiskan harta orangtua. Setiap anak pertama memiliki peran dan situasi yang berbeda tergantung pada kondisi keluarga mereka.
5. Menjembatani konflik keluarga
Anak pertama sering kali berperan sebagai penengah dalam konflik keluarga, baik antara orangtua dan adik-adik, maupun di antara anggota keluarga lainnya. Posisi ini tidak hanya memerlukan kedewasaan emosional, tetapi juga bisa membuat mereka merasa terjepit di antara dua pihak, tanpa ruang untuk mengekspresikan perasaan mereka sendiri.
Beban-beban ini sering kali tidak terlihat oleh orangtua, yang mungkin menganggap tanggung jawab tersebut sebagai bagian normal dari kehidupan keluarga. Padahal, anak pertama juga membutuhkan dukungan dan pengertian agar tidak merasa sendirian dalam menghadapi tekanan-tekanan ini.
Menjadi anak pertama adalah peran yang penuh dengan tantangan dan tanggung jawab. Terlalu banyak tuntutan dan tekanan yang dibebankan pada pundak si sulung. Ia juga berhak merasa bahagia dan dihargai, tanpa harus terlihat selalu kuat dan sempurna di hadapan keluarga.
Dear sulung, bagaimana kalian mengatasi tekanan sebagai anak pertama? Apa yang kalian pelajari dari pengalaman tersebut? Kami sangat ingin mendengar cerita dari kalian, jadi silakan bagikan di kolom komentar!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H